31.7 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Dua Karyawan Sampoerna Meninggal, Ratusan Lainnya Diisolasi

Kawasan perkampungan di sekitar pabrik rokok
milik PT HM Sampoerna Tbk di kawasan Rungkut, Surabaya, kini dipantau ketat
oleh Pemkot Surabaya dan Pemprov Jatim. Ratusan karyawan pabrik tersebut diduga
telah terinfeksi virus korona. Dua di antaranya bahkan telah meninggal dunia.

Tadi malam, kampung-kampung di sekitar pabrik
itu disemprot disinfektan. Tiga mobil pemadam kebakaran dikerahkan. Salah
satunya, mobil yang memiliki tangga setinggi 42 meter. Perkampungan itu
berbatasan dengan pabrik milik PT HM Sampoerna Tbk. Hanya dipisahkan tembok.
Banyak karyawan yang tinggal dan indekos di kawasan itu. Ada tiga kecamatan
yang menjadi tempat tinggal para karyawan pabrik tersebut. Yakni, Kecamatan
Rungkut, Tenggilis Mejoyo, dan Gunung Anyar.

Sebagaimana diberitakan, dua karyawan pabrik
rokok PT HM Sampoerna Tbk yang meninggal dinyatakan positif korona. Tim Gugus
Tugas dari Jatim akhirnya melakukan penelusuran terhadap lebih dari 500
karyawan. Hasil awal, sembilan orang dinyatakan sebagai pasien dalam pengawasan
(PDP). Lalu, 165 orang menjalani rapid test. Hasilnya, lebih dari 100 orang
dinyatakan reaktif atau positif. Semua yang masuk kategori PDP dan hasil rapid
testnya reaktif kini menjalani tes swab. Tim masih menunggu hasil laboratorium.

Ketua Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan
Covid-19

Rumpun Tracing dr Kohar Santoso mengatakan,
penelu- suran masih berlangsung hingga kemarin. Karyawan yang hasil rapid
test
-nya reaktif menjalani tes swab. Dokter Kohar menegaskan, penanganan
klaster di pabrik rokok itu dilaksanakan secara cepat. ’’Kami juga menelusuri
riwayat orang pertama yang positif Covid-19,’’ katanya.

Baca Juga :  Banjir Bandang Terjang Flores Timur, Puluhan Orang Tewas dan Hilang

Pabrik tersebut menghentikan produksinya sejak
27 April. Direktur PT HM Sampoerna Tbk Elvira Lianita dalam keterangan pers
mengatakan, penghentian itu berkaitan dengan pandemi Covid-19 yang berdampak
pada karyawan. ’’Data dan informasi terkait karyawan kami ada pada Gugus Tugas
Percepatan Pe- nanganan Covid-19 Surabaya dan Jawa Timur,” jelasnya.

Dia melanjutkan, pihaknya sudah melakukan
beberapa hal untuk pencegahan persebaran korona. Antara lain, menyemprotkan
disinfektan ke seluruh area pabrik, melacak karyawan yang terindikasi positif,
hingga mengetes karyawan yang jumlahnya lebih dari 500 orang.

Dia memastikan bahwa karyawan yang saat ini
dicutikan tetap mendapat hak-haknya. Gaji dibayarkan seperti biasa.

’’Ini berlaku bukan hanya untuk karyawan yang
terdampak. Melainkan juga yang perlu karantina mandiri dan karyawan yang perlu
merawat anggota keluarga yang terdampak,” paparnya.

Lurah Kedung Baruk, Rungkut, Fadjar Basuki
mengatakan, sejak ada kejadian karyawan pabrik rokok yang positif korona,
pengawasan di wilayahnya diperketat. ’’Warga memperketat pintu keluar masuk
wilayahnya masing- masing,” tuturnya. Warga turut memantau para karyawan pabrik
tersebut. Memastikan mereka melakukan karantina mandiri.

Baca Juga :  PNS Ingin Cerai Harus Ada Izin Tertulis Atasan

Hal yang sama dilakukan di Kelurahan Gunung
Anyar, Rungkut. Ketua Satgas Pencegahan Covid-19 Kelurahan Gunung Anyar Kamdi
mengatakan, pihaknya memantau para karyawan pabrik rokok itu agar melakukan
karantina mandiri. Dia juga melarang mereka mudik.

Pada bagian lain, Wali Kota Surabaya Tri
Rismaharini mengungkapkan bahwa temuan kasus positif Covid-19 itu bukan klaster
baru. Tapi, dari hasil penelusuran kontak erat, ternyata ada orang di
perusahaan tersebut yang sudah masuk kategori PDP. Nah, orang itu luput dari
pengawasan petugas puskesmas. ”Sebetulnya dia sudah PDP, tidak boleh keluar
rumah. Tapi, dia tetap masuk kerja. Akhirnya nulari yang lain,” ungkap Risma
kemarin.

Lantaran ada persoalan dalam pengawasan itu,
Pemkot Surabaya pun menggandeng TNI dan Polri untuk memantau orang-orang yang
seharusnya isolasi mandiri tersebut. Semua identitas karyawan sudah diberikan
kepada aparat. ”Bahkan, nomor teleponnya pun ditracing. Kami kasihkan nomornya
ke TNI dan polisi,” imbuh dia.

Sementara itu, jumlah orang yang diduga
berdekatan dengan kasus positif di Sampoerna tersebut sekitar seratus. Mereka
sudah diminta untuk isolasi mandiri di sebuah hotel. Mereka telah menjalani
rapid test. Tapi, orang-orang tersebut belum menjalani tes swab. ”Makanya, kami
masukkan ke hotel. Semua biaya ditanggung Sampoerna,” tegas Risma.
 

Kawasan perkampungan di sekitar pabrik rokok
milik PT HM Sampoerna Tbk di kawasan Rungkut, Surabaya, kini dipantau ketat
oleh Pemkot Surabaya dan Pemprov Jatim. Ratusan karyawan pabrik tersebut diduga
telah terinfeksi virus korona. Dua di antaranya bahkan telah meninggal dunia.

Tadi malam, kampung-kampung di sekitar pabrik
itu disemprot disinfektan. Tiga mobil pemadam kebakaran dikerahkan. Salah
satunya, mobil yang memiliki tangga setinggi 42 meter. Perkampungan itu
berbatasan dengan pabrik milik PT HM Sampoerna Tbk. Hanya dipisahkan tembok.
Banyak karyawan yang tinggal dan indekos di kawasan itu. Ada tiga kecamatan
yang menjadi tempat tinggal para karyawan pabrik tersebut. Yakni, Kecamatan
Rungkut, Tenggilis Mejoyo, dan Gunung Anyar.

Sebagaimana diberitakan, dua karyawan pabrik
rokok PT HM Sampoerna Tbk yang meninggal dinyatakan positif korona. Tim Gugus
Tugas dari Jatim akhirnya melakukan penelusuran terhadap lebih dari 500
karyawan. Hasil awal, sembilan orang dinyatakan sebagai pasien dalam pengawasan
(PDP). Lalu, 165 orang menjalani rapid test. Hasilnya, lebih dari 100 orang
dinyatakan reaktif atau positif. Semua yang masuk kategori PDP dan hasil rapid
testnya reaktif kini menjalani tes swab. Tim masih menunggu hasil laboratorium.

Ketua Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan
Covid-19

Rumpun Tracing dr Kohar Santoso mengatakan,
penelu- suran masih berlangsung hingga kemarin. Karyawan yang hasil rapid
test
-nya reaktif menjalani tes swab. Dokter Kohar menegaskan, penanganan
klaster di pabrik rokok itu dilaksanakan secara cepat. ’’Kami juga menelusuri
riwayat orang pertama yang positif Covid-19,’’ katanya.

Baca Juga :  Banjir Bandang Terjang Flores Timur, Puluhan Orang Tewas dan Hilang

Pabrik tersebut menghentikan produksinya sejak
27 April. Direktur PT HM Sampoerna Tbk Elvira Lianita dalam keterangan pers
mengatakan, penghentian itu berkaitan dengan pandemi Covid-19 yang berdampak
pada karyawan. ’’Data dan informasi terkait karyawan kami ada pada Gugus Tugas
Percepatan Pe- nanganan Covid-19 Surabaya dan Jawa Timur,” jelasnya.

Dia melanjutkan, pihaknya sudah melakukan
beberapa hal untuk pencegahan persebaran korona. Antara lain, menyemprotkan
disinfektan ke seluruh area pabrik, melacak karyawan yang terindikasi positif,
hingga mengetes karyawan yang jumlahnya lebih dari 500 orang.

Dia memastikan bahwa karyawan yang saat ini
dicutikan tetap mendapat hak-haknya. Gaji dibayarkan seperti biasa.

’’Ini berlaku bukan hanya untuk karyawan yang
terdampak. Melainkan juga yang perlu karantina mandiri dan karyawan yang perlu
merawat anggota keluarga yang terdampak,” paparnya.

Lurah Kedung Baruk, Rungkut, Fadjar Basuki
mengatakan, sejak ada kejadian karyawan pabrik rokok yang positif korona,
pengawasan di wilayahnya diperketat. ’’Warga memperketat pintu keluar masuk
wilayahnya masing- masing,” tuturnya. Warga turut memantau para karyawan pabrik
tersebut. Memastikan mereka melakukan karantina mandiri.

Baca Juga :  PNS Ingin Cerai Harus Ada Izin Tertulis Atasan

Hal yang sama dilakukan di Kelurahan Gunung
Anyar, Rungkut. Ketua Satgas Pencegahan Covid-19 Kelurahan Gunung Anyar Kamdi
mengatakan, pihaknya memantau para karyawan pabrik rokok itu agar melakukan
karantina mandiri. Dia juga melarang mereka mudik.

Pada bagian lain, Wali Kota Surabaya Tri
Rismaharini mengungkapkan bahwa temuan kasus positif Covid-19 itu bukan klaster
baru. Tapi, dari hasil penelusuran kontak erat, ternyata ada orang di
perusahaan tersebut yang sudah masuk kategori PDP. Nah, orang itu luput dari
pengawasan petugas puskesmas. ”Sebetulnya dia sudah PDP, tidak boleh keluar
rumah. Tapi, dia tetap masuk kerja. Akhirnya nulari yang lain,” ungkap Risma
kemarin.

Lantaran ada persoalan dalam pengawasan itu,
Pemkot Surabaya pun menggandeng TNI dan Polri untuk memantau orang-orang yang
seharusnya isolasi mandiri tersebut. Semua identitas karyawan sudah diberikan
kepada aparat. ”Bahkan, nomor teleponnya pun ditracing. Kami kasihkan nomornya
ke TNI dan polisi,” imbuh dia.

Sementara itu, jumlah orang yang diduga
berdekatan dengan kasus positif di Sampoerna tersebut sekitar seratus. Mereka
sudah diminta untuk isolasi mandiri di sebuah hotel. Mereka telah menjalani
rapid test. Tapi, orang-orang tersebut belum menjalani tes swab. ”Makanya, kami
masukkan ke hotel. Semua biaya ditanggung Sampoerna,” tegas Risma.
 

Terpopuler

Artikel Terbaru