26.6 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Tiongkok Pamer Senjata yang Bisa Lumpuhkan Industri AS

PEKAN ini Presiden Xi Jinping melakukan
kunjungan dalam negeri pertamanya bulan ini. Dia pergi ke Provinsi Jiangxi
untuk memperingati momen Long March saat Tiongkok berhasil mengalahkan tentara
Uni Soviet. Sebelum itu, dia mampir ke pabrik milik JL Mag Rare-Earth.

“Kita
harus memegang erat aset strategis inovasi teknologi. Dengan begitu, kita bisa
mencapai posisi tertinggi dalam pengembangan industri,” ujar Xi menurut
Xinhua. Kala itu, tak banyak yang paham dari pesan tersebut. Namun, seusai pria
65 tahun itu melakukan pidato peringatan Long March, media seluruh dunia ribut.

Dalam
pidato resminya, Xi meminta rakyat Tiongkok bersiap berjalan jauh seperti awal
perjuangan Tiongkok tahun 1934. Banyak yang mengira itu adalah ajakan
pemerintah untuk ikut memerangi AS. Sedangkan kunjungannya ke pabrik mineral
langka mengandung ancaman. Bahwa mereka punya kendali terhadap arus perdagangan
bahan terpenting bagi industri teknologi AS.

Perlu
diketahui, Tiongkok merupakan eksporter terbesar dunia. Dari total produksi 17
jenis mineral yang penting bagi produk teknologi tinggi, 95 persen datang dari
Negeri Tirai Bambu tersebut. Sebanyak 80 persen suplai mineral semikonduktor AS
juga diperoleh dari sana.

Baca Juga :  Dewan Militer Sudan Gagalkan Upaya Kudeta

“Ini
bukan kebetulan saja. Petinggi politik Tiongkok jelas memperingatkan AS dengan
kunjungan ini,” ungkap Li Minjiang, koordinator bidang Tiongkok di S.
Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Singapura, kepada Agence
France-Presse.

Jika
hal itu benar terjadi, tentu saja industri teknologi AS bakal kelabakan. Mulai
lampu bohlam sampai ponsel butuh komoditas tersebut. Pada 2010, pemerintahan Xi
melakukan hal serupa ke Jepang karena konflik penangkapan nelayan ilegal dari
Tiongkok.

Tentu
saja, rencana itu bukan tanpa risiko. Tiongkok bukan satu-satunya pemasok
mineral langka. Masih ada Brasil dengan cadangan 22 juta ton dan Rusia dengan
cadangan 18 juta ton. Satu-satunya yang mencegah mereka mengambil cadangan itu
hanyalah dampak lingkungan yang luar biasa.

Tiongkok
pun jelas akan terkena dampak jika penyerapan mineral mereka berkurang.
“Kemungkinan ini baru sekadar ancaman. Mereka tentu tak ingin mengacaukan
ekonomi yang sudah lesu,” ujar Kokichiro Mio, pengamat ekonomi Tiongkok di
NLI Research Institute.

Baca Juga :  Negara-negara APO Siapkan

Posisi
Tiongkok di konflik dua raksasa ekonomi itu makin berbahaya. AS terus
menghantam berbagai bisnis dari Negeri Panda itu. Selain Huawei, produsen drone
dan teknologi keamanan dimasukkan daftar hitam AS. Alasannya sama. Yakni,
produk Tiongkok membahayakan keamanan negara.

Hasilnya,
perusahaan telekomunikasi di Jepang dan Inggris batal menggunakan jasa 5G dan
meluncurkan ponsel terbaru Huawei. Saham dua perusahaan produsen teknologi
keamanan, Hikvision Digital Technology dan Zhejiang Dahua Technology, turun.

“Kami
harus mengecek konsumen aman menggunakan gawai tersebut,” ujar Jubir
SoftBank Hiroyuki Mizukami.

Seakan
tak cukup, perusahaan AS yang masih mempertahankan basis produksinya di
Tiongkok juga bersiap minggat. Menurut survei Kamar Dagang AS di Tiongkok,
mereka sudah terlalu khawatir dengan ketegangan yang terus meningkat antardua
negara. Dua pertiga dari 250 responden setuju bahwa perang dagang memberikan
dampak negatif. (bil/c10/dos)

PEKAN ini Presiden Xi Jinping melakukan
kunjungan dalam negeri pertamanya bulan ini. Dia pergi ke Provinsi Jiangxi
untuk memperingati momen Long March saat Tiongkok berhasil mengalahkan tentara
Uni Soviet. Sebelum itu, dia mampir ke pabrik milik JL Mag Rare-Earth.

“Kita
harus memegang erat aset strategis inovasi teknologi. Dengan begitu, kita bisa
mencapai posisi tertinggi dalam pengembangan industri,” ujar Xi menurut
Xinhua. Kala itu, tak banyak yang paham dari pesan tersebut. Namun, seusai pria
65 tahun itu melakukan pidato peringatan Long March, media seluruh dunia ribut.

Dalam
pidato resminya, Xi meminta rakyat Tiongkok bersiap berjalan jauh seperti awal
perjuangan Tiongkok tahun 1934. Banyak yang mengira itu adalah ajakan
pemerintah untuk ikut memerangi AS. Sedangkan kunjungannya ke pabrik mineral
langka mengandung ancaman. Bahwa mereka punya kendali terhadap arus perdagangan
bahan terpenting bagi industri teknologi AS.

Perlu
diketahui, Tiongkok merupakan eksporter terbesar dunia. Dari total produksi 17
jenis mineral yang penting bagi produk teknologi tinggi, 95 persen datang dari
Negeri Tirai Bambu tersebut. Sebanyak 80 persen suplai mineral semikonduktor AS
juga diperoleh dari sana.

Baca Juga :  Dewan Militer Sudan Gagalkan Upaya Kudeta

“Ini
bukan kebetulan saja. Petinggi politik Tiongkok jelas memperingatkan AS dengan
kunjungan ini,” ungkap Li Minjiang, koordinator bidang Tiongkok di S.
Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Singapura, kepada Agence
France-Presse.

Jika
hal itu benar terjadi, tentu saja industri teknologi AS bakal kelabakan. Mulai
lampu bohlam sampai ponsel butuh komoditas tersebut. Pada 2010, pemerintahan Xi
melakukan hal serupa ke Jepang karena konflik penangkapan nelayan ilegal dari
Tiongkok.

Tentu
saja, rencana itu bukan tanpa risiko. Tiongkok bukan satu-satunya pemasok
mineral langka. Masih ada Brasil dengan cadangan 22 juta ton dan Rusia dengan
cadangan 18 juta ton. Satu-satunya yang mencegah mereka mengambil cadangan itu
hanyalah dampak lingkungan yang luar biasa.

Tiongkok
pun jelas akan terkena dampak jika penyerapan mineral mereka berkurang.
“Kemungkinan ini baru sekadar ancaman. Mereka tentu tak ingin mengacaukan
ekonomi yang sudah lesu,” ujar Kokichiro Mio, pengamat ekonomi Tiongkok di
NLI Research Institute.

Baca Juga :  Negara-negara APO Siapkan

Posisi
Tiongkok di konflik dua raksasa ekonomi itu makin berbahaya. AS terus
menghantam berbagai bisnis dari Negeri Panda itu. Selain Huawei, produsen drone
dan teknologi keamanan dimasukkan daftar hitam AS. Alasannya sama. Yakni,
produk Tiongkok membahayakan keamanan negara.

Hasilnya,
perusahaan telekomunikasi di Jepang dan Inggris batal menggunakan jasa 5G dan
meluncurkan ponsel terbaru Huawei. Saham dua perusahaan produsen teknologi
keamanan, Hikvision Digital Technology dan Zhejiang Dahua Technology, turun.

“Kami
harus mengecek konsumen aman menggunakan gawai tersebut,” ujar Jubir
SoftBank Hiroyuki Mizukami.

Seakan
tak cukup, perusahaan AS yang masih mempertahankan basis produksinya di
Tiongkok juga bersiap minggat. Menurut survei Kamar Dagang AS di Tiongkok,
mereka sudah terlalu khawatir dengan ketegangan yang terus meningkat antardua
negara. Dua pertiga dari 250 responden setuju bahwa perang dagang memberikan
dampak negatif. (bil/c10/dos)

Terpopuler

Artikel Terbaru