27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Kelainan Darah Talasemia: Jaga Gaya Hidup, Harapan Hidup Tinggi

Talasemia.
Bagi orang awam, penyakit itu terdengar langka dan menakutkan. Harapan hidupnya
tipis. Padahal, banyak penderita talasemia yang mencapai usia lanjut dan masih
bisa berkegiatan layaknya orang biasa.

TALASEMIA
merupakan kondisi kelainan genetik yang memengaruhi produksi globin alias
rantai protein –yang terdiri atas rantai polipeptida alfa dan beta– pembentuk
sel darah merah. Kadar globin pasien talasemia rendah, bahkan tidak ada.

”Akibatnya,
sel darah merah atau hemoglobin (Hb) mudah pecah dan timbul anemia,” ungkap dr
Putu Niken Ayu Amrita SpPD-KHOM.

Kondisi
Hb yang rendah membuat sel darah merah tidak mampu mengangkut oksigen ke
seluruh tubuh. Di sisi lain, usia sel darah merah jadi lebih singkat. ”Karena
itu, pasien talasemia sedang hingga berat perlu transfusi seumur hidup untuk
meningkatkan sel darah merah,” jelas Niken.

Namun,
transfusi pun tidak cukup. Harus ada terapi obat. Transfusi membuat kadar zat
besi, salah satu komponen sel darah merah, meningkat. Ketika menumpuk, zat itu
tidak mampu dibuang tubuh. Akibatnya, terjadi gangguan organ dan hormon.
”Dokter biasanya akan meresepkan obat kelasi (pengikat) besi untuk membuang
kelebihan zat besi,” paparnya.

Angka
kejadian talasemia relatif tinggi, terutama di area ”sabuk talasemia” yang
tersebar mulai Mediterania, Timur Tengah, sampai Asia Tenggara. ”Karena lokasi
kita berada di ’sabuk talasemia’, angka kejadiannya tinggi. Jumlah carrier
(pembawa sifat Talasemia, Red) juga tinggi,” ujar Niken.

Di
tanah air, persentase carrier talasemia adalah 3,8 persen dari jumlah penduduk.
Mengutip data Yayasan Thalassemia Indonesia, angka kejadian terus naik setiap
tahun. Sepanjang 2012–2018, kenaikan kasus mencapai 78,9 persen.

Staf
medis fungsional Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Airlangga-RSUD
dr Soetomo itu menjelaskan, gejala talasemia beragam. Berdasar derajat berat
sampai ringannya penyakit, ada tiga kategori. Mulai yang paling ringan
(talasemia minor atau trait) hingga talasemia mayor yang menampakkan gejala
sejak bayi.

Baca Juga :  Ini Masalah Serius yang Bisa Terjadi Menggosok Mata Anda

Meski
begitu, penderita talasemia tidak perlu putus asa. Sebab, dengan menjalani
pengobatan rutin dan pola hidup yang sehat, mereka tetap bisa beraktivitas
seperti biasa. ”Berdasar pengalaman saya, beberapa tahun terakhir banyak pasien
yang mencapai usia 50–60 tahun. Kualitas hidupnya juga baik,” tegas Niken.

Pada
pasien bayi dan anak-anak, penanganan tepat juga dapat mencegah keterlambatan
tumbuh kembang.

SERBA-SERBI
TALASEMIA BAGAIMANA MENGECEKNYA?

DIAGNOSIS
talasemia ditegakkan lewat tes darah lengkap dan elektroforesis Hb. Skrining
biasanya dilakukan saat premarital checkup alias checkup sebelum pernikahan.
Jadi, pasangan bisa mengetahui kans anak mereka mengalami talasemia dan langkah
tepat menanganinya kelak.

KETAHUI
DERAJAT KEPARAHAN TALASEMIA

Talasemia
Minor atau Trait

Pasien
memiliki kadar Hb sedikit di bawah normal. Secara umum, tidak tampak gejala dan
perubahan fisik.

Tidak
membutuhkan transfusi.

Bisa
menurunkan talasemia jika pasangan juga diketahui memiliki talasemia minor.

Talasemia
Intermediate

Diagnosis
talasemia biasanya baru diketahui di luar usia anak-anak.

Kadar
Hb di bawah rata-rata normal.

Tidak
membutuhkan transfusi rutin. Namun, di beberapa kasus, pasien perlu terapi obat
untuk mencegah komplikasi.

Talasemia
Mayor

Gejala
tampak sejak bayi. Misalnya, pucat, lemah dan lesu, serta sering sakit.

Membutuhkan
transfusi darah seumur hidup dengan frekuensi setiap 2–4 minggu.

Wajib
mengonsumsi obat kelasi besi secara teratur dan di bawah pengawasan dokter.

SALAH
KAPRAH TENTANG TALASEMIA

Pasien
tidak boleh berolahraga: Salah. Pasien tetap diperbolehkan melakukan olahraga
dengan intensitas ringan hingga sedang. Namun, bila memiliki penyakit penyerta
seperti gangguan jantung, sebaiknya pasien lebih dulu berkonsultasi dengan
dokter.

Pasien
wajib mengonsumsi suplemen: Salah. Suplemen zat besi maupun mikronutrien
lainnya boleh diberikan setelah konsultasi dokter.

Pasien
memiliki pantangan makanan: Salah. Ada pantangan makanan penuh jika pasien
alergi terhadap bahan tersebut. Pasien biasanya mendapatkan panduan pola makan
dari ahli gizi untuk mencukupi kebutuhan harian.

Baca Juga :  Peneliti: Anak-anak 100 Kali Lebih Berpotensi Menularkan Virus Korona

GEJALA
UMUM

Mudah
lelah dan letih

Pucat

Pada
anak-anak, pertumbuhan lebih lambat daripada sebayanya

Anemia

Perut
membuncit

Kelebihan
zat besi (diketahui dari tes darah lengkap)

Pembengkakan
tidak wajar

Struktur
tulang abnormal, terutama di area wajah dan tengkorak

 

Camat
Kapuas Kuala Inop bersama pejabat lainnya saat tanam padi perdana di Desa Sei
Bakut, Kecamatan Kapuas Kuala, Kamis (19/11) pagi.(FOTO DISKOMINFO UNTUK
KALTENG POS)

Dukung
Program Food Estate

KUALA
KAPUAS – Camat Kapuas Kuala, Inop berharap agar para petani dapat melaksanakan
program food estate di wilayah Kecamatan Kapuas Kuala dengan sungguh–sungguh,
serta penuh tanggung jawab, sehingga bantuan yang sudah diberikan pemerintah
dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. “Ini demi untuk kesejahteraan masyarakat dan
ketahanan pangan nasional kita,” katanya.

Disampaikannya,
dalam rangka mendukung program food estate di wilayah Kecamatan Kapuas Kuala,
Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah, seluruh stakeholder bahu-membahu
untuk mensukseskan program tersebut. Mulai dari pihak kecamatan, BPP, PPL,
mantri tani, gapoktan hingga para petani.

Seperti
yang dilaksanakan di Desa Sei Bakut, Kecamatan Kapuas Kuala, Kamis (19/11)
pagi. Saat itu dilakukan tanam padi perdana bersama kelompok tani yang dihadiri
Camat Kapuas Kuala Inop beserta

Menurut
camat, masalah yang sangat serius dihadapi para petani adalah tata air yang
kurang mendukung. “Apabila datang air pasang atau curah hujan lebat,
mengakibatkan padi yang sudah ditanam akan tenggelam,”ungkapnya.

“Bukan
hanya itu saja kendala yang dihadapi oleh para petani yang ada di Kecamatan
Kapuas Kuala, tetapi juga kendala kekurangan alat berupa hand traktor R2 sesuai
keadaan daerah setempat,” akuinya. Iha, kpskuala/hmskmf/ens/kpg/kpc

Talasemia.
Bagi orang awam, penyakit itu terdengar langka dan menakutkan. Harapan hidupnya
tipis. Padahal, banyak penderita talasemia yang mencapai usia lanjut dan masih
bisa berkegiatan layaknya orang biasa.

TALASEMIA
merupakan kondisi kelainan genetik yang memengaruhi produksi globin alias
rantai protein –yang terdiri atas rantai polipeptida alfa dan beta– pembentuk
sel darah merah. Kadar globin pasien talasemia rendah, bahkan tidak ada.

”Akibatnya,
sel darah merah atau hemoglobin (Hb) mudah pecah dan timbul anemia,” ungkap dr
Putu Niken Ayu Amrita SpPD-KHOM.

Kondisi
Hb yang rendah membuat sel darah merah tidak mampu mengangkut oksigen ke
seluruh tubuh. Di sisi lain, usia sel darah merah jadi lebih singkat. ”Karena
itu, pasien talasemia sedang hingga berat perlu transfusi seumur hidup untuk
meningkatkan sel darah merah,” jelas Niken.

Namun,
transfusi pun tidak cukup. Harus ada terapi obat. Transfusi membuat kadar zat
besi, salah satu komponen sel darah merah, meningkat. Ketika menumpuk, zat itu
tidak mampu dibuang tubuh. Akibatnya, terjadi gangguan organ dan hormon.
”Dokter biasanya akan meresepkan obat kelasi (pengikat) besi untuk membuang
kelebihan zat besi,” paparnya.

Angka
kejadian talasemia relatif tinggi, terutama di area ”sabuk talasemia” yang
tersebar mulai Mediterania, Timur Tengah, sampai Asia Tenggara. ”Karena lokasi
kita berada di ’sabuk talasemia’, angka kejadiannya tinggi. Jumlah carrier
(pembawa sifat Talasemia, Red) juga tinggi,” ujar Niken.

Di
tanah air, persentase carrier talasemia adalah 3,8 persen dari jumlah penduduk.
Mengutip data Yayasan Thalassemia Indonesia, angka kejadian terus naik setiap
tahun. Sepanjang 2012–2018, kenaikan kasus mencapai 78,9 persen.

Staf
medis fungsional Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Airlangga-RSUD
dr Soetomo itu menjelaskan, gejala talasemia beragam. Berdasar derajat berat
sampai ringannya penyakit, ada tiga kategori. Mulai yang paling ringan
(talasemia minor atau trait) hingga talasemia mayor yang menampakkan gejala
sejak bayi.

Baca Juga :  Ini Masalah Serius yang Bisa Terjadi Menggosok Mata Anda

Meski
begitu, penderita talasemia tidak perlu putus asa. Sebab, dengan menjalani
pengobatan rutin dan pola hidup yang sehat, mereka tetap bisa beraktivitas
seperti biasa. ”Berdasar pengalaman saya, beberapa tahun terakhir banyak pasien
yang mencapai usia 50–60 tahun. Kualitas hidupnya juga baik,” tegas Niken.

Pada
pasien bayi dan anak-anak, penanganan tepat juga dapat mencegah keterlambatan
tumbuh kembang.

SERBA-SERBI
TALASEMIA BAGAIMANA MENGECEKNYA?

DIAGNOSIS
talasemia ditegakkan lewat tes darah lengkap dan elektroforesis Hb. Skrining
biasanya dilakukan saat premarital checkup alias checkup sebelum pernikahan.
Jadi, pasangan bisa mengetahui kans anak mereka mengalami talasemia dan langkah
tepat menanganinya kelak.

KETAHUI
DERAJAT KEPARAHAN TALASEMIA

Talasemia
Minor atau Trait

Pasien
memiliki kadar Hb sedikit di bawah normal. Secara umum, tidak tampak gejala dan
perubahan fisik.

Tidak
membutuhkan transfusi.

Bisa
menurunkan talasemia jika pasangan juga diketahui memiliki talasemia minor.

Talasemia
Intermediate

Diagnosis
talasemia biasanya baru diketahui di luar usia anak-anak.

Kadar
Hb di bawah rata-rata normal.

Tidak
membutuhkan transfusi rutin. Namun, di beberapa kasus, pasien perlu terapi obat
untuk mencegah komplikasi.

Talasemia
Mayor

Gejala
tampak sejak bayi. Misalnya, pucat, lemah dan lesu, serta sering sakit.

Membutuhkan
transfusi darah seumur hidup dengan frekuensi setiap 2–4 minggu.

Wajib
mengonsumsi obat kelasi besi secara teratur dan di bawah pengawasan dokter.

SALAH
KAPRAH TENTANG TALASEMIA

Pasien
tidak boleh berolahraga: Salah. Pasien tetap diperbolehkan melakukan olahraga
dengan intensitas ringan hingga sedang. Namun, bila memiliki penyakit penyerta
seperti gangguan jantung, sebaiknya pasien lebih dulu berkonsultasi dengan
dokter.

Pasien
wajib mengonsumsi suplemen: Salah. Suplemen zat besi maupun mikronutrien
lainnya boleh diberikan setelah konsultasi dokter.

Pasien
memiliki pantangan makanan: Salah. Ada pantangan makanan penuh jika pasien
alergi terhadap bahan tersebut. Pasien biasanya mendapatkan panduan pola makan
dari ahli gizi untuk mencukupi kebutuhan harian.

Baca Juga :  Peneliti: Anak-anak 100 Kali Lebih Berpotensi Menularkan Virus Korona

GEJALA
UMUM

Mudah
lelah dan letih

Pucat

Pada
anak-anak, pertumbuhan lebih lambat daripada sebayanya

Anemia

Perut
membuncit

Kelebihan
zat besi (diketahui dari tes darah lengkap)

Pembengkakan
tidak wajar

Struktur
tulang abnormal, terutama di area wajah dan tengkorak

 

Camat
Kapuas Kuala Inop bersama pejabat lainnya saat tanam padi perdana di Desa Sei
Bakut, Kecamatan Kapuas Kuala, Kamis (19/11) pagi.(FOTO DISKOMINFO UNTUK
KALTENG POS)

Dukung
Program Food Estate

KUALA
KAPUAS – Camat Kapuas Kuala, Inop berharap agar para petani dapat melaksanakan
program food estate di wilayah Kecamatan Kapuas Kuala dengan sungguh–sungguh,
serta penuh tanggung jawab, sehingga bantuan yang sudah diberikan pemerintah
dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. “Ini demi untuk kesejahteraan masyarakat dan
ketahanan pangan nasional kita,” katanya.

Disampaikannya,
dalam rangka mendukung program food estate di wilayah Kecamatan Kapuas Kuala,
Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah, seluruh stakeholder bahu-membahu
untuk mensukseskan program tersebut. Mulai dari pihak kecamatan, BPP, PPL,
mantri tani, gapoktan hingga para petani.

Seperti
yang dilaksanakan di Desa Sei Bakut, Kecamatan Kapuas Kuala, Kamis (19/11)
pagi. Saat itu dilakukan tanam padi perdana bersama kelompok tani yang dihadiri
Camat Kapuas Kuala Inop beserta

Menurut
camat, masalah yang sangat serius dihadapi para petani adalah tata air yang
kurang mendukung. “Apabila datang air pasang atau curah hujan lebat,
mengakibatkan padi yang sudah ditanam akan tenggelam,”ungkapnya.

“Bukan
hanya itu saja kendala yang dihadapi oleh para petani yang ada di Kecamatan
Kapuas Kuala, tetapi juga kendala kekurangan alat berupa hand traktor R2 sesuai
keadaan daerah setempat,” akuinya. Iha, kpskuala/hmskmf/ens/kpg/kpc

Terpopuler

Artikel Terbaru