27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Sumur Bor Tak Pernah Berfungsi, Polisi Dalami Keterlibatan Korporasi

PALANGKA
RAYA
-Kebakaran
lahan tak bisa dibendung. Suara sirene mobil pemadam tak asing lagi di telingga
warga, terutama penghuni Kota Palangka Raya. Begitu pun kabut asap. Aromanya
mengalahkan racun gas dari kendaraan bermotor.

Dampaknya, warga
terancam terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Tercatat hingga
kemarin, jumlah penderita ISPA mengalami peningkatan. Beberapa hari sebelumnya ada
32 pasien rawat jalan dan 9 pasien menjalani rawat inap. Kini jumlahnya bertambah
menjadi 34 pasien rawat jalan dan 10 pasien rawat inap.

Pihak RSUD dr Doris
Sylvanus drg Yayu Indriati memberi angin segar kepada masyarakat. Pihaknya
memberi jaminan gratis bagi penderita ISPA yang berobat ke RSUD dr Doris
Sylvanus.

“Bagi masyarakat yang
terdampak kabut asap dan memiliki BPJS, biayanya akan ditanggung sepenuhnya
oleh rumah sakit. Kalau yang tidak ada BPJS, akan ditanggung pemerintah,” ujarnya
kepada Kalteng Pos, kemarin.

RSUD dr Doris Sylvanus diketahui
masuk dalam tim pengendalian bencana. Ini sudah berjalan beberapa tahun belakangan.
Tak hanya memberi pelayanan kepada masyarakat. Apabila terdapat petugas dan
relawan pemadam api yang mengalami kecelakaan, rumah sakit selalu siap membantu.

“Pembiayaan diserahkan
sepenuhnya kepada pihak rumah sakit. Karena bencana memang merupakan tanggung jawab
pemerintah,” paparnya.

Baca Juga :  Mukhtarudin Bantu Rehab Langgar Melalui Program Kemitraan

Diakui Yayu, berbicara
mengenai pengendalian bencana memang merupakan tugas Pemprov Kalteng melalui
Dinas Kesehatan.

“Namun, rumah sakit
merupakan salah satu bagian untuk menanggulangi dari sisi pasien yang terkena
dampak dari kabut asap,” pungkasnya.

 

Sementara itu, pemadaman
terus dilakukan Satgas Karhutla, baik melalui darat maupun udara. Titik api
baru terus bermunculan. Begitu pun dengan titik yang sebelumnya terbakar, kini
kembali terbakar. Pantauan Kalteng Pos, dalam sehari sedikitnya ada sembilan
titik. Di antaranya, lahan di Jalan Tjilik Riwut Km 10, Km 12, Km 13, dan Km
16. Belum termasuk di wilayah Jalan Ir Soekarno, Jalan Adonis Samad, dan
lingkar luar Mahir Mahar.

Sumber air menjadi
salah satu kendala di lapangan. Mobil pemadam membutuhkan waktu lama untuk
mencari sumber air. Harus kembali ke arah kota. Sumur bor yang dibangun tahun-tahun
sebelumnya, tak banyak membantu. Tak berfungsi. Tak ada air yang keluar dari
sumur bor itu.

“Enggak bisa kita pakai
(sumur bor, red). Prosesnya lama agar airnya bisa keluar. Nanti keburu apinya membesar,”
ucap salah satu petugas pemadam, saat dibincangi Kalteng Pos di lokasi
kebakaran di wilayah lingkar luar Mahir Mahar.

Baca Juga :  Warga Kalang Kabut, Tiga Ruko Ludes Terbakar

Plt BPBD Palangka Raya
Supriadi membenarkan bahwa kebanyakan sumur bor di lokasi kebakaran tak berfungsi.
Tapi tak semuanya. Sebagiannya bisa digunakan. Akan tetapi tak cukup membantu
untuk kebutuhan air.

Dikatakannya, pada 2017
lalu pernah dilakukan survei terhadap sumur bor yang telah dibangun. Hasilnya, hanya
20 persen sumur bor yang aktif.

“Untuk tahun ini belum
tahu sama sekali,” sebutnya.

Sementara itu, Kepala
Bidang Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Palangka Raya Koffeno Nahan
menambahkan, keberadaan sumur bor ini sangatlah vital. Sumur bor yang digunakan
untuk penanganan karhutla berbeda dengan sumur bor untuk air bersih.

“Minimal kedalaman
mencapai 30 meter,” ucapnya.

Ditambahkannya, kendala
yang sering ditemukan terkait sumur bor, yakni terkadang piur atau slang yang
digunakan tak cocok saat disambungkan dengan spiral pada mesin dan pipa pada
sumur bor.

“Salah satu contohnya sewaktu
teman-teman dari TSAK turun melakukan pembasahan di lapangan, pipa sumur bor
terlalu kecil, jadi tidak cocok,” sebutnya.
(nue/old/ndo/art/ce/ram)

PALANGKA
RAYA
-Kebakaran
lahan tak bisa dibendung. Suara sirene mobil pemadam tak asing lagi di telingga
warga, terutama penghuni Kota Palangka Raya. Begitu pun kabut asap. Aromanya
mengalahkan racun gas dari kendaraan bermotor.

Dampaknya, warga
terancam terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Tercatat hingga
kemarin, jumlah penderita ISPA mengalami peningkatan. Beberapa hari sebelumnya ada
32 pasien rawat jalan dan 9 pasien menjalani rawat inap. Kini jumlahnya bertambah
menjadi 34 pasien rawat jalan dan 10 pasien rawat inap.

Pihak RSUD dr Doris
Sylvanus drg Yayu Indriati memberi angin segar kepada masyarakat. Pihaknya
memberi jaminan gratis bagi penderita ISPA yang berobat ke RSUD dr Doris
Sylvanus.

“Bagi masyarakat yang
terdampak kabut asap dan memiliki BPJS, biayanya akan ditanggung sepenuhnya
oleh rumah sakit. Kalau yang tidak ada BPJS, akan ditanggung pemerintah,” ujarnya
kepada Kalteng Pos, kemarin.

RSUD dr Doris Sylvanus diketahui
masuk dalam tim pengendalian bencana. Ini sudah berjalan beberapa tahun belakangan.
Tak hanya memberi pelayanan kepada masyarakat. Apabila terdapat petugas dan
relawan pemadam api yang mengalami kecelakaan, rumah sakit selalu siap membantu.

“Pembiayaan diserahkan
sepenuhnya kepada pihak rumah sakit. Karena bencana memang merupakan tanggung jawab
pemerintah,” paparnya.

Baca Juga :  Mukhtarudin Bantu Rehab Langgar Melalui Program Kemitraan

Diakui Yayu, berbicara
mengenai pengendalian bencana memang merupakan tugas Pemprov Kalteng melalui
Dinas Kesehatan.

“Namun, rumah sakit
merupakan salah satu bagian untuk menanggulangi dari sisi pasien yang terkena
dampak dari kabut asap,” pungkasnya.

 

Sementara itu, pemadaman
terus dilakukan Satgas Karhutla, baik melalui darat maupun udara. Titik api
baru terus bermunculan. Begitu pun dengan titik yang sebelumnya terbakar, kini
kembali terbakar. Pantauan Kalteng Pos, dalam sehari sedikitnya ada sembilan
titik. Di antaranya, lahan di Jalan Tjilik Riwut Km 10, Km 12, Km 13, dan Km
16. Belum termasuk di wilayah Jalan Ir Soekarno, Jalan Adonis Samad, dan
lingkar luar Mahir Mahar.

Sumber air menjadi
salah satu kendala di lapangan. Mobil pemadam membutuhkan waktu lama untuk
mencari sumber air. Harus kembali ke arah kota. Sumur bor yang dibangun tahun-tahun
sebelumnya, tak banyak membantu. Tak berfungsi. Tak ada air yang keluar dari
sumur bor itu.

“Enggak bisa kita pakai
(sumur bor, red). Prosesnya lama agar airnya bisa keluar. Nanti keburu apinya membesar,”
ucap salah satu petugas pemadam, saat dibincangi Kalteng Pos di lokasi
kebakaran di wilayah lingkar luar Mahir Mahar.

Baca Juga :  Warga Kalang Kabut, Tiga Ruko Ludes Terbakar

Plt BPBD Palangka Raya
Supriadi membenarkan bahwa kebanyakan sumur bor di lokasi kebakaran tak berfungsi.
Tapi tak semuanya. Sebagiannya bisa digunakan. Akan tetapi tak cukup membantu
untuk kebutuhan air.

Dikatakannya, pada 2017
lalu pernah dilakukan survei terhadap sumur bor yang telah dibangun. Hasilnya, hanya
20 persen sumur bor yang aktif.

“Untuk tahun ini belum
tahu sama sekali,” sebutnya.

Sementara itu, Kepala
Bidang Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Palangka Raya Koffeno Nahan
menambahkan, keberadaan sumur bor ini sangatlah vital. Sumur bor yang digunakan
untuk penanganan karhutla berbeda dengan sumur bor untuk air bersih.

“Minimal kedalaman
mencapai 30 meter,” ucapnya.

Ditambahkannya, kendala
yang sering ditemukan terkait sumur bor, yakni terkadang piur atau slang yang
digunakan tak cocok saat disambungkan dengan spiral pada mesin dan pipa pada
sumur bor.

“Salah satu contohnya sewaktu
teman-teman dari TSAK turun melakukan pembasahan di lapangan, pipa sumur bor
terlalu kecil, jadi tidak cocok,” sebutnya.
(nue/old/ndo/art/ce/ram)

Terpopuler

Artikel Terbaru