27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

7 Risiko yang Dihadapi Anak Selama Pandemi Covid-19

PROKALTENG.CO-Anak menjadi salah satu kelompok terdampak atau berisiko selama
pandemi Covid-19. Anak menjadi salah satu generasi yang terdampak dalam hal
pendidikan selama pandemi karena sekolah diliburkan untuk memutus mata rantai
penularan.

Dalam webinar Save the Children bertajuk ‘Catatan Akhir
Tahun: Refleksi Situasi Pemenuhan Hak Anak Indonesia 2020’ disebutkan, situasi
ini memaksa agar semua orang termasuk anak-anak untuk beradaptasi secepat
mungkin. Dengan tidak adanya kepastian di tengah situasi yang terus berubah,
anak-anak menjadi rentan dengan berbagai risiko.

Hasil dari Rapid Needs
Assessment
 atau Penilaian Kebutuhan secara Cepat yang
dilakukan bulan April 2020 memetakan setidaknya ada 7 risiko utama yang
dihadapi oleh anak-anak selama pandemi. Risiko apa saja itu?

Pertama, kehilangan orang tua karena Covid-19. Kedua,
orang tua kehilangan mata pencaharian atau pendapatan. Ketiga, sulit mengakses
layanan pendidikan yang berkualitas. Keempat, rentan mengalami kekerasan dan
eksploitasi.

Baca Juga :  Dua Desainer Tonjolkan Tenun Masalili, Diperkenalkan di Tengah Hutan B

Kelima, sulit mengakses layanan kesehatan dasar dan gizi.
Keenam, anak yang tinggal di kawasan dan rawan bencana. Dan terakhir,
terbatasnya dukungan bagi anak dengan disabilitas.

“Kita perlu memastikan anak-anak tetap dapat belajar di
rumah sehingga tingkat keaksaraan mereta tetap terjaga dengan baik dan tetap
bersemangat mempersiapkan diri kembali ke sekolah jika situasi telah aman,”
ujar Interim Campaign Manager Save the Children Indonesia, Fandi Yusuf, Selasa
(15/12).

“Kami juga memberikan pemahaman terhadap kondisi
psikologis anak dan selama pandemi Covid-19,” tambahnya.

Deputy Chief Program Impact and Policy Tata Sudrajat
menambahkan adanya angka kekerasan pada anak, termasuk yang terjadi di rumah,
meningkat selama masa pandemi Covid-19. Ia memaparkan sebagian hasil dari
Global Survey Save the Children di 34 negara pada bulan Agustus 2020.

Baca Juga :  Beberapa Tanda Wanita yang Terlalu Pemilih Dalam Mencari Pasangan

Dari survei tersebut disampaikan, 23 persen orang tua
melakukan pengasuhan negatif kepada anak. Lalu 25 persen keluarga melaporkan
adanya kekerasan dalam keluarga yang mengalami pengurangan pendapatan.

Terkait dengan pembelajaran daring, 40 persen orang tua
belum melakukan tindakan untuk melindungi anaknya dari dampak negatif internet,
termasuk perundungan di sekolah melalui internet.

“Dengan adanya Pembelajaran Jarak Jauh ini konsumsi
internet oleh anak yang biasanya hanya 3-4 jam menjadi naik. Sangat disayangkan
orang tua belum semuanya dapat melindungi anak-anak dari paparan informasi di
internet, termasuk potensi cyber bullying yang
meningkat seiring dengan penggunaan internet,” kata Tata.

Maka diperlukan enam protokol perlindungan dan pengasuhan
anak di masa pandemi. Yaitu seperti latihan pengasuhan positif, latihan
manajemen kasus pekerja sosial, pelatihan prinsip hak anak, serta kebijakan
keselamatan untuk apparat penegak hukum.

PROKALTENG.CO-Anak menjadi salah satu kelompok terdampak atau berisiko selama
pandemi Covid-19. Anak menjadi salah satu generasi yang terdampak dalam hal
pendidikan selama pandemi karena sekolah diliburkan untuk memutus mata rantai
penularan.

Dalam webinar Save the Children bertajuk ‘Catatan Akhir
Tahun: Refleksi Situasi Pemenuhan Hak Anak Indonesia 2020’ disebutkan, situasi
ini memaksa agar semua orang termasuk anak-anak untuk beradaptasi secepat
mungkin. Dengan tidak adanya kepastian di tengah situasi yang terus berubah,
anak-anak menjadi rentan dengan berbagai risiko.

Hasil dari Rapid Needs
Assessment
 atau Penilaian Kebutuhan secara Cepat yang
dilakukan bulan April 2020 memetakan setidaknya ada 7 risiko utama yang
dihadapi oleh anak-anak selama pandemi. Risiko apa saja itu?

Pertama, kehilangan orang tua karena Covid-19. Kedua,
orang tua kehilangan mata pencaharian atau pendapatan. Ketiga, sulit mengakses
layanan pendidikan yang berkualitas. Keempat, rentan mengalami kekerasan dan
eksploitasi.

Baca Juga :  Dua Desainer Tonjolkan Tenun Masalili, Diperkenalkan di Tengah Hutan B

Kelima, sulit mengakses layanan kesehatan dasar dan gizi.
Keenam, anak yang tinggal di kawasan dan rawan bencana. Dan terakhir,
terbatasnya dukungan bagi anak dengan disabilitas.

“Kita perlu memastikan anak-anak tetap dapat belajar di
rumah sehingga tingkat keaksaraan mereta tetap terjaga dengan baik dan tetap
bersemangat mempersiapkan diri kembali ke sekolah jika situasi telah aman,”
ujar Interim Campaign Manager Save the Children Indonesia, Fandi Yusuf, Selasa
(15/12).

“Kami juga memberikan pemahaman terhadap kondisi
psikologis anak dan selama pandemi Covid-19,” tambahnya.

Deputy Chief Program Impact and Policy Tata Sudrajat
menambahkan adanya angka kekerasan pada anak, termasuk yang terjadi di rumah,
meningkat selama masa pandemi Covid-19. Ia memaparkan sebagian hasil dari
Global Survey Save the Children di 34 negara pada bulan Agustus 2020.

Baca Juga :  Beberapa Tanda Wanita yang Terlalu Pemilih Dalam Mencari Pasangan

Dari survei tersebut disampaikan, 23 persen orang tua
melakukan pengasuhan negatif kepada anak. Lalu 25 persen keluarga melaporkan
adanya kekerasan dalam keluarga yang mengalami pengurangan pendapatan.

Terkait dengan pembelajaran daring, 40 persen orang tua
belum melakukan tindakan untuk melindungi anaknya dari dampak negatif internet,
termasuk perundungan di sekolah melalui internet.

“Dengan adanya Pembelajaran Jarak Jauh ini konsumsi
internet oleh anak yang biasanya hanya 3-4 jam menjadi naik. Sangat disayangkan
orang tua belum semuanya dapat melindungi anak-anak dari paparan informasi di
internet, termasuk potensi cyber bullying yang
meningkat seiring dengan penggunaan internet,” kata Tata.

Maka diperlukan enam protokol perlindungan dan pengasuhan
anak di masa pandemi. Yaitu seperti latihan pengasuhan positif, latihan
manajemen kasus pekerja sosial, pelatihan prinsip hak anak, serta kebijakan
keselamatan untuk apparat penegak hukum.

Terpopuler

Artikel Terbaru