28.7 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Omzet Tanaman Hias Naik Dua Kali Lipat

PALANGKA RAYA, KALTENGPOS.COPandemi Covid-19 memang berdampak terhadap
semua lini, termasuk perekonomian masyarakat. Ketika banyak
orang mengeluhkan soal pendapatan, justru sebaliknya yang dialami para penjual bunga di Kota Cantik –julukan Palangka Raya. Begini cerita salah seorang penjual bunga,
Muhamad Ajang.

Tumbuhan
berwarna-
warni
itu berjajar
rapi. Ada yang tergantung
. Ada pula yang
disusun. Rumah kecil dan taman
itu tak begitu luas,
tapi

dipadati bermacam-macam bunga
pada sisi kanan dan kiri
hingga lorong menuju perkebunan di belakang
nya. Tidak
hanya
di tempat itu. Beberapa
meter dari
situ juga berjajar pertokoan bunga.

Yang didatangi Kalteng
Pos
pada Jumat siang (16/10) itu
merupakan
kompleks
pertokoan tanaman hias di Jalan Yos Sudarso ujung
, Kota
Palangka Raya. Memang selama pandemi ini banyak
orang yang
mengalihkan kegiatan di rumah dan menyibukkan diri dengan bertanam.
Alhasil
y
ang
datang ke toko bunga
di kompleks itu juga tak sedikit jumlahnya.
Bukan

hanya
dari kalangan atas. Masyarakat
biasa juga banyak yang datang.
Memang ada perbedaan
minat pasar antara kalangan atas dan masyarakat umum.

Meski pandemi melanda, penjual bunga
tetap meraup
keuntungan. Seperti
pengakuan salah satu penjual bunga di komplek
itu, Muhamad
Ajang.
Saat didatangi penulis siang itu, ia tampak
sibuk membuka satu paket bunga yang baru saja diantar seorang kurir. Paket itu
terbungkus rapi
.
Saat
dibuka
, warna bunga anglonema membuat mata penulis
terbelalak. Warna merah khas
bunga itu benar-benar memanjakan
mata
.

Anglonema yang
dibanderol ratusan ribu rupiah itu ditanam di beberapa pot yang sudah
disediakan. Dengan sentuhan ahli perawat bunga, tanaman yang hanya berdaun saja
itu pun tampah mewah dan indah. Wajar saja jika harganya
melambung saat
pandemi
melanda negeri.

Baca Juga :  Tegas! Sebelum Ibukota Dipindahkan, Gubernur Kalteng Minta Dua Hal Ini

Tidak hanya anglonema
saja, saat ini masyarakat juga dihebohkan dengan tanaman yang memiliki daun
berlubang. Mungkin karena model daun
nya yang unik (berbolong-bolong). Tanaman ini
pun
mendadak
viral.
Tanaman bernama ilmiah monstera itu
dijuluki janda bolong.

“Tidak tahu saya mbak,
mungkin dianggap menarik karena dulu ada bunga seperti ini (daun bolong,
red)
namun memiliki dua warna pada satu daun
. Di Pulau Jawa
harganya puluhan juta. Mungkin gara-gara itu masyarakat jadi suka dan viral
. Soal
penamaan
janda bolong
, saya juga tidak mengerti kenapa jadi
demikian,” kata Ajang saat dibincangi di tokonya.

Viralnya beberapa macam
bunga
berpengaruh terhadap permintaan pasar.
Selama pandemi,
jumlah warga yang datang membeli bunga meningkat. Salah
satunya
janda
bolong ini.

“Semua jenis tanaman. Bunga
hias memang banyak dicari masyarakat selama pandemi, terutama bunga janda
bolong ini,”
bebernya.

Bunga anglonema
memang sudah dikenal masyarakat sebelum p
andemi
dan
dibanderol dengan
harga
yang cukup mahal. Semenjak pandemi
, harga anglonema
melambung
.
Bahkan
di
Pulau Jawa laku dijual dengan harga jutaan
rupiah.
Sementara di Kota Palangka Raya masih di bawah itu.

“Rata-rata bunga yang
saat ini digemari masyarakat paling mahal tidak jauh di atas Rp500 ribu
. Kalau
dijual
di atas Rp1 juta seperti di
Pulau Jawa,
sepertinya

masih belum bisa,” katanya.

Selain harga pembelian
awal sudah mahal, bunga yang dibeli d
ari luar daerah
juga
memiliki risiko yang besar. Misal saja, saat pemesanan terkadang barang yang
datang tidak sesuai
.
Apalagi
untuk peng
iriman tanaman, harus
dilakukan karantina terlebih dahulu di bandara.

Baca Juga :  Warning!!! Positif Covid-19 di Palangka Raya Terus Meningkat

“Karantina di bandara
itu satu malam, barang datang sekitar tiga harian
. Memang banyak
risiko jika harus beli di luar
daerah. Karena itulah harga
jual
nya
juga cukup mahal,” ujarnya.

Selama ini,
tutur
Muhamad
Ajang, bunga
anglonema
yang dijualnya dipesan dari luar Kalimantan. Sebab,
untuk
mengembangbiakkan tanaman ini tidak
lah mudah
dan

membutuhkan waktu yang cukup lama. Berbeda dengan
jenis
bunga
janda
bolong yang dengan mudah dikembangbiakkan.

“Tapi
jika

kehabisan stok
,
terpaksa kami
pesan juga dari luar
.
Memang
selama ini untuk bunga-bunga yang kami jual
, ada yang masih pesan
dari Banjarmasin dan dari Jawa,
tapi ada beberapa
yang kami bibit sendiri,” ucap Ajang.

Dengan meningkatnya
peminat
bunga
selama
masa pandemi ini,
ia mengaku mendapat keuntungan yang tidak sedikit.
Omzet
yang di
dapatkan selama dua bulan terakhir naik dua kali lipat
dari sebelum pandemi.

“Sebelum pandemi omzet
sekitar Rp10 juta,
tapi selama dua bulan terakhir ini
bisa
mencapai Rp20 juta per bulannya,”
ucapnya sembari tersenyum.

Perantau asal Jawa Barat
ini mengaku sudah menjual bunga selama tujuh tahun di Kota Cantik ini. Empat
tahun berjualan di Jalan Garuda
. Tiga tahun terakhir
pindah ke Jalan Yos Sudarso ujung. Per
juangan usahanya dalam menjual
bunga
ini tak serta-merta seperti saat
ini.

“Awalnya hanya menjual bunga kecil-kecil saja,
kemudian ada permintaan pasar
untuk bermacam-macam bunga,
dan
saya mencoba
memenuhinya,”
tutupnya.

PALANGKA RAYA, KALTENGPOS.COPandemi Covid-19 memang berdampak terhadap
semua lini, termasuk perekonomian masyarakat. Ketika banyak
orang mengeluhkan soal pendapatan, justru sebaliknya yang dialami para penjual bunga di Kota Cantik –julukan Palangka Raya. Begini cerita salah seorang penjual bunga,
Muhamad Ajang.

Tumbuhan
berwarna-
warni
itu berjajar
rapi. Ada yang tergantung
. Ada pula yang
disusun. Rumah kecil dan taman
itu tak begitu luas,
tapi

dipadati bermacam-macam bunga
pada sisi kanan dan kiri
hingga lorong menuju perkebunan di belakang
nya. Tidak
hanya
di tempat itu. Beberapa
meter dari
situ juga berjajar pertokoan bunga.

Yang didatangi Kalteng
Pos
pada Jumat siang (16/10) itu
merupakan
kompleks
pertokoan tanaman hias di Jalan Yos Sudarso ujung
, Kota
Palangka Raya. Memang selama pandemi ini banyak
orang yang
mengalihkan kegiatan di rumah dan menyibukkan diri dengan bertanam.
Alhasil
y
ang
datang ke toko bunga
di kompleks itu juga tak sedikit jumlahnya.
Bukan

hanya
dari kalangan atas. Masyarakat
biasa juga banyak yang datang.
Memang ada perbedaan
minat pasar antara kalangan atas dan masyarakat umum.

Meski pandemi melanda, penjual bunga
tetap meraup
keuntungan. Seperti
pengakuan salah satu penjual bunga di komplek
itu, Muhamad
Ajang.
Saat didatangi penulis siang itu, ia tampak
sibuk membuka satu paket bunga yang baru saja diantar seorang kurir. Paket itu
terbungkus rapi
.
Saat
dibuka
, warna bunga anglonema membuat mata penulis
terbelalak. Warna merah khas
bunga itu benar-benar memanjakan
mata
.

Anglonema yang
dibanderol ratusan ribu rupiah itu ditanam di beberapa pot yang sudah
disediakan. Dengan sentuhan ahli perawat bunga, tanaman yang hanya berdaun saja
itu pun tampah mewah dan indah. Wajar saja jika harganya
melambung saat
pandemi
melanda negeri.

Baca Juga :  Tegas! Sebelum Ibukota Dipindahkan, Gubernur Kalteng Minta Dua Hal Ini

Tidak hanya anglonema
saja, saat ini masyarakat juga dihebohkan dengan tanaman yang memiliki daun
berlubang. Mungkin karena model daun
nya yang unik (berbolong-bolong). Tanaman ini
pun
mendadak
viral.
Tanaman bernama ilmiah monstera itu
dijuluki janda bolong.

“Tidak tahu saya mbak,
mungkin dianggap menarik karena dulu ada bunga seperti ini (daun bolong,
red)
namun memiliki dua warna pada satu daun
. Di Pulau Jawa
harganya puluhan juta. Mungkin gara-gara itu masyarakat jadi suka dan viral
. Soal
penamaan
janda bolong
, saya juga tidak mengerti kenapa jadi
demikian,” kata Ajang saat dibincangi di tokonya.

Viralnya beberapa macam
bunga
berpengaruh terhadap permintaan pasar.
Selama pandemi,
jumlah warga yang datang membeli bunga meningkat. Salah
satunya
janda
bolong ini.

“Semua jenis tanaman. Bunga
hias memang banyak dicari masyarakat selama pandemi, terutama bunga janda
bolong ini,”
bebernya.

Bunga anglonema
memang sudah dikenal masyarakat sebelum p
andemi
dan
dibanderol dengan
harga
yang cukup mahal. Semenjak pandemi
, harga anglonema
melambung
.
Bahkan
di
Pulau Jawa laku dijual dengan harga jutaan
rupiah.
Sementara di Kota Palangka Raya masih di bawah itu.

“Rata-rata bunga yang
saat ini digemari masyarakat paling mahal tidak jauh di atas Rp500 ribu
. Kalau
dijual
di atas Rp1 juta seperti di
Pulau Jawa,
sepertinya

masih belum bisa,” katanya.

Selain harga pembelian
awal sudah mahal, bunga yang dibeli d
ari luar daerah
juga
memiliki risiko yang besar. Misal saja, saat pemesanan terkadang barang yang
datang tidak sesuai
.
Apalagi
untuk peng
iriman tanaman, harus
dilakukan karantina terlebih dahulu di bandara.

Baca Juga :  Warning!!! Positif Covid-19 di Palangka Raya Terus Meningkat

“Karantina di bandara
itu satu malam, barang datang sekitar tiga harian
. Memang banyak
risiko jika harus beli di luar
daerah. Karena itulah harga
jual
nya
juga cukup mahal,” ujarnya.

Selama ini,
tutur
Muhamad
Ajang, bunga
anglonema
yang dijualnya dipesan dari luar Kalimantan. Sebab,
untuk
mengembangbiakkan tanaman ini tidak
lah mudah
dan

membutuhkan waktu yang cukup lama. Berbeda dengan
jenis
bunga
janda
bolong yang dengan mudah dikembangbiakkan.

“Tapi
jika

kehabisan stok
,
terpaksa kami
pesan juga dari luar
.
Memang
selama ini untuk bunga-bunga yang kami jual
, ada yang masih pesan
dari Banjarmasin dan dari Jawa,
tapi ada beberapa
yang kami bibit sendiri,” ucap Ajang.

Dengan meningkatnya
peminat
bunga
selama
masa pandemi ini,
ia mengaku mendapat keuntungan yang tidak sedikit.
Omzet
yang di
dapatkan selama dua bulan terakhir naik dua kali lipat
dari sebelum pandemi.

“Sebelum pandemi omzet
sekitar Rp10 juta,
tapi selama dua bulan terakhir ini
bisa
mencapai Rp20 juta per bulannya,”
ucapnya sembari tersenyum.

Perantau asal Jawa Barat
ini mengaku sudah menjual bunga selama tujuh tahun di Kota Cantik ini. Empat
tahun berjualan di Jalan Garuda
. Tiga tahun terakhir
pindah ke Jalan Yos Sudarso ujung. Per
juangan usahanya dalam menjual
bunga
ini tak serta-merta seperti saat
ini.

“Awalnya hanya menjual bunga kecil-kecil saja,
kemudian ada permintaan pasar
untuk bermacam-macam bunga,
dan
saya mencoba
memenuhinya,”
tutupnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru