30.4 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Umat Dibatasi Mengikuti Tawur Kesanga, Doakan Musibah Cepat Berakhir

PALANGKA
RAYA-
Rangkaian peringatan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka
1942 sedikit berbeda. Wabah virus corona membuat beberapa rangkaian acara yang biasanya
diikuti banyak umat, terpaksa dibatasi. Bahkan ada acara yang ditunda dan
ditiadakan. Hal ini menimbang imbauan pemerintah demi meminimalkan penyebaran Covid-19
ini. Umat Hindu pun memaklumi ini. Mereka mendukung
pemerintah untuk bersama-sama melakukan pencegahan.

Selasa
(24/3), suasana di Pura Pitamaha Padma Bhuana Palangka Raya tak seperti
tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, sehari sebelum Hari Raya Nyepi, ribuan umat Hindu
berkumpul menggelar upacara Tawur Kesanga maupun Melasti. Kemarin pagi, pura
yang berada di Jalan Kinibalu tersebut tidak sepadat tahun lalu. Demi
mengindari berkumpulnya massa, ritual Tawur Kesanga hanya diikuti sebagian umat
Hindu.

Upacara persembahyangan
Tawur Kesanga di Pura Pitamaha Padma Bhuana dipimpin oleh Pemangku Gede Made
Suparma dan Oka Swastika. Upacara ini diikuti oleh Ketua Parisada Hindu Dharma
Indonesia (PHDI) Provinsi Kalteng I Nyoman Sudyana, Ketua PHDI Palangka Raya,
Ketua Suka Duka Umat Hindu Palangka Raya, para tokoh umat Hindu Kaharingan, dan
pengurus lainnya.

Baca Juga :  Di Ulang Tahun Abdul Rasyid, Agustiar Ajak Generasi Muda Belajar Seman

Dalam sambutannya, Ketua
PHDI Kalteng I Nyoman Sudyana mengucapkan terima kasih kepada ketua beserta
segenap warga pengurus Suka Duka Kota Palangka Raya, yang telah menyiapakan
rangkaian acara Hari Raya Nyepi, mulai dari upacara Melasti hingga Tawur
Kesanga, sehingga dapat berlangsung dengan khidmat dan lancar.

Seharusnya, kata I
Nyoman Sudyana, rangkaian acara ini ditutup dengan upacara Ngembak Geni. Namun,
melihat situasi dan kondisi saat ini, ia mengharapkan umat Hindu menghormati
keputusan pemerintah. Karena itu, pelaksanaan persembahyangan Ngembak Geni
dilaksanakan di rumah masing-masing.

“Dengan melihat kondisi
yang sekarang ini, kami menghargai dan menghormati aturan yang diterapkan oleh
pemerintah, demi menjaga masyarakat agar tidak terdampak penyebaran virus corona.
Maka dari itu, umat yang mengikuti upacara pun kami batasi. Hanya para tokoh
dan para pengurus yang hadir,” ucap Sudyana kepada Kalteng Pos usai membacakan
sambutan.

 

Sementara itu, Pemangku
 Oka Swastika menuturkan, pihaknya mengikuti
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Selain itu, juga ada petunjuk dari ketua
PHDI pusat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu, dan lembaga-lembaga
agama dan keagamaan provinsi yang telah mengadakan pertemuan pada 16 Maret
lalu.

Baca Juga :  Mengenang Markis Kido: Lucu, Gigih, dan Ngemong Pemain Muda

 

“Kami sepakat dan
mengambil sikap, salah satunya mengikuti segala petunjuk SOP dari pemerintah,
khususnya dari Kementerian Kesehatan. Dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi
Tahun Baru Saka 1942, untuk prosesi dan ritual keagamaan akan kami sesuaikan,”
terangnya.

“Misalkan ada ritual
Kelaut/Sungai (Melasti) itu kami tiadakan. Tidak banyak petugas yang kami
libatkan  dalam kegiatan di pura, seperti
yang mengikuti proses persembahyangan (Tawur Kesanga) sekarang ini (kemarin). Hanya
melibatkan pemangku dan pengurus inti Suka Duka,” jelas Oka.

Oka berharap semua umat
Hindu di Kalteng, khususnya Kota Palangka Raya, agar dapat menahan diri dan
menghormati kebijakan pemerintah.

“Tidak ada niat
pemerintah untuk menyusahkan dan mempersulit rakyatnya. Mereka mengeluarkan
kebijakan tersebut agar rakyat dapat selamat dan terlindungi dari penyebaran
virus corona,” tutur Oka.

Prosesi upacara Tawur Kesanga di Pura Pitamaha
Padma Bhuana ditutup dengan pembakaran ogoh-ogoh atau lebih dikenal dengan nama
Pengerupukan. Ritual itu diselingi dengan doa agar musibah yang sedang melanda Indonesia
dan dunia saat ini segera berakhir.

PALANGKA
RAYA-
Rangkaian peringatan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka
1942 sedikit berbeda. Wabah virus corona membuat beberapa rangkaian acara yang biasanya
diikuti banyak umat, terpaksa dibatasi. Bahkan ada acara yang ditunda dan
ditiadakan. Hal ini menimbang imbauan pemerintah demi meminimalkan penyebaran Covid-19
ini. Umat Hindu pun memaklumi ini. Mereka mendukung
pemerintah untuk bersama-sama melakukan pencegahan.

Selasa
(24/3), suasana di Pura Pitamaha Padma Bhuana Palangka Raya tak seperti
tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, sehari sebelum Hari Raya Nyepi, ribuan umat Hindu
berkumpul menggelar upacara Tawur Kesanga maupun Melasti. Kemarin pagi, pura
yang berada di Jalan Kinibalu tersebut tidak sepadat tahun lalu. Demi
mengindari berkumpulnya massa, ritual Tawur Kesanga hanya diikuti sebagian umat
Hindu.

Upacara persembahyangan
Tawur Kesanga di Pura Pitamaha Padma Bhuana dipimpin oleh Pemangku Gede Made
Suparma dan Oka Swastika. Upacara ini diikuti oleh Ketua Parisada Hindu Dharma
Indonesia (PHDI) Provinsi Kalteng I Nyoman Sudyana, Ketua PHDI Palangka Raya,
Ketua Suka Duka Umat Hindu Palangka Raya, para tokoh umat Hindu Kaharingan, dan
pengurus lainnya.

Baca Juga :  Di Ulang Tahun Abdul Rasyid, Agustiar Ajak Generasi Muda Belajar Seman

Dalam sambutannya, Ketua
PHDI Kalteng I Nyoman Sudyana mengucapkan terima kasih kepada ketua beserta
segenap warga pengurus Suka Duka Kota Palangka Raya, yang telah menyiapakan
rangkaian acara Hari Raya Nyepi, mulai dari upacara Melasti hingga Tawur
Kesanga, sehingga dapat berlangsung dengan khidmat dan lancar.

Seharusnya, kata I
Nyoman Sudyana, rangkaian acara ini ditutup dengan upacara Ngembak Geni. Namun,
melihat situasi dan kondisi saat ini, ia mengharapkan umat Hindu menghormati
keputusan pemerintah. Karena itu, pelaksanaan persembahyangan Ngembak Geni
dilaksanakan di rumah masing-masing.

“Dengan melihat kondisi
yang sekarang ini, kami menghargai dan menghormati aturan yang diterapkan oleh
pemerintah, demi menjaga masyarakat agar tidak terdampak penyebaran virus corona.
Maka dari itu, umat yang mengikuti upacara pun kami batasi. Hanya para tokoh
dan para pengurus yang hadir,” ucap Sudyana kepada Kalteng Pos usai membacakan
sambutan.

 

Sementara itu, Pemangku
 Oka Swastika menuturkan, pihaknya mengikuti
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Selain itu, juga ada petunjuk dari ketua
PHDI pusat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu, dan lembaga-lembaga
agama dan keagamaan provinsi yang telah mengadakan pertemuan pada 16 Maret
lalu.

Baca Juga :  Mengenang Markis Kido: Lucu, Gigih, dan Ngemong Pemain Muda

 

“Kami sepakat dan
mengambil sikap, salah satunya mengikuti segala petunjuk SOP dari pemerintah,
khususnya dari Kementerian Kesehatan. Dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi
Tahun Baru Saka 1942, untuk prosesi dan ritual keagamaan akan kami sesuaikan,”
terangnya.

“Misalkan ada ritual
Kelaut/Sungai (Melasti) itu kami tiadakan. Tidak banyak petugas yang kami
libatkan  dalam kegiatan di pura, seperti
yang mengikuti proses persembahyangan (Tawur Kesanga) sekarang ini (kemarin). Hanya
melibatkan pemangku dan pengurus inti Suka Duka,” jelas Oka.

Oka berharap semua umat
Hindu di Kalteng, khususnya Kota Palangka Raya, agar dapat menahan diri dan
menghormati kebijakan pemerintah.

“Tidak ada niat
pemerintah untuk menyusahkan dan mempersulit rakyatnya. Mereka mengeluarkan
kebijakan tersebut agar rakyat dapat selamat dan terlindungi dari penyebaran
virus corona,” tutur Oka.

Prosesi upacara Tawur Kesanga di Pura Pitamaha
Padma Bhuana ditutup dengan pembakaran ogoh-ogoh atau lebih dikenal dengan nama
Pengerupukan. Ritual itu diselingi dengan doa agar musibah yang sedang melanda Indonesia
dan dunia saat ini segera berakhir.

Terpopuler

Artikel Terbaru