31.7 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Korut Tembakkan Dua Rudal, Tekan AS Terkait Rencana Latihan Militer

Korea Utara kembali
melakukan uji coba senjata kedua dalam waktu kurang dari seminggu pada Rabu
(31/7) waktu setempat. Korut menembakkan dua rudal balistik jarak pendek di
lepas pantai timur wilayahnya. Langkah tersebut menurut para pengamat ditujukan
untuk menekan Amerika Serikat (AS) untuk menggelar pembicaraan anyar terkait
denuklirisasi.

Rudal diluncurkan dari
Semenanjung Hodo di Provinsi Hamgyong Selatan, pantai timur Korea Utara. Hal
tersebut dikatakan oleh Kepala Staf Gabungan Militer Korea Selatan (JCS). Kedua
rudal itu terbang sejauh 250 km pada ketinggian 30 km sebelum jatuh ke Laut
Timur. Menurut JCS juga dikenal sebagai Laut Jepang.

Sementara itu, pejabat
Korea Selatan mengatakan kedua rudal itu disebut memiliki tipe yang berbeda
dari yang diluncurkan pada Kamis minggu lalu. JCS sendiri mengatakan sedang
memantau situasi jika ada peluncuran tambahan. Mereka pun dalam kondisi siaga.

“Peluncuran rudal yang
dilakukan Korut berulang-ulang tidak membantu upaya meredakan ketegangan di
Semenanjung Korea. Kami mendesak Korea Utara untuk menghentikan langkah semacam
itu,” sebut pernyataan JCS.

Pengamat dari Al
Jazeera, Rob McBride, mengatakan rudal itu ditembakkan dalam jarak waktu 20
menit. “Seperti biasa yang dilakukan Korea Utara, semua peluncuran dihitung
dengan cermat. Sekarang yang harus segera dicari adalah kenapa mereka
meluncurkannya,” kata McBride seperti dilansir Al Jazeera.

Baca Juga :  JCH Kalteng Memulai Tahapan Proses Haji

McBride menduga
peluncuran uji coba rudal itu sebagai wujud ketidaksenangan Pyongyang terkait
rencana latihan militer bersama antara Amerika Serikat dan Korea Selatan pada
bulan mendatang. Terkait hal itu, Kolonel Lee Peters, juru bicara pasukan
militer AS di Korea Selatan, mengatakan pihaknya akan terus memantau situasi.
“Kami mengetahui laporan peluncuran rudal oleh Korea Utara dan kami akan terus
memantau situasi,” sebutnya.

Hanya saja, dia tidak
berkomentar terkait latihan gabungan militer Korea Selatan-AS yang dijadwalkan
akan dimulai bulan depan apakah akan berlanjut atau tidak. Tentunya menyusul
peluncuran uji coba dua rudal oleh Korut.

Terlepas dari itu, uji
coba rudal tersebut menjadi yang kesekian kalinya pelanggaran Korea Utara
terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB dan terjadi ketika perundingan negara itu
dengan AS mengenai program senjata nuklir menemui jalan buntu.

sebelum melakukan uji
coba pada Rabu (31/7) ini, Korut sudah melakukannya pada Kamis (25/7) pekan
lalu. Itu merupakan uji coba rudal pertama sejak pemimpin Korut Kim Jong Un dan
Presiden AS Donald Trump bertemu bulan lalu dan setuju untuk menghidupkan
kembali pembicaraan denuklirisasi. Terkait langkah Korut, Trump dan Menteri
Luar Negeri AS Mike Pompeo tak terlalu mengkhawatirkan. Bahkan, Pompeo
menyatakan harapan untuk jalan diplomatik ke depan dengan Korea Utara masih
terbuka lebar.

Baca Juga :  Wah! Di Negara Ini Ada 18 Jenis Kelamin yang Diakui, Ini Rinciannya

Pada Senin (29/7),
Pompeo mengatakan dirinya berharap pembicaraan lanjutan untuk menghidupkan
kembali pembicaraan denuklirisasi dapat segera terwujud. Namun, dia tak tahu
kapan akan terjadi. Pastinya, dia berharap perwakilan khusus AS untuk Korut,
Stephen Biegun, dan mitra barunya dapat melakukan perundingan lebih jauh.

Di sisi lain, sejak
pertemuan Trump dan Kim pada 30 Juni di Zona Demiliterisasi (DMZ) antara Korut
dan Korut, Pyongyang menuduh Washington melanggar janji dengan berencana
mengadakan latihan militer bersama dengan Korsel. Korut pun memperingatkan
bahwa hal tersebut dapat menggagalkan dialog program denuklirisasi.

Seorang pejabat tinggi
Korsel mengatakan bahwa latihan militer gabungan dengan AS akan berjalan sesuai
rencana. Namun, sebagian besar akan melibatkan simulasi komputer dan bukan
pengerahan pasukan.(jpg)

 

Korea Utara kembali
melakukan uji coba senjata kedua dalam waktu kurang dari seminggu pada Rabu
(31/7) waktu setempat. Korut menembakkan dua rudal balistik jarak pendek di
lepas pantai timur wilayahnya. Langkah tersebut menurut para pengamat ditujukan
untuk menekan Amerika Serikat (AS) untuk menggelar pembicaraan anyar terkait
denuklirisasi.

Rudal diluncurkan dari
Semenanjung Hodo di Provinsi Hamgyong Selatan, pantai timur Korea Utara. Hal
tersebut dikatakan oleh Kepala Staf Gabungan Militer Korea Selatan (JCS). Kedua
rudal itu terbang sejauh 250 km pada ketinggian 30 km sebelum jatuh ke Laut
Timur. Menurut JCS juga dikenal sebagai Laut Jepang.

Sementara itu, pejabat
Korea Selatan mengatakan kedua rudal itu disebut memiliki tipe yang berbeda
dari yang diluncurkan pada Kamis minggu lalu. JCS sendiri mengatakan sedang
memantau situasi jika ada peluncuran tambahan. Mereka pun dalam kondisi siaga.

“Peluncuran rudal yang
dilakukan Korut berulang-ulang tidak membantu upaya meredakan ketegangan di
Semenanjung Korea. Kami mendesak Korea Utara untuk menghentikan langkah semacam
itu,” sebut pernyataan JCS.

Pengamat dari Al
Jazeera, Rob McBride, mengatakan rudal itu ditembakkan dalam jarak waktu 20
menit. “Seperti biasa yang dilakukan Korea Utara, semua peluncuran dihitung
dengan cermat. Sekarang yang harus segera dicari adalah kenapa mereka
meluncurkannya,” kata McBride seperti dilansir Al Jazeera.

Baca Juga :  JCH Kalteng Memulai Tahapan Proses Haji

McBride menduga
peluncuran uji coba rudal itu sebagai wujud ketidaksenangan Pyongyang terkait
rencana latihan militer bersama antara Amerika Serikat dan Korea Selatan pada
bulan mendatang. Terkait hal itu, Kolonel Lee Peters, juru bicara pasukan
militer AS di Korea Selatan, mengatakan pihaknya akan terus memantau situasi.
“Kami mengetahui laporan peluncuran rudal oleh Korea Utara dan kami akan terus
memantau situasi,” sebutnya.

Hanya saja, dia tidak
berkomentar terkait latihan gabungan militer Korea Selatan-AS yang dijadwalkan
akan dimulai bulan depan apakah akan berlanjut atau tidak. Tentunya menyusul
peluncuran uji coba dua rudal oleh Korut.

Terlepas dari itu, uji
coba rudal tersebut menjadi yang kesekian kalinya pelanggaran Korea Utara
terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB dan terjadi ketika perundingan negara itu
dengan AS mengenai program senjata nuklir menemui jalan buntu.

sebelum melakukan uji
coba pada Rabu (31/7) ini, Korut sudah melakukannya pada Kamis (25/7) pekan
lalu. Itu merupakan uji coba rudal pertama sejak pemimpin Korut Kim Jong Un dan
Presiden AS Donald Trump bertemu bulan lalu dan setuju untuk menghidupkan
kembali pembicaraan denuklirisasi. Terkait langkah Korut, Trump dan Menteri
Luar Negeri AS Mike Pompeo tak terlalu mengkhawatirkan. Bahkan, Pompeo
menyatakan harapan untuk jalan diplomatik ke depan dengan Korea Utara masih
terbuka lebar.

Baca Juga :  Wah! Di Negara Ini Ada 18 Jenis Kelamin yang Diakui, Ini Rinciannya

Pada Senin (29/7),
Pompeo mengatakan dirinya berharap pembicaraan lanjutan untuk menghidupkan
kembali pembicaraan denuklirisasi dapat segera terwujud. Namun, dia tak tahu
kapan akan terjadi. Pastinya, dia berharap perwakilan khusus AS untuk Korut,
Stephen Biegun, dan mitra barunya dapat melakukan perundingan lebih jauh.

Di sisi lain, sejak
pertemuan Trump dan Kim pada 30 Juni di Zona Demiliterisasi (DMZ) antara Korut
dan Korut, Pyongyang menuduh Washington melanggar janji dengan berencana
mengadakan latihan militer bersama dengan Korsel. Korut pun memperingatkan
bahwa hal tersebut dapat menggagalkan dialog program denuklirisasi.

Seorang pejabat tinggi
Korsel mengatakan bahwa latihan militer gabungan dengan AS akan berjalan sesuai
rencana. Namun, sebagian besar akan melibatkan simulasi komputer dan bukan
pengerahan pasukan.(jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru