30 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Bikin Video untuk Promosikan Karya

Rizki pemuda ulet.
Kegemarannya menggambar sketsa sejak SD kini bisa menjadi sandaran hidup. Dia
mempromosikan karyanya di dunia maya. Menerima order sketsa dari banyak orang.

R. AUFAR DHANI
HIKMAWAN, Surabaya

PANDANGANNYA terfokus
pada kertas berukuran A4 di tangan. Menggunakan pensil 2 B, Achmad Rizki Fauzi
begitu lihai mengarsir. Sebentar kemudian, dia membuat coretan-coretan di
kertas tersebut. Setelah beberapa lama, sebuah sketsa wajah milik pemesannya
selesai dikerjakan.

Rizki memang akrab
dengan aktivitas menggambar. Bahkan, hal itu dikerjakannya sejak dia duduk di
bangku sekolah dasar. Mulanya dia menyukai menggambar tokoh anime Jepang
seperti detektif Conan, Doraemon, dan Dragon Ball. “Ketika itu, belum bentuk
pola. Jadi, ya cuma iseng gambar,” kata Rizki di Yello Hotel pada Kamis lalu
(19/9).

Ketika itu, Rizki
berkumpul bersama komunitas doodle art. Di antara anggota komunitas tersebut,
Rizki terlihat paling berbeda. Namun, dia percaya diri. Rizki belajar
menggambar secara otodidak. Dalam keluarganya, tak ada darah seni. Dia juga tak
pernah berguru kepada siapa pun. Yang dia punya hanya kemauan keras. Bila ada
keinginan, tak ada satu pun yang bisa menghalangi. Termasuk belajar menggambar
tadi. Jari jemarinya yang mengalami kecacatan sama sekali tak menghalangi
hobinya Alas kertas yang digunakannya sering bergerak mengikuti gerakan pensil.
Hal itu tak membuat Rizki patah arang. Meski, waktu menggambar yang dibutuhkan
lebih lama.

Baca Juga :  Tampilan Futuristis untuk Halloween

Hasil karya Rizki kerap
menuai pujian dari guru-gurunya. Namun, tak sedikit pula yang mengejek. Cacat
fisik yang dialami seakan turut memengaruhi kehidupan sosialnya. Terutama dalam
pergaulan dengan teman. Rizki menyebut masa kecilnya penuh dengan kenangan
buruk. Selalu mengalami perundungan. Apalagi, dia memilih menempuh pendidikan
di sekolah umum. Tekanan demi tekanan pun dirasakannya. “Saat SD, saya
disuruh-suruh beli jajan. Kalau enggak mau, dijauhi sama teman. Rasanya sedih
banget,” ujar bungsu tiga bersaudara tersebut. Kondisi itu membuat dia begitu
tertekan.

Ketika masuk SMP, Rizki
berharap memori buruk saat SD tidak terulang. Terutama soal bullying. Namun,
kenyataannya perundungan itu tetap saja ada. Pemuda asli Banyuwangi tersebut justru
lebih stres. Sebab, aktivitas menggambar di SMP tidak intens. Dia lebih
disibukkan dengan kegiatan lain. Yakni, belajar dan olahraga. Kondisi itu
mendorongnya untuk mencari cara lain. Yang ada di kepalanya saat itu adalah
pelampiasan. “Kumpul sama kakak kelas. Jadi anak mbeling pokoknya.
Ngelakonisingenggaknggenahpokoke. Biasa, masih anak labil,” katanya.

Baca Juga :  Penegak Putri Mankoraya Raih Juara Umum

Rizki melanjutkan ke
jenjang sekolah menengah kejuruan (SMK). Di situ, tingkah lakunya berubah. Dia
memulai kembali hobi menggambarnya. Kali ini, dia tidak sekadar menggambar.
Rizki mencoba untuk mengeksplorasi berbagai jenis gambar. Misalnya, doodle art
dan sketsa. Namun, dia lebih condong membuat sketsa. Setelah menyelesaikan satu
sketsa, Rizki memamerkan karyanya itu ke temannya.

Dari situ, keran bisnis
Rizki terbuka. Banyak yang tertarik ingin dibuatkan gambar sketsa wajah. Sebab,
gambar yang dihasilkan Rizki cukup bagus. Dia pun berinovasi dengan membuat
semacam video time lapse. Mulai sebelum pengerjaan hingga tuntas. Setelah itu,
dia membagikannya ke medsos.

Rizki terus kebanjiran
order. “Sudah enggak terhitung berapa. Yang jelas, hampir di seluruh Indonesia,
kecuali wilayah Papua. Sebab, ongkos kirimnya lumayan mahal, hehe,” katanya.
Setiap satu sketsa dihargai sekitar Rp200 ribu. Sebulan, dia bisa mengantongi
Rp4 juta.

Saat ini Rizki juga berkecimpung dalam berbagai
komunitas pencinta seni. Tujuannya sederhana. Salah satunya ingin menunjukkan
bahwa kekurangan fisik itu bukan halangan untuk berkarya. (jpc)

Rizki pemuda ulet.
Kegemarannya menggambar sketsa sejak SD kini bisa menjadi sandaran hidup. Dia
mempromosikan karyanya di dunia maya. Menerima order sketsa dari banyak orang.

R. AUFAR DHANI
HIKMAWAN, Surabaya

PANDANGANNYA terfokus
pada kertas berukuran A4 di tangan. Menggunakan pensil 2 B, Achmad Rizki Fauzi
begitu lihai mengarsir. Sebentar kemudian, dia membuat coretan-coretan di
kertas tersebut. Setelah beberapa lama, sebuah sketsa wajah milik pemesannya
selesai dikerjakan.

Rizki memang akrab
dengan aktivitas menggambar. Bahkan, hal itu dikerjakannya sejak dia duduk di
bangku sekolah dasar. Mulanya dia menyukai menggambar tokoh anime Jepang
seperti detektif Conan, Doraemon, dan Dragon Ball. “Ketika itu, belum bentuk
pola. Jadi, ya cuma iseng gambar,” kata Rizki di Yello Hotel pada Kamis lalu
(19/9).

Ketika itu, Rizki
berkumpul bersama komunitas doodle art. Di antara anggota komunitas tersebut,
Rizki terlihat paling berbeda. Namun, dia percaya diri. Rizki belajar
menggambar secara otodidak. Dalam keluarganya, tak ada darah seni. Dia juga tak
pernah berguru kepada siapa pun. Yang dia punya hanya kemauan keras. Bila ada
keinginan, tak ada satu pun yang bisa menghalangi. Termasuk belajar menggambar
tadi. Jari jemarinya yang mengalami kecacatan sama sekali tak menghalangi
hobinya Alas kertas yang digunakannya sering bergerak mengikuti gerakan pensil.
Hal itu tak membuat Rizki patah arang. Meski, waktu menggambar yang dibutuhkan
lebih lama.

Baca Juga :  Tampilan Futuristis untuk Halloween

Hasil karya Rizki kerap
menuai pujian dari guru-gurunya. Namun, tak sedikit pula yang mengejek. Cacat
fisik yang dialami seakan turut memengaruhi kehidupan sosialnya. Terutama dalam
pergaulan dengan teman. Rizki menyebut masa kecilnya penuh dengan kenangan
buruk. Selalu mengalami perundungan. Apalagi, dia memilih menempuh pendidikan
di sekolah umum. Tekanan demi tekanan pun dirasakannya. “Saat SD, saya
disuruh-suruh beli jajan. Kalau enggak mau, dijauhi sama teman. Rasanya sedih
banget,” ujar bungsu tiga bersaudara tersebut. Kondisi itu membuat dia begitu
tertekan.

Ketika masuk SMP, Rizki
berharap memori buruk saat SD tidak terulang. Terutama soal bullying. Namun,
kenyataannya perundungan itu tetap saja ada. Pemuda asli Banyuwangi tersebut justru
lebih stres. Sebab, aktivitas menggambar di SMP tidak intens. Dia lebih
disibukkan dengan kegiatan lain. Yakni, belajar dan olahraga. Kondisi itu
mendorongnya untuk mencari cara lain. Yang ada di kepalanya saat itu adalah
pelampiasan. “Kumpul sama kakak kelas. Jadi anak mbeling pokoknya.
Ngelakonisingenggaknggenahpokoke. Biasa, masih anak labil,” katanya.

Baca Juga :  Penegak Putri Mankoraya Raih Juara Umum

Rizki melanjutkan ke
jenjang sekolah menengah kejuruan (SMK). Di situ, tingkah lakunya berubah. Dia
memulai kembali hobi menggambarnya. Kali ini, dia tidak sekadar menggambar.
Rizki mencoba untuk mengeksplorasi berbagai jenis gambar. Misalnya, doodle art
dan sketsa. Namun, dia lebih condong membuat sketsa. Setelah menyelesaikan satu
sketsa, Rizki memamerkan karyanya itu ke temannya.

Dari situ, keran bisnis
Rizki terbuka. Banyak yang tertarik ingin dibuatkan gambar sketsa wajah. Sebab,
gambar yang dihasilkan Rizki cukup bagus. Dia pun berinovasi dengan membuat
semacam video time lapse. Mulai sebelum pengerjaan hingga tuntas. Setelah itu,
dia membagikannya ke medsos.

Rizki terus kebanjiran
order. “Sudah enggak terhitung berapa. Yang jelas, hampir di seluruh Indonesia,
kecuali wilayah Papua. Sebab, ongkos kirimnya lumayan mahal, hehe,” katanya.
Setiap satu sketsa dihargai sekitar Rp200 ribu. Sebulan, dia bisa mengantongi
Rp4 juta.

Saat ini Rizki juga berkecimpung dalam berbagai
komunitas pencinta seni. Tujuannya sederhana. Salah satunya ingin menunjukkan
bahwa kekurangan fisik itu bukan halangan untuk berkarya. (jpc)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya

Terpopuler

Artikel Terbaru