26.6 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Akar Bajakah, Penipuan, dan Perlindungan Konsumen

AKHIR-akhir ini salah satu topik yang ramai
dibicarakan adalah mengenai akar bajakah. Sejak berita mengenai Siswi-siswi
SMAN 2 Palangka Raya berhasil menjadi juara pada ajang World Invention
Creativity Olympiv (WICO) di Seoul Korea Selatan. Semakin viral lagi setelah
berita ini ditayangkan pada
televisi, beberapa waktu lalu.

Kemenangan siswi SMAN 2 Palangka Raya dengan
hasil penelitiannya mengenai akar bajakah yang dapat menyembuhkan penyakit
kanker payudara, seolah-olah menjadi energi semangat luar biasa bagi penderita
kanker. Akar bajakah menjadi sesuatu yang sangat diburu oleh banyak orang.

Banyak orang yang menghubungi saya menanyakan
tentang akar bajakah ini. Awalnya saya pun bingung kemanakah harus mencari info
tentang akar bajakah. Mendengar namanya pun baru kali ini, apalagi melihat
bentuknya akar bajakah pun tidak pernah sama sekali.

Saya pun mencoba menanyakan tentang akar
bajakah kepada Mbah google, saya ketik “akar bajakah”yang keluar adalah berita
tentang kemenangan siswi SMAN 2 Palangka Raya dan berita di
televisi.
Saya tulis lagi akar bajakah Kalimantan, lagi-lagi isinya tentang akar bajakah
yang sedang populer.

Akhirnya saya bertanya kepada suami saya yang
orang Dayak asli Kapuas, dia pun bercerita bahwa akar bajakah itu ada berbagai
macam jenis, harus berhati-hati dalam memilih akar bajakah.

Ada akar bajakahyang memang berkhasiat, tetapi
ada juga yang beracun. Suami saya melanjutkan ceritanya, bahwa almarhum mertua
saya pun pernah memberikan akar bajakah kepada beberapa orang keluarga yang
sakit kanker payudara, dan bisa sembuh.

Sayangnya, karena mertua saya sudah berusia
lanjut, sudah pikun, dia pun lupa lagi akar bajakah yang mana untuk obat kanker
payudara, ketika kakak ipar saya menderita kanker payudara. Suami saya pun,
tidak bisa membedakan akar bajakah tersebut.

Teman-teman bercerita bila harga akar bajakah saat
ini menjadi sangat mahal. Hmmm…saya jadi teringat ketika saya kuliah di
Fakultas Ekonomi di salah satu perguruan tinggi di Surabaya, teringat teori
permintaan dan penawaran.

Menurut dosen saya, bila permintaan tinggi maka
harga akan naik, dan sebaliknya bila pemintaan menurun maka harga pun akan turun.
Hmmm….permintaan terhadap akar bajakah saat ini sedang sangat tinggi, jadi
wajar bila harga menjadi mahal. Tetapi mahal dalam arti wajar.

Teman saya bilang, ada yang menjual akar
bajakah dengan harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Hmmm…luar biasa
dahsyat, tidak wajar.

Suatu hari saya mencoba ke suatu tempat mencari
akar bajakah. Di tempat tersebut, ramai sekali dan hampir semua menanyakan akar
bajakah, ada yang memang sangat membutuhkan, ada pula yang iseng saja. Saya pun
bertanya kepada penjual apakah ada akar bajakah, menurut penjualnya tidak ada.
Lalu saya melihat ada tumpukan kayu dipotong kecil-kecil. Saya pun bertanya, ini
kayu apa ? Dijawab oleh si penjual, kayu campuran macam-macam.

Baca Juga :  PUPR Pastikan Ganti Biaya Pembebasan Lahan Pile Slab

Saya bertanya lagi, khasiatnya untuk apa ?
Dijawab penjual, khasiatnya untuk macam-macam penyakit. Tiba-tiba ada seseorang
yang datang bertanya, berapa harga kayuitu ? Dijawab penjual Rp15.000

per
bungkus. Lalu orang ini memesan beberapa bungkus dan
meminta supaya dalam kemasan tersebut ditempeli tulisan “akar bajakah”.

Saya mendengar gumamannya, bahwa akan dikirim
ke luar kota, karena banyak yang pesan. Yaaa Tuhan….sayapun terperangah…lah
ko
k itu kayu campuran ditulisi akar bajakah, ini sudah masuk
kat
egori penipuan. Jujur, ada rasa amarah di hati saya.

Saya membayangkan orang yang sedang terkena
penyakit kanker payudara, dalam kondisi seperti itu segala ikhtiar untuk sembuh
pasti akan dilakukan baik oleh penderita tersebut maupun oleh keluarganya.
Ketika almarhum ibu saya sakit, kami anak-anaknya berusaha yang terbaik, tidak
perduli berapa uang yang harus dikeluarkan, keinginan kami anak-anaknya adalah
ibu kami dapat sembuh.

Saya membayangkan pastilah  penderita kanker dan keluarganya sangat
berharap dapat disembuhkan melalui ikhtiar mengkonsumsi akar bajakah. Berapapun
harganya, bagi orang yang mampu pasti akan dibelinya.

Terbayang oleh saya, penderita kanker dan
keluarganya yang sudah mengeluarkan uang cukup besar, berharap dapat sembuh
ternyata diberi akar bajakah palsu. Bagi saya ini merupakan tindakan yang luar
biasa jahat. Lebih bahayab lagi bila ternyata akar bajakah yang diberikan
adalah akar bajakah yang beracun.

Saya teringat, dulu di TV ada ucapan dari Bang
Napi “Kejahatan ada karena ada kesempatan, waspadalah..waspadalah”. Yup…benar
sekali ucapan bang napi itu, saat ini banyak orang mencari akar bajakah, dan
hal ini menjadi peluang terjadi kejahatan bisnis.

Saya pun teringat pada saat study S2 di salah
satu PTN di Bandung, mata kuliah kejahatan bisnis. Saya masih ingat, dosen yang
mengajar mata kuliah ini adalah Prof Romli Atmasasmita. Beliau mengatakan bahwa
pengertian “kejahatan bisnis” secara filosofis adalah terjadi
perubahan nilai-nilai (values) dalam masyarakat ketika suatu aktivitas bisnis
dioperasikan sedemikian rupa sehingga sangat merugikan kepentingan masyarakat
luas.

Baca Juga :  Siapkan Rp20 Miliar untuk THR PNS

Kejahatan bisnis apabila dilihat secara
substantif pada hakekatnya merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap etika
dan hukum. Bidang cakupan kedua disiplin tersebut sebenarnya saling
jalin-menjalin dan tidak tumpang tindih. Hukum menemukan batas-batasnya dalam
wujud potensi pemberdayaan pada tingkat praktis dan seberapa jauh fakta dapat
diverifikasi.

Karena itu, hukum hanya dapat dijewantahkan
melalui proses hukum acara yang formal. Sementara etika (tertib moral) pada
dasarnya merupakan infrastruktur hukum. Suatu negara yang mengkontraskan tertib
hukum dengan etika sosial akan mengalami stagnasi karena hukum juga memerlukan
landasan etika sosial.

Oleh karena itu, banyak disaksikan ketentuan
pidana merupakan prinsip-prinsip etis yang diangkat ke tataran sosial dengan
dilandaskan pada norma-norma (moralitas) (dikutip dari  Iza
Fadri, Kebijakan Kriminal Penanggulangan Tindak Pidana Ekonomi di
Indonesia, Jurnal Hukum No
mor 3 Vol 17 Juli 2010:
430 – 455, hal:437).

Terkait dengan penjualan akar bajakah palsu
dengan harga yang fantastis, menurut saya ini pun merupakan suatu kejahatan
bisnis, merupakan suatu pelanggaran terhadap etika dan hukum.

Peluang bisnis boleh saja dipergunakan, tetapi
dengan sewajarnya, tanpa melanggar etika dan hukum. Hal ini tidak dapat
dibiarkan, karena akan sangat merugikan masyarakat luas khususnya konsumen.
Perlu dilakukan tindakan yang melindungi konsumen.

Pemerintah Daerah dan aparat terkait, harus
segera melakukan tindakan untuk menertibkan para penjual dadakan akar bajakah
yang sangat dimungkinkan bukanlah akar bajakah yang sesungguhnya berkhasiat
untuk menyembuhkan penyakit kanker payudara sebagimana hasil penelitian dari
siswi-siswi SMAN 2 Palangka Raya.

Di sisi lain, saya sangat setuju bila hasil
penelitian dari siswi-siswi SMAN 2 Palangka Raya ini dilanjutkan dengan
penelitian yang lebih mendalam, agar hasilnya optimal. Selain itu, hasil
penelitian terhadap akar bajakah yang merupakan kekayaan alam di Kalimantan
Tengah, dan merupakan kearifan lokal, perlu dipikirkan langkah selanjutnya
mengenai Hak Kekayaan Intelektual.

Kepada masyarakat, diharapkan untuk tidak latah
dengan membeli akar bakajah tanpa mengetahui apakah akar bajakah itu asli atau
tidak. Jangan terlalu berharap berlebihan akan keajaiban khasiat akar bajakah.
Karena tidak semua orang cocok dengan pengobatan akar bajakah, semuanya kembali
lagi kepada kekuasaan Tuhan atas pemulihan terhadap sakit penyakit. Berikhtiar
untuk kesembuhan sangat baik, tetapi perlu diiringi dengan kehati-hatian dalam
berobat. Semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
(*)

(Penulis
adalah Dosen L2dikti Wilayah XI Kalimantan/Komisioner Bawaslu Kalteng)

AKHIR-akhir ini salah satu topik yang ramai
dibicarakan adalah mengenai akar bajakah. Sejak berita mengenai Siswi-siswi
SMAN 2 Palangka Raya berhasil menjadi juara pada ajang World Invention
Creativity Olympiv (WICO) di Seoul Korea Selatan. Semakin viral lagi setelah
berita ini ditayangkan pada
televisi, beberapa waktu lalu.

Kemenangan siswi SMAN 2 Palangka Raya dengan
hasil penelitiannya mengenai akar bajakah yang dapat menyembuhkan penyakit
kanker payudara, seolah-olah menjadi energi semangat luar biasa bagi penderita
kanker. Akar bajakah menjadi sesuatu yang sangat diburu oleh banyak orang.

Banyak orang yang menghubungi saya menanyakan
tentang akar bajakah ini. Awalnya saya pun bingung kemanakah harus mencari info
tentang akar bajakah. Mendengar namanya pun baru kali ini, apalagi melihat
bentuknya akar bajakah pun tidak pernah sama sekali.

Saya pun mencoba menanyakan tentang akar
bajakah kepada Mbah google, saya ketik “akar bajakah”yang keluar adalah berita
tentang kemenangan siswi SMAN 2 Palangka Raya dan berita di
televisi.
Saya tulis lagi akar bajakah Kalimantan, lagi-lagi isinya tentang akar bajakah
yang sedang populer.

Akhirnya saya bertanya kepada suami saya yang
orang Dayak asli Kapuas, dia pun bercerita bahwa akar bajakah itu ada berbagai
macam jenis, harus berhati-hati dalam memilih akar bajakah.

Ada akar bajakahyang memang berkhasiat, tetapi
ada juga yang beracun. Suami saya melanjutkan ceritanya, bahwa almarhum mertua
saya pun pernah memberikan akar bajakah kepada beberapa orang keluarga yang
sakit kanker payudara, dan bisa sembuh.

Sayangnya, karena mertua saya sudah berusia
lanjut, sudah pikun, dia pun lupa lagi akar bajakah yang mana untuk obat kanker
payudara, ketika kakak ipar saya menderita kanker payudara. Suami saya pun,
tidak bisa membedakan akar bajakah tersebut.

Teman-teman bercerita bila harga akar bajakah saat
ini menjadi sangat mahal. Hmmm…saya jadi teringat ketika saya kuliah di
Fakultas Ekonomi di salah satu perguruan tinggi di Surabaya, teringat teori
permintaan dan penawaran.

Menurut dosen saya, bila permintaan tinggi maka
harga akan naik, dan sebaliknya bila pemintaan menurun maka harga pun akan turun.
Hmmm….permintaan terhadap akar bajakah saat ini sedang sangat tinggi, jadi
wajar bila harga menjadi mahal. Tetapi mahal dalam arti wajar.

Teman saya bilang, ada yang menjual akar
bajakah dengan harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Hmmm…luar biasa
dahsyat, tidak wajar.

Suatu hari saya mencoba ke suatu tempat mencari
akar bajakah. Di tempat tersebut, ramai sekali dan hampir semua menanyakan akar
bajakah, ada yang memang sangat membutuhkan, ada pula yang iseng saja. Saya pun
bertanya kepada penjual apakah ada akar bajakah, menurut penjualnya tidak ada.
Lalu saya melihat ada tumpukan kayu dipotong kecil-kecil. Saya pun bertanya, ini
kayu apa ? Dijawab oleh si penjual, kayu campuran macam-macam.

Baca Juga :  PUPR Pastikan Ganti Biaya Pembebasan Lahan Pile Slab

Saya bertanya lagi, khasiatnya untuk apa ?
Dijawab penjual, khasiatnya untuk macam-macam penyakit. Tiba-tiba ada seseorang
yang datang bertanya, berapa harga kayuitu ? Dijawab penjual Rp15.000

per
bungkus. Lalu orang ini memesan beberapa bungkus dan
meminta supaya dalam kemasan tersebut ditempeli tulisan “akar bajakah”.

Saya mendengar gumamannya, bahwa akan dikirim
ke luar kota, karena banyak yang pesan. Yaaa Tuhan….sayapun terperangah…lah
ko
k itu kayu campuran ditulisi akar bajakah, ini sudah masuk
kat
egori penipuan. Jujur, ada rasa amarah di hati saya.

Saya membayangkan orang yang sedang terkena
penyakit kanker payudara, dalam kondisi seperti itu segala ikhtiar untuk sembuh
pasti akan dilakukan baik oleh penderita tersebut maupun oleh keluarganya.
Ketika almarhum ibu saya sakit, kami anak-anaknya berusaha yang terbaik, tidak
perduli berapa uang yang harus dikeluarkan, keinginan kami anak-anaknya adalah
ibu kami dapat sembuh.

Saya membayangkan pastilah  penderita kanker dan keluarganya sangat
berharap dapat disembuhkan melalui ikhtiar mengkonsumsi akar bajakah. Berapapun
harganya, bagi orang yang mampu pasti akan dibelinya.

Terbayang oleh saya, penderita kanker dan
keluarganya yang sudah mengeluarkan uang cukup besar, berharap dapat sembuh
ternyata diberi akar bajakah palsu. Bagi saya ini merupakan tindakan yang luar
biasa jahat. Lebih bahayab lagi bila ternyata akar bajakah yang diberikan
adalah akar bajakah yang beracun.

Saya teringat, dulu di TV ada ucapan dari Bang
Napi “Kejahatan ada karena ada kesempatan, waspadalah..waspadalah”. Yup…benar
sekali ucapan bang napi itu, saat ini banyak orang mencari akar bajakah, dan
hal ini menjadi peluang terjadi kejahatan bisnis.

Saya pun teringat pada saat study S2 di salah
satu PTN di Bandung, mata kuliah kejahatan bisnis. Saya masih ingat, dosen yang
mengajar mata kuliah ini adalah Prof Romli Atmasasmita. Beliau mengatakan bahwa
pengertian “kejahatan bisnis” secara filosofis adalah terjadi
perubahan nilai-nilai (values) dalam masyarakat ketika suatu aktivitas bisnis
dioperasikan sedemikian rupa sehingga sangat merugikan kepentingan masyarakat
luas.

Baca Juga :  Siapkan Rp20 Miliar untuk THR PNS

Kejahatan bisnis apabila dilihat secara
substantif pada hakekatnya merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap etika
dan hukum. Bidang cakupan kedua disiplin tersebut sebenarnya saling
jalin-menjalin dan tidak tumpang tindih. Hukum menemukan batas-batasnya dalam
wujud potensi pemberdayaan pada tingkat praktis dan seberapa jauh fakta dapat
diverifikasi.

Karena itu, hukum hanya dapat dijewantahkan
melalui proses hukum acara yang formal. Sementara etika (tertib moral) pada
dasarnya merupakan infrastruktur hukum. Suatu negara yang mengkontraskan tertib
hukum dengan etika sosial akan mengalami stagnasi karena hukum juga memerlukan
landasan etika sosial.

Oleh karena itu, banyak disaksikan ketentuan
pidana merupakan prinsip-prinsip etis yang diangkat ke tataran sosial dengan
dilandaskan pada norma-norma (moralitas) (dikutip dari  Iza
Fadri, Kebijakan Kriminal Penanggulangan Tindak Pidana Ekonomi di
Indonesia, Jurnal Hukum No
mor 3 Vol 17 Juli 2010:
430 – 455, hal:437).

Terkait dengan penjualan akar bajakah palsu
dengan harga yang fantastis, menurut saya ini pun merupakan suatu kejahatan
bisnis, merupakan suatu pelanggaran terhadap etika dan hukum.

Peluang bisnis boleh saja dipergunakan, tetapi
dengan sewajarnya, tanpa melanggar etika dan hukum. Hal ini tidak dapat
dibiarkan, karena akan sangat merugikan masyarakat luas khususnya konsumen.
Perlu dilakukan tindakan yang melindungi konsumen.

Pemerintah Daerah dan aparat terkait, harus
segera melakukan tindakan untuk menertibkan para penjual dadakan akar bajakah
yang sangat dimungkinkan bukanlah akar bajakah yang sesungguhnya berkhasiat
untuk menyembuhkan penyakit kanker payudara sebagimana hasil penelitian dari
siswi-siswi SMAN 2 Palangka Raya.

Di sisi lain, saya sangat setuju bila hasil
penelitian dari siswi-siswi SMAN 2 Palangka Raya ini dilanjutkan dengan
penelitian yang lebih mendalam, agar hasilnya optimal. Selain itu, hasil
penelitian terhadap akar bajakah yang merupakan kekayaan alam di Kalimantan
Tengah, dan merupakan kearifan lokal, perlu dipikirkan langkah selanjutnya
mengenai Hak Kekayaan Intelektual.

Kepada masyarakat, diharapkan untuk tidak latah
dengan membeli akar bakajah tanpa mengetahui apakah akar bajakah itu asli atau
tidak. Jangan terlalu berharap berlebihan akan keajaiban khasiat akar bajakah.
Karena tidak semua orang cocok dengan pengobatan akar bajakah, semuanya kembali
lagi kepada kekuasaan Tuhan atas pemulihan terhadap sakit penyakit. Berikhtiar
untuk kesembuhan sangat baik, tetapi perlu diiringi dengan kehati-hatian dalam
berobat. Semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
(*)

(Penulis
adalah Dosen L2dikti Wilayah XI Kalimantan/Komisioner Bawaslu Kalteng)

Terpopuler

Artikel Terbaru