30 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Kolaborasi Pertunjukan Seni Teater, Tarian Khas Dayak dan Musik

PALANGKA RAYA,KALTENGPOS.CO– Diawali alunan lahap atau
pekikan khas suku Dayak dari para penyanyi latar yang disengaja dibuat pelan,
lalu muncul
asap mengepul memenuhi panggung pertunjukan.

Usai lantunan suara lahap berakhir dan asap yang
muncul tersebut hilang,
tiba tiba hentakan pukulan suara drum yang bertubi-tubi dan
petikan suara gitar dicampur dengan suara alat musik tradisional yang
memperdengarkan musik khas suku Dayak, mengiringi kemunculan
enam
orang penari perempuan ke atas panggung.

Dengan gerakan mereka yang serba dinamis,
keenam
orang penari ini berhasil  menggambarkan
isi narasi yang dibacakan seorang narator

pada
awal
pertujukan tentang kondisi kesengsaraan suku Dayak ketika terbelenggu di masa  penjajahan kolonial Belanda.

Seiring berubahnya suara musik, kemunculan
deretan penari berbaju kuning
itu  kemudian terganti dengan munculnya delapan
orang penari
. Kali ini bajunya identic warna merah. Menarikan
tarian yang berisi gambaran munculnya kesadaran masyarakat suku Dayak khususnya
para pemuda Dayak untuk bangkit melawan penjajah Belanda.

Baca Juga :  HINDARI PUNGLI DALAM BENTUK APAPUN

Tepuk tangan dari penonton pun ramai terdengar ketika
akhirnya muncul puluhan orang  penari dengan
 berpakaian khas
Dayak ke atas panggung
pertunjukan. Kemunculan puluhan penari yang berpakaian khas Dayak ini  menggambarkan semua  pemuda pemudi Dayak  yang digambarkan sepakat bersatu melawan
penjajahan Belanda.

Sambil membawa mandau dan talawang,
para penari ini terlihat kompak bergerak seirama  dengan suara musik yang terdengar semakin bertempo
cepat dan menghentak
hentak
hasil garapan

Riduansyah.

Tidak saja berada di atas panggung, bahkan sebagian
dari para  penari ini juga ada yang
menari hingga turun di depan halaman panggung pertunjukan.

Demikianlah suasana pertujukan sendratari
garapan Pakat Dayak 2020 yang dilaksanakan di Gedung UPT taman Budaya Kalteng,

Jalan
Temenggung Tilung,
Palangka Raya, Jumat ( 25/9) lalu.

Baca Juga :  Dua Terduga Teroris di Palangka Raya, Anggota Kelompok Abu Hamzah

Adapun sendratari kolosal  garapan Pakat Dayak 2020 ini  berdurasi hampir satu jam,  digarap oleh duet pimpinan produksi Marini
dan sutradara M Saifullah.
Pertunjukan sendratari tari kolosal ini
sendiri  memang menampilkan kisah
perjuangan pemuda suku Dayak tempo dulu ketika
masa penjajahan hingga
muncul kesadaran suku Dayak untuk bersatu menghadapi penjajahan Belanda.

Menurut Marini,  pertujukan sendratari ini sendiri adalah
perpaduan antara seni pertunjukan teater, musik dan tari.

“Ini
merupakan kolaborasi dari pertunjukan seni teater,

tarian khas
Dayak dan musik
,” ucapnya
kepada Kalteng Pos

(Grup Kaltengpos.co)
.

Marini menyebutkan  jumlah seniman tari dan musik  yang terlibat dalam kegiatan pertujukan
sendratari Pakat Dayak 2020 ini sendiri berjumlah 65 orang
dari perwakilan
dari 21 sanggar tari atau  komunitas
musik serta budaya yang ada di kota Palangka

R
aya.

PALANGKA RAYA,KALTENGPOS.CO– Diawali alunan lahap atau
pekikan khas suku Dayak dari para penyanyi latar yang disengaja dibuat pelan,
lalu muncul
asap mengepul memenuhi panggung pertunjukan.

Usai lantunan suara lahap berakhir dan asap yang
muncul tersebut hilang,
tiba tiba hentakan pukulan suara drum yang bertubi-tubi dan
petikan suara gitar dicampur dengan suara alat musik tradisional yang
memperdengarkan musik khas suku Dayak, mengiringi kemunculan
enam
orang penari perempuan ke atas panggung.

Dengan gerakan mereka yang serba dinamis,
keenam
orang penari ini berhasil  menggambarkan
isi narasi yang dibacakan seorang narator

pada
awal
pertujukan tentang kondisi kesengsaraan suku Dayak ketika terbelenggu di masa  penjajahan kolonial Belanda.

Seiring berubahnya suara musik, kemunculan
deretan penari berbaju kuning
itu  kemudian terganti dengan munculnya delapan
orang penari
. Kali ini bajunya identic warna merah. Menarikan
tarian yang berisi gambaran munculnya kesadaran masyarakat suku Dayak khususnya
para pemuda Dayak untuk bangkit melawan penjajah Belanda.

Baca Juga :  HINDARI PUNGLI DALAM BENTUK APAPUN

Tepuk tangan dari penonton pun ramai terdengar ketika
akhirnya muncul puluhan orang  penari dengan
 berpakaian khas
Dayak ke atas panggung
pertunjukan. Kemunculan puluhan penari yang berpakaian khas Dayak ini  menggambarkan semua  pemuda pemudi Dayak  yang digambarkan sepakat bersatu melawan
penjajahan Belanda.

Sambil membawa mandau dan talawang,
para penari ini terlihat kompak bergerak seirama  dengan suara musik yang terdengar semakin bertempo
cepat dan menghentak
hentak
hasil garapan

Riduansyah.

Tidak saja berada di atas panggung, bahkan sebagian
dari para  penari ini juga ada yang
menari hingga turun di depan halaman panggung pertunjukan.

Demikianlah suasana pertujukan sendratari
garapan Pakat Dayak 2020 yang dilaksanakan di Gedung UPT taman Budaya Kalteng,

Jalan
Temenggung Tilung,
Palangka Raya, Jumat ( 25/9) lalu.

Baca Juga :  Dua Terduga Teroris di Palangka Raya, Anggota Kelompok Abu Hamzah

Adapun sendratari kolosal  garapan Pakat Dayak 2020 ini  berdurasi hampir satu jam,  digarap oleh duet pimpinan produksi Marini
dan sutradara M Saifullah.
Pertunjukan sendratari tari kolosal ini
sendiri  memang menampilkan kisah
perjuangan pemuda suku Dayak tempo dulu ketika
masa penjajahan hingga
muncul kesadaran suku Dayak untuk bersatu menghadapi penjajahan Belanda.

Menurut Marini,  pertujukan sendratari ini sendiri adalah
perpaduan antara seni pertunjukan teater, musik dan tari.

“Ini
merupakan kolaborasi dari pertunjukan seni teater,

tarian khas
Dayak dan musik
,” ucapnya
kepada Kalteng Pos

(Grup Kaltengpos.co)
.

Marini menyebutkan  jumlah seniman tari dan musik  yang terlibat dalam kegiatan pertujukan
sendratari Pakat Dayak 2020 ini sendiri berjumlah 65 orang
dari perwakilan
dari 21 sanggar tari atau  komunitas
musik serta budaya yang ada di kota Palangka

R
aya.

Terpopuler

Artikel Terbaru