28.4 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Jurnalis Palestina Kehilangan Empat Anaknya Setelah Serangan Udara Israel Hantam Kamp Pengungsi

PROKALTENG.CO – Seorang jurnalis yang bekerja di Jalur Gaza berduka atas kematian empat anak, dan saudara laki-lakinya setelah Israel melancarkan serangan udara ke kamp pengungsi Al Maghazi. Serangan udara tersebut menewaskan sedikitnya 47 orang dan melukai puluhan lainnya, termasuk istri dan anaknya yang masih bayi.

Dilaporkan oleh New York Times, Mohammed Alaloul, seorang fotografer untuk kantor berita Anadolu Agency yang dikelola oleh Turki, sedang bekerja saat ia mengetahui bahwa kamp pengungsi tersebut dihantam serangan udara Israel.

Laporan mengatakan rumah-rumah bertingkat yang rata dengan tanah di daerah tersebut, dan anak-anak meninggal di rumah sakit. Alaloul langsung mencari berita lewat di ponselnya, hingga mengetahui bahwa keluarganya terjebak saat Israel melancarkan serangan udara.

Anak-anaknya tewas dalam kejadian tersebut. Mereka adalah Qais, Ahmad, Rahaf, dan Kenaan. Tiga dari anak-anak tersebut baru berusia empat tahun.

Baca Juga :  Jumlah Pengungsi Dunia Capai 70,8 Juta Jiwa

Sang istri, Amnah, beserta anak bungsu mereka, Adam yang berusia 1 tahun selamat dari serangan udara tersebut, dan dirawat di rumah Sakit Al-Aqsa. Dikutip dari New York Post, keduanya diketahui dalam kondisi kritis.

Adam menderita luka-luka akibat pecahan peluru, begitu pula dengan Amnah, yang juga mengalami patah tulang dan luka bakar serius di wajahnya.

Beberapa jam setelah serangan udara, Alaloul berada di rumah sakit untuk memimpin doa pemakaman di dekat pintu masuk. Ia masih mengenakan rompi pers biru yang diberikan kepada para wartawan yang bekerja di Gaza.

Dia terisak-isak saat mengidentifikasi, dan membawa mayat anak-anaknya yang terbunuh. Alaloul juga mencoba untuk menghibur sang ayah yang sedang terpukul.

Baca Juga :  Tiga KBRI Siapkan Rencana Evakuasi WNI dari Palestina dan Israel

Setelah ledakan di Al Maghazi, seorang reporter Associated Press melihat setidaknya delapan anak yang tewas, termasuk seorang bayi, ketika para korban dibawa ke rumah sakit terdekat setelah serangan udara.

Arafat Abu Mashaia, seorang pengungsi di kamp tersebut, mengutuk serangan udara Israel, dan mengatakan bahwa bom-bom tersebut menghantam wilayah warga sipil dimana Hamas tidak berada disana.

“Itu adalah pembantaian yang nyata. Semua yang ada di sini adalah orang-orang yang damai (tidak ikut dalam perang atau menyerang). Saya menantang siapa pun yang mengatakan bahwa ada perlawanan disini,” katanya sambil berdiri di atas reruntuhan.

Israel belum mengomentari atas serangan tersebut, namun dikatakan bahwa negara tersebut hanya menargetkan daerah-daerah yang diketahui menyembunyikan Hamas. (pri/jawapos.com)

PROKALTENG.CO – Seorang jurnalis yang bekerja di Jalur Gaza berduka atas kematian empat anak, dan saudara laki-lakinya setelah Israel melancarkan serangan udara ke kamp pengungsi Al Maghazi. Serangan udara tersebut menewaskan sedikitnya 47 orang dan melukai puluhan lainnya, termasuk istri dan anaknya yang masih bayi.

Dilaporkan oleh New York Times, Mohammed Alaloul, seorang fotografer untuk kantor berita Anadolu Agency yang dikelola oleh Turki, sedang bekerja saat ia mengetahui bahwa kamp pengungsi tersebut dihantam serangan udara Israel.

Laporan mengatakan rumah-rumah bertingkat yang rata dengan tanah di daerah tersebut, dan anak-anak meninggal di rumah sakit. Alaloul langsung mencari berita lewat di ponselnya, hingga mengetahui bahwa keluarganya terjebak saat Israel melancarkan serangan udara.

Anak-anaknya tewas dalam kejadian tersebut. Mereka adalah Qais, Ahmad, Rahaf, dan Kenaan. Tiga dari anak-anak tersebut baru berusia empat tahun.

Baca Juga :  Jumlah Pengungsi Dunia Capai 70,8 Juta Jiwa

Sang istri, Amnah, beserta anak bungsu mereka, Adam yang berusia 1 tahun selamat dari serangan udara tersebut, dan dirawat di rumah Sakit Al-Aqsa. Dikutip dari New York Post, keduanya diketahui dalam kondisi kritis.

Adam menderita luka-luka akibat pecahan peluru, begitu pula dengan Amnah, yang juga mengalami patah tulang dan luka bakar serius di wajahnya.

Beberapa jam setelah serangan udara, Alaloul berada di rumah sakit untuk memimpin doa pemakaman di dekat pintu masuk. Ia masih mengenakan rompi pers biru yang diberikan kepada para wartawan yang bekerja di Gaza.

Dia terisak-isak saat mengidentifikasi, dan membawa mayat anak-anaknya yang terbunuh. Alaloul juga mencoba untuk menghibur sang ayah yang sedang terpukul.

Baca Juga :  Tiga KBRI Siapkan Rencana Evakuasi WNI dari Palestina dan Israel

Setelah ledakan di Al Maghazi, seorang reporter Associated Press melihat setidaknya delapan anak yang tewas, termasuk seorang bayi, ketika para korban dibawa ke rumah sakit terdekat setelah serangan udara.

Arafat Abu Mashaia, seorang pengungsi di kamp tersebut, mengutuk serangan udara Israel, dan mengatakan bahwa bom-bom tersebut menghantam wilayah warga sipil dimana Hamas tidak berada disana.

“Itu adalah pembantaian yang nyata. Semua yang ada di sini adalah orang-orang yang damai (tidak ikut dalam perang atau menyerang). Saya menantang siapa pun yang mengatakan bahwa ada perlawanan disini,” katanya sambil berdiri di atas reruntuhan.

Israel belum mengomentari atas serangan tersebut, namun dikatakan bahwa negara tersebut hanya menargetkan daerah-daerah yang diketahui menyembunyikan Hamas. (pri/jawapos.com)

Terpopuler

Artikel Terbaru