27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Masih Ada 95 Hotspot di Kalteng

PALANGKA RAYA – Meski
cuaca di Provinsi Kalteng, khususnya Kota Palangka Raya mulai terlihat bersih,
namun ternyata hingga Kamis
(3/10/2019)
pagi, masih ada 95 hotspot yang tersebar di sejumlah wilayah
di Kalteng, yaitu di Kabupaten Kapuas, Pulang Pisau dan juga Barito Selatan.

Hal ini diungkapkan Kepala Badan
Penanggulangan Bancana Daerah (BPBD) dan Pemadam Kebakaran Provinsi Kalteng, Mofit
Saptono
Subagio pada acara
talkshow di Gedung Biru Kalteng Pos, Kamis (3/10) pagi.

Dikatakan Mofit, semakin
berkurangnya kebakatan lahan, membuat Pemprov Kalteng mengakhiri status tanggap
darurat karhutla menjadi status transisi darurat ke pemulihan.

Namun menurutnya, ini belum berakhir.
Pihaknya masih terus melakukan pemantauan hingga 31 Oktober, sampai karhutla
benar-benar sudah tidak terjadi lagi.

Dijelaskan Mofit, Kalteng punya
potensi kebakaran lahan tiap tahunnya. Untuk itu, upaya pencegahan harus
dilakukan, agar kejadian serupa tidak terjadi di tahun depan.  Lantas seperti apa caranya?

“Banyak unsur yang harus
dilakukan dan dibenahi agar kita bisa mencegah terjadinya kebakaran lahan dan
hutan di tahun-tahun berikutnya. Untuk itu, perlu komitmen kuat, mulai dari
tingkat bawah, seperti masyarakat, RT, RW, lurah, camat hingga kepala daerah,”
ungkap mantan Wali Kota Palangka Raya ini.

Baca Juga :  DPPRD Lakukan Rasionalisasi Penyerapan Pajak

Dikatakanya, mindset masyarakat bila terjadi
kebakaran harus diubah. Yang biasanya langsung foto dan share, saatnya mereka ikut
berperan serta dalam upaya pemadaman.

Kemudian, pada lingkungan terkecil,
harus ada tim pemadam untuk menjaga kawasan tersebut, baik kebakaran pemukiman
dan kebakaran lahan dan hutan. Disini, fungsi RT, RW, lurah dan camat untuk
mengontrolnya. Tentu, domainnya tetap pada pemerintah kabupaten/ kota.

Yang tak kalah penting adalah
adanya skill dan sumber daya manusia (SDM) yang akan terlibat dalam upaya
pemadaan kebakaran. Karena yang terjadi saat ini, di BPBD sendiri tidak
mempunya SDM yang memang khusus untuk menangani bencana. Mereka adalah tenaga
cabutan.

“Kita punya potensi kebakaran
lahan tiap tahun, maka kita harus merekrut orang sebagai tim lapangan. Ingat,
penanganan kebakaran perumahan itu beda dengan penanganan pemadaman lahan dan
hutan. Bencana tak bisa diprediksi kapan datangnya, maka tim ini nantinya yang akan
menjaga penuh,”tambahnya.

Baca Juga :  Perkuat Pantauan, Kapuas Tambah Dua Posko Satgas Covid-19

Dikatakan Mofit, Pemprov Kalteng
juga harus punya tim di setiap daerah. Gunanya adalah untuk supporting kabupaten/ kota tak kala
mereka tak mampu menanggulangi bencana yang terjadi.

Dalam acara Talkshow Kalteng Pos,
Mofit menjelaskan sejumlah kendala yang terjadi saat timnya melakukan pemadaman
lahan dan hutan. Yang sangat krusial adalah, sulitnya mendapatkan sumber air dan
keterbatasan kemampuan peralatan yang digunakan.

Sementara itu, Kabid
Penanggulangan Bencana BPBD Kota Palangka Raya, Henora Kofeno Nahan yang juga
ikut dalam talkshow di Kalteng Pos mengatakan, meski sudah terjadi hujan lebat.

Palangka Raya masih berpotensi
dilanda kabut asap. Karena menurutnya, hujan yang mengguyur Kota Palangka Raya
bukan menandakan bahwa musim kemarau panjang sudah berakhir. Namun diakuinya,
hujan tersebut cukup berdampak dalam sejumlah titik api karhutla yang terjadi
di Kota Palangka Raya.

“Kami terus melakukan koordinasi
dengan semua lini, termasuk dengan BPBD Provinsi Kalteng sampai kebakaran lahan
tidak terjadi lagi di Kota Palangka Raya,” ungkapnya. (bud/nto)

PALANGKA RAYA – Meski
cuaca di Provinsi Kalteng, khususnya Kota Palangka Raya mulai terlihat bersih,
namun ternyata hingga Kamis
(3/10/2019)
pagi, masih ada 95 hotspot yang tersebar di sejumlah wilayah
di Kalteng, yaitu di Kabupaten Kapuas, Pulang Pisau dan juga Barito Selatan.

Hal ini diungkapkan Kepala Badan
Penanggulangan Bancana Daerah (BPBD) dan Pemadam Kebakaran Provinsi Kalteng, Mofit
Saptono
Subagio pada acara
talkshow di Gedung Biru Kalteng Pos, Kamis (3/10) pagi.

Dikatakan Mofit, semakin
berkurangnya kebakatan lahan, membuat Pemprov Kalteng mengakhiri status tanggap
darurat karhutla menjadi status transisi darurat ke pemulihan.

Namun menurutnya, ini belum berakhir.
Pihaknya masih terus melakukan pemantauan hingga 31 Oktober, sampai karhutla
benar-benar sudah tidak terjadi lagi.

Dijelaskan Mofit, Kalteng punya
potensi kebakaran lahan tiap tahunnya. Untuk itu, upaya pencegahan harus
dilakukan, agar kejadian serupa tidak terjadi di tahun depan.  Lantas seperti apa caranya?

“Banyak unsur yang harus
dilakukan dan dibenahi agar kita bisa mencegah terjadinya kebakaran lahan dan
hutan di tahun-tahun berikutnya. Untuk itu, perlu komitmen kuat, mulai dari
tingkat bawah, seperti masyarakat, RT, RW, lurah, camat hingga kepala daerah,”
ungkap mantan Wali Kota Palangka Raya ini.

Baca Juga :  DPPRD Lakukan Rasionalisasi Penyerapan Pajak

Dikatakanya, mindset masyarakat bila terjadi
kebakaran harus diubah. Yang biasanya langsung foto dan share, saatnya mereka ikut
berperan serta dalam upaya pemadaman.

Kemudian, pada lingkungan terkecil,
harus ada tim pemadam untuk menjaga kawasan tersebut, baik kebakaran pemukiman
dan kebakaran lahan dan hutan. Disini, fungsi RT, RW, lurah dan camat untuk
mengontrolnya. Tentu, domainnya tetap pada pemerintah kabupaten/ kota.

Yang tak kalah penting adalah
adanya skill dan sumber daya manusia (SDM) yang akan terlibat dalam upaya
pemadaan kebakaran. Karena yang terjadi saat ini, di BPBD sendiri tidak
mempunya SDM yang memang khusus untuk menangani bencana. Mereka adalah tenaga
cabutan.

“Kita punya potensi kebakaran
lahan tiap tahun, maka kita harus merekrut orang sebagai tim lapangan. Ingat,
penanganan kebakaran perumahan itu beda dengan penanganan pemadaman lahan dan
hutan. Bencana tak bisa diprediksi kapan datangnya, maka tim ini nantinya yang akan
menjaga penuh,”tambahnya.

Baca Juga :  Perkuat Pantauan, Kapuas Tambah Dua Posko Satgas Covid-19

Dikatakan Mofit, Pemprov Kalteng
juga harus punya tim di setiap daerah. Gunanya adalah untuk supporting kabupaten/ kota tak kala
mereka tak mampu menanggulangi bencana yang terjadi.

Dalam acara Talkshow Kalteng Pos,
Mofit menjelaskan sejumlah kendala yang terjadi saat timnya melakukan pemadaman
lahan dan hutan. Yang sangat krusial adalah, sulitnya mendapatkan sumber air dan
keterbatasan kemampuan peralatan yang digunakan.

Sementara itu, Kabid
Penanggulangan Bencana BPBD Kota Palangka Raya, Henora Kofeno Nahan yang juga
ikut dalam talkshow di Kalteng Pos mengatakan, meski sudah terjadi hujan lebat.

Palangka Raya masih berpotensi
dilanda kabut asap. Karena menurutnya, hujan yang mengguyur Kota Palangka Raya
bukan menandakan bahwa musim kemarau panjang sudah berakhir. Namun diakuinya,
hujan tersebut cukup berdampak dalam sejumlah titik api karhutla yang terjadi
di Kota Palangka Raya.

“Kami terus melakukan koordinasi
dengan semua lini, termasuk dengan BPBD Provinsi Kalteng sampai kebakaran lahan
tidak terjadi lagi di Kota Palangka Raya,” ungkapnya. (bud/nto)

Terpopuler

Artikel Terbaru