33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Kretek dalam Balutan Tragedi Keluarga

Pergulatan batin dan penokohan menjadi kekuatan novel ini. Namun, agak kurang tepat untuk menyebutnya sebagai fiksi sejarah.

GUNTER Wilhelm Grass mengatakan bahwa sastra merupakan salah satu sarana untuk merawat ingatan dan memahami sejarah. Mungkin pernyataan itulah yang ”coba” ditampilkan Puspa Seruni dalam novelnya berjudul Sukma Sunarmi.

Novel ini berkisah tentang perjalanan hidup tokoh-tokohnya melewati persimpangan sejarah: peristiwa 1965 dan reformasi 1998. Melalui sudut pandang orang pertama, novel ini diceritakan. Ada dua narator: Sunarmi (An Ming) dan Sukma.

An Ming adalah seorang putri pemilik pabrik kretek keturunan Tionghoa yang jalan hidupnya berubah setelah ayahnya dijemput paksa karena diduga terlibat dalam peristiwa ’65. An Ming kecil yang hidup sebatang kara dibawa Yuk Jah, pembantunya, untuk ikut tinggal di kampung halaman wanita itu.

Yuk Jah kemudian mengganti nama An Ming menjadi Sunarmi dan menyamarkan mantan majikannya sebagai anaknya. Kehidupan Sunarmi kecil begitu berat. Ia terpaksa putus sekolah dan ikut Yuk Jah menjadi buruh tani sampai suatu peristiwa menjadikannya buruh pabrik kretek.

Seharusnya itu peristiwa yang baik, tetapi justru dari sana konflik cerita ini bermula. Dengan karakter uniknya, buruh pabrik perempuan yang suka membaca koran, Sunarmi menarik perhatian banyak orang. Termasuk juga anak pemilik pabrik bernama Ilman.

Lalu suatu peristiwa membuat mereka menjadi dekat. Peristiwa itu terjadi setelah Sunarmi membantu Ilman menemukan kecurangan yang dilakukan para pengurus gudang. Sunarmi yang sejak kecil mampu membedakan mana tembakau lauk dan mana tembakau nasi mudah saja menemukan para pelaku yang membuat pabrik terus merugi.

Baca Juga :  Setengah Hantu

Peristiwa itu membuat Ilman jatuh cinta kepada Sunarmi. Begitu pun Sunarmi; ia jatuh cinta meski tahu Ilman telah beristri. Ilman berjanji akan menceraikan istrinya. Namun, sampai akhirnya Sunarmi hamil, Ilman tidak juga menceraikan istrinya dan malah mengusir dan memecat Sunarmi.

Dengan perut hamil, tanpa masa depan, Sunarmi memutuskan mengakhiri hidup. Dan seperti yang biasa terjadi, seorang penyelamat datang di saat yang tepat. Penyelamat itu bernama Ngatmo, seorang sopir truk yang telah lama jatuh cinta pada Sunarmi.

Meskipun hidupnya terselamatkan, Sunarmi tidak bahagia. Ia masih tidak bisa menerima nasibnya yang harus menikah dengan sopir truk. Ia selalu menyayangkan nasibnya, seorang anak pengusaha kretek, mantan istri pengusaha kretek, menikah dengan lelaki yang tidak pernah mengenyam pendidikan.

Hal itu membuatnya menjadi perempuan dingin. Caranya berpikir dan bersikap membuatnya tampak amat kontras dengan watak narator yang satunya: Sukma.

Tumbuh besar tanpa kasih sayang seorang ibu, Sukma dikaruniai seorang ayah yang sangat menyayanginya. Ngatmo menganggap Sukma seperti anaknya sendiri. Ia mencintainya setulus hati.

Ia selalu bisa menggantikan Sunarmi yang tak menginginkan bayi itu. Ia menjadi ibu untuk si kecil Sukma.

Kehidupan keluarga ini pun berubah menjadi cukup bahagia ketika Sunarmi telah berdamai dengan keadaan. Apalagi ketika Ngatmo naik kelas menjadi tuan tanah berkat keberhasilannya mengolah sepetak tanah warisan menjadi ladang tembakau.

Dengan modal kegigihan dan banyak keberuntungan, Ngatmo berhasil membawa keluarga kecilnya menuju kemakmuran. Kebahagiaan pun mulai menengok mereka. Namun, seperti yang biasa terjadi, kebahagiaan tidak bertahan lama.

Baca Juga :  Kisah-kisah Menakjubkan Muslimah Teladan Sepanjang Sejarah

Masa lalu Sunarmi kembali datang menyerang. Yang pertama menjadi korban adalah gudang tembakaunya yang dibakar para perusuh menjelang runtuhnya Orde Baru. Gosip pemiliknya adalah orang Tionghoa merupakan musababnya. Peristiwa-peristiwa sejarah di masa lalu kembali menuntun jalan cerita.

Yang selanjutnya menjadi korban adalah ladang tembakaunya. Krisis dan gagal panen membuat keluarga ini terpaksa menjual beberapa petak tanahnya. Kemudian giliran keluarganya yang kena.

Sunarmi kehilangan suami, Sukma kehilangan ayah. Sakit dan beban pikiran membuat Ngatmo berpulang tidak lama setelah reformasi 1998. Kemudian hubungan anak dan ibu menjadi buruk saat Sunarmi memilih menjual tanah peninggalan Ngatmo untuk membangun pabrik.

Sukma tidak terima dan perang dingin yang telah diinvestasikan dari hubungan buruk itu mencapai puncaknya di hari pernikahan Sukma: Sunarmi menghadiahi pembunuhan sebagai kado nikah Sukma!

Pergulatan batin dan penokohan menjadi kekuatan novel ini. Ditambah sisipan informasi seputar sejarah perkembangan kretek dalam balutan tragedi keluarga membuat cerita ini berbeda dari cerita kebanyakan. Namun, agak kurang tepat untuk menyebut novel ini fiksi sejarah, seperti yang disampaikan Kurnia Effendi dalam pengantarnya.

Sejarah tidak mengambil porsi besar dalam cerita. Sejarah sekadar persinggungan yang harus dilewati. Cerita lebih berpusat pada perjalanan kehidupan Sunarmi dan Sukma. Jika pun ada ingatan yang menancap melebihi peristiwa bersejarah dalam novel ini, yakni ingatan Sukma Sunarmi yang tidak pernah jauh dari tembakau dan kretek. (*)

Pergulatan batin dan penokohan menjadi kekuatan novel ini. Namun, agak kurang tepat untuk menyebutnya sebagai fiksi sejarah.

GUNTER Wilhelm Grass mengatakan bahwa sastra merupakan salah satu sarana untuk merawat ingatan dan memahami sejarah. Mungkin pernyataan itulah yang ”coba” ditampilkan Puspa Seruni dalam novelnya berjudul Sukma Sunarmi.

Novel ini berkisah tentang perjalanan hidup tokoh-tokohnya melewati persimpangan sejarah: peristiwa 1965 dan reformasi 1998. Melalui sudut pandang orang pertama, novel ini diceritakan. Ada dua narator: Sunarmi (An Ming) dan Sukma.

An Ming adalah seorang putri pemilik pabrik kretek keturunan Tionghoa yang jalan hidupnya berubah setelah ayahnya dijemput paksa karena diduga terlibat dalam peristiwa ’65. An Ming kecil yang hidup sebatang kara dibawa Yuk Jah, pembantunya, untuk ikut tinggal di kampung halaman wanita itu.

Yuk Jah kemudian mengganti nama An Ming menjadi Sunarmi dan menyamarkan mantan majikannya sebagai anaknya. Kehidupan Sunarmi kecil begitu berat. Ia terpaksa putus sekolah dan ikut Yuk Jah menjadi buruh tani sampai suatu peristiwa menjadikannya buruh pabrik kretek.

Seharusnya itu peristiwa yang baik, tetapi justru dari sana konflik cerita ini bermula. Dengan karakter uniknya, buruh pabrik perempuan yang suka membaca koran, Sunarmi menarik perhatian banyak orang. Termasuk juga anak pemilik pabrik bernama Ilman.

Lalu suatu peristiwa membuat mereka menjadi dekat. Peristiwa itu terjadi setelah Sunarmi membantu Ilman menemukan kecurangan yang dilakukan para pengurus gudang. Sunarmi yang sejak kecil mampu membedakan mana tembakau lauk dan mana tembakau nasi mudah saja menemukan para pelaku yang membuat pabrik terus merugi.

Baca Juga :  Setengah Hantu

Peristiwa itu membuat Ilman jatuh cinta kepada Sunarmi. Begitu pun Sunarmi; ia jatuh cinta meski tahu Ilman telah beristri. Ilman berjanji akan menceraikan istrinya. Namun, sampai akhirnya Sunarmi hamil, Ilman tidak juga menceraikan istrinya dan malah mengusir dan memecat Sunarmi.

Dengan perut hamil, tanpa masa depan, Sunarmi memutuskan mengakhiri hidup. Dan seperti yang biasa terjadi, seorang penyelamat datang di saat yang tepat. Penyelamat itu bernama Ngatmo, seorang sopir truk yang telah lama jatuh cinta pada Sunarmi.

Meskipun hidupnya terselamatkan, Sunarmi tidak bahagia. Ia masih tidak bisa menerima nasibnya yang harus menikah dengan sopir truk. Ia selalu menyayangkan nasibnya, seorang anak pengusaha kretek, mantan istri pengusaha kretek, menikah dengan lelaki yang tidak pernah mengenyam pendidikan.

Hal itu membuatnya menjadi perempuan dingin. Caranya berpikir dan bersikap membuatnya tampak amat kontras dengan watak narator yang satunya: Sukma.

Tumbuh besar tanpa kasih sayang seorang ibu, Sukma dikaruniai seorang ayah yang sangat menyayanginya. Ngatmo menganggap Sukma seperti anaknya sendiri. Ia mencintainya setulus hati.

Ia selalu bisa menggantikan Sunarmi yang tak menginginkan bayi itu. Ia menjadi ibu untuk si kecil Sukma.

Kehidupan keluarga ini pun berubah menjadi cukup bahagia ketika Sunarmi telah berdamai dengan keadaan. Apalagi ketika Ngatmo naik kelas menjadi tuan tanah berkat keberhasilannya mengolah sepetak tanah warisan menjadi ladang tembakau.

Dengan modal kegigihan dan banyak keberuntungan, Ngatmo berhasil membawa keluarga kecilnya menuju kemakmuran. Kebahagiaan pun mulai menengok mereka. Namun, seperti yang biasa terjadi, kebahagiaan tidak bertahan lama.

Baca Juga :  Kisah-kisah Menakjubkan Muslimah Teladan Sepanjang Sejarah

Masa lalu Sunarmi kembali datang menyerang. Yang pertama menjadi korban adalah gudang tembakaunya yang dibakar para perusuh menjelang runtuhnya Orde Baru. Gosip pemiliknya adalah orang Tionghoa merupakan musababnya. Peristiwa-peristiwa sejarah di masa lalu kembali menuntun jalan cerita.

Yang selanjutnya menjadi korban adalah ladang tembakaunya. Krisis dan gagal panen membuat keluarga ini terpaksa menjual beberapa petak tanahnya. Kemudian giliran keluarganya yang kena.

Sunarmi kehilangan suami, Sukma kehilangan ayah. Sakit dan beban pikiran membuat Ngatmo berpulang tidak lama setelah reformasi 1998. Kemudian hubungan anak dan ibu menjadi buruk saat Sunarmi memilih menjual tanah peninggalan Ngatmo untuk membangun pabrik.

Sukma tidak terima dan perang dingin yang telah diinvestasikan dari hubungan buruk itu mencapai puncaknya di hari pernikahan Sukma: Sunarmi menghadiahi pembunuhan sebagai kado nikah Sukma!

Pergulatan batin dan penokohan menjadi kekuatan novel ini. Ditambah sisipan informasi seputar sejarah perkembangan kretek dalam balutan tragedi keluarga membuat cerita ini berbeda dari cerita kebanyakan. Namun, agak kurang tepat untuk menyebut novel ini fiksi sejarah, seperti yang disampaikan Kurnia Effendi dalam pengantarnya.

Sejarah tidak mengambil porsi besar dalam cerita. Sejarah sekadar persinggungan yang harus dilewati. Cerita lebih berpusat pada perjalanan kehidupan Sunarmi dan Sukma. Jika pun ada ingatan yang menancap melebihi peristiwa bersejarah dalam novel ini, yakni ingatan Sukma Sunarmi yang tidak pernah jauh dari tembakau dan kretek. (*)

Terpopuler

Artikel Terbaru