28.7 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Permukiman Warga Terendam Banjir, DPRD Minta Turunkan Alat Berat untuk

SAMPIT,
PROKALTENG.CO
– Sejumlah permukiman warga di Kota Sampit
terendam banjir, akibat hujan lebat yang mengguyur pada Minggu (31/1) malam
hingga Senin subuh (1/2). Salah satu permukiman warga yang terendam, yaitu
Jalan Nyai Enat dan Jalan Barito, RT 73, RW 90, Kelurahan Mentawa Baru Hilir,
Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).

Anggota DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur
(Kotim) dari daerah pemilihan (Dapil) I Kecamatan Mentawa Baru Hilir, Muhammad
Kurniawan Anwar, menyampaikan bahwa sejumlah warga di daerah tersebut mengeluh
karena banjir yang menggenangi ruas jalan di permukiman membuat warga sulit
untuk berkativitas di luar rumah.

“Warga permukiman tersebut mengeluh tidak bisa
beraktivitas di luar rumah, karena ketinggian air mencapai selutut kaki,” ujar
Kurniawan saat dibincangi diruang kerjannya, Senin (1/2).

Dia mengungkapkan, hal tersebut diakibatkan
saluran air atau sungai kecil di daerah tersebut tidak bisa mengalir, sebab
banyak rumput yang tumbuh di sungai itu. Dirinya juga mengatakan sebelumnya warga
pernah melakukan gontong royong pembersihan sungai tetapi masih kurang efektif.
Untuk itu dia meminta agar Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR)
membantu menurunkan alat berat untuk mengatasi kebuntuan saluran air di daerah
tersebut dan di sejumlah titik permukiman di dalam Kota Sampit. Khususnya di
daerah perumahan yang terendam banjir.

Baca Juga :  Optimalisasi Vaksinasi dengan Sistem Jemput Bola

“Dalam beberapa hari ini intensitasi hujan
semakin meningkat, maka perlu adanya kebijakan khusus untuk mencegah daerah
permukiman yang kerap terendam air hujan tersebut, seperti pembersihan saliran
air sungai yang buntu dengan menurunkan alat berat agar saluran tersebut
lancar,” ucap Kurniawan.

Politikus Partai Amanat Nasional ini juga
mengatakan, kalau hanya dilakukan pembersihan secara manual maka akan sulit. Apalagi
kalau untuk saluran yang tertutup material atau akar kayu. Kalau dengan
diturunkan alat berat sehingga mudah melakukan normalisasi dan membongkar
material atau akar kayu yang biasanya membuat jalur pembuangan itu tertutup.

“Kami mengkhawatirkan kalau curah hujan di
daerah ini cenderung meningkat, bahkan dalam sehari bisa dua kali turun hujan.
Tentunya kondisi demikian sangat meresahkan bagi warga yang menjadi langganan
banjir,” jelas Kurniawan.

Baca Juga :  Seluruh Kades Diingatkan Berhati-Hati Mengunakan ADD atau DD

Alasan lain penyebab banjir tersebut di antaranya
karena memang daerah dataran rendah. Selain itu juga buntunya drainase yang
menjadi daerah untuk pembuangan air hujan tersebut. Saat ditanya terkait dengan
program pengentasan banjir dan normalisasi drainase dalam Kota Sampit,
menurutnya hanya dilakukan sebatas untuk daerah tertentu. Sedangkan untuk areal
permukiman hingga saat ini masih banyak yang terendam air.

“Kalau proyek multiyears drainase di Jalan
Ahmad Yani dan MT Haryono itu bukan menyelesaikan persoalan yang dikeluhkan
warga selama ini yang seharusnya dilakukan normalisasi adalah daerah-daerah
saluran pembuangan buntu dan dangkal mengakibatkan aliran air tidak
lancar,” tutupnya.

SAMPIT,
PROKALTENG.CO
– Sejumlah permukiman warga di Kota Sampit
terendam banjir, akibat hujan lebat yang mengguyur pada Minggu (31/1) malam
hingga Senin subuh (1/2). Salah satu permukiman warga yang terendam, yaitu
Jalan Nyai Enat dan Jalan Barito, RT 73, RW 90, Kelurahan Mentawa Baru Hilir,
Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).

Anggota DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur
(Kotim) dari daerah pemilihan (Dapil) I Kecamatan Mentawa Baru Hilir, Muhammad
Kurniawan Anwar, menyampaikan bahwa sejumlah warga di daerah tersebut mengeluh
karena banjir yang menggenangi ruas jalan di permukiman membuat warga sulit
untuk berkativitas di luar rumah.

“Warga permukiman tersebut mengeluh tidak bisa
beraktivitas di luar rumah, karena ketinggian air mencapai selutut kaki,” ujar
Kurniawan saat dibincangi diruang kerjannya, Senin (1/2).

Dia mengungkapkan, hal tersebut diakibatkan
saluran air atau sungai kecil di daerah tersebut tidak bisa mengalir, sebab
banyak rumput yang tumbuh di sungai itu. Dirinya juga mengatakan sebelumnya warga
pernah melakukan gontong royong pembersihan sungai tetapi masih kurang efektif.
Untuk itu dia meminta agar Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR)
membantu menurunkan alat berat untuk mengatasi kebuntuan saluran air di daerah
tersebut dan di sejumlah titik permukiman di dalam Kota Sampit. Khususnya di
daerah perumahan yang terendam banjir.

Baca Juga :  Optimalisasi Vaksinasi dengan Sistem Jemput Bola

“Dalam beberapa hari ini intensitasi hujan
semakin meningkat, maka perlu adanya kebijakan khusus untuk mencegah daerah
permukiman yang kerap terendam air hujan tersebut, seperti pembersihan saliran
air sungai yang buntu dengan menurunkan alat berat agar saluran tersebut
lancar,” ucap Kurniawan.

Politikus Partai Amanat Nasional ini juga
mengatakan, kalau hanya dilakukan pembersihan secara manual maka akan sulit. Apalagi
kalau untuk saluran yang tertutup material atau akar kayu. Kalau dengan
diturunkan alat berat sehingga mudah melakukan normalisasi dan membongkar
material atau akar kayu yang biasanya membuat jalur pembuangan itu tertutup.

“Kami mengkhawatirkan kalau curah hujan di
daerah ini cenderung meningkat, bahkan dalam sehari bisa dua kali turun hujan.
Tentunya kondisi demikian sangat meresahkan bagi warga yang menjadi langganan
banjir,” jelas Kurniawan.

Baca Juga :  Seluruh Kades Diingatkan Berhati-Hati Mengunakan ADD atau DD

Alasan lain penyebab banjir tersebut di antaranya
karena memang daerah dataran rendah. Selain itu juga buntunya drainase yang
menjadi daerah untuk pembuangan air hujan tersebut. Saat ditanya terkait dengan
program pengentasan banjir dan normalisasi drainase dalam Kota Sampit,
menurutnya hanya dilakukan sebatas untuk daerah tertentu. Sedangkan untuk areal
permukiman hingga saat ini masih banyak yang terendam air.

“Kalau proyek multiyears drainase di Jalan
Ahmad Yani dan MT Haryono itu bukan menyelesaikan persoalan yang dikeluhkan
warga selama ini yang seharusnya dilakukan normalisasi adalah daerah-daerah
saluran pembuangan buntu dan dangkal mengakibatkan aliran air tidak
lancar,” tutupnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru