28.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Pengobatan Terbatas, Sepertiga Pasien Ginjal ke Dokter saat Sudah Akut

PROKALTENG.CO
– Dua penyakit yang paling sering memicu Penyakit Ginjal Kronis (PGK) yakni
hipertensi dan diabetes. Dan sayangnya, pasien di Indonesia datang ke dokter
ketika fungsi ginjal mereka makin menurun atau sudah lanjut. Sehingga
tatalaksana yang dilakukan juga semakin rumit.

Ketua
Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), dr. Aida Lydia, PhD., SpPD,
K-GH menyatakan sekitar sepertiga pasien dengan PGK belum mengetahui benar
mengenai penyakitnya. Mereka juga tak memahami progresifitas/perjalanan
penyakitnya serta modalitas terapi yang ada setelah mengalami penyakit ginjal
tahap akhir (PGTA) atau gagal ginjal terminal.

“Umumnya
pasien datang dalam kondisi yang sudah lanjut, di mana fungsi ginjal sudah sangat
rendah dan telah terjadi komplikasi akut dari PGK itu sendiri sehingga pilihan
pengobatan yang ditawarkan saat itu juga terbatas,” katanya dalam webinar Hari
Ginjal Sedunia, Rabu (10/3).

Baca Juga :  Istri Melahirkan Bisa Sebabkan Daddy Blues, Kenali Gejalanya

Ia
menekankan pentingnya edukasi mengenai penyakit ginjal, komplikasi, tatalaksana
dan pilihan pengobatan pada pasien PGK sebelum mencapai PGTA. Menurutnya, beban
kesehatan akibat PGK, termasuk di antaranya keluhan dan komplikasi akibat
penurunan fungsi ginjalnya, serta pengobatannya (mencakup obat, pembatasan
cairan dan diet, hingga terapi pengganti ginjal) bukan hanya dapat menurunkan
kualitas hidup pasien, namun juga pendamping atau keluarga pasien.

“Penurunan
kualitas hidup pasien dan atau keluarganya secara umum akan berdampak pada
outcome klinis dari pasien serta kepuasan pasien atas pengobatan,” paparnya.

Karena
itu, pengelolaan pasien dengan PGK tidak hanya terbatas pada aspek medis namun
juga harus mempertimbangkan penilaian atas harapan, tujuan serta target
pengobatan dari pasien dan atau keluarganya. Untuk itu perlu didiskusikan
bersama antara dokter dan pasien untuk mengidentifikasi prioritas, nilai sosial
dan tujuan hidup masing-masing pasien untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
dengan penyakit ginjal.

Baca Juga :  Robeknya Pembuluh Darah Jantung Aorta pada Pria Bisa Berujung Kematian

Menurutnya,
pasien dan atau keluarganya harus dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan
atas kondisi kesehatannya dengan mengedepankan peran, nilai, prioritas serta
tujuan dari pasien itu sendiri. Pendekatan ini disebut dengan Patient-Oriented
Outcomes. Ia juga menambahkan banyak manfaat yang didapat dengan mengedepankan
kualitas hidup pasien dalam pengelolaan pasien PGK.

Peran
dalam hidup ini diartikan sebagai kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas
hidup yang bermakna. Di antaranya bekerja, belajar, bertanggung jawab pada
keluarga, berpergian, berolahraga, beraktivitas sosial dan berekreasi, dan
lainnya.

“Kesimpulannya,
orang dengan penyakit ginjal tetap dapat hidup sehat dan berkualitas,”
tegasnya.

PROKALTENG.CO
– Dua penyakit yang paling sering memicu Penyakit Ginjal Kronis (PGK) yakni
hipertensi dan diabetes. Dan sayangnya, pasien di Indonesia datang ke dokter
ketika fungsi ginjal mereka makin menurun atau sudah lanjut. Sehingga
tatalaksana yang dilakukan juga semakin rumit.

Ketua
Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), dr. Aida Lydia, PhD., SpPD,
K-GH menyatakan sekitar sepertiga pasien dengan PGK belum mengetahui benar
mengenai penyakitnya. Mereka juga tak memahami progresifitas/perjalanan
penyakitnya serta modalitas terapi yang ada setelah mengalami penyakit ginjal
tahap akhir (PGTA) atau gagal ginjal terminal.

“Umumnya
pasien datang dalam kondisi yang sudah lanjut, di mana fungsi ginjal sudah sangat
rendah dan telah terjadi komplikasi akut dari PGK itu sendiri sehingga pilihan
pengobatan yang ditawarkan saat itu juga terbatas,” katanya dalam webinar Hari
Ginjal Sedunia, Rabu (10/3).

Baca Juga :  Istri Melahirkan Bisa Sebabkan Daddy Blues, Kenali Gejalanya

Ia
menekankan pentingnya edukasi mengenai penyakit ginjal, komplikasi, tatalaksana
dan pilihan pengobatan pada pasien PGK sebelum mencapai PGTA. Menurutnya, beban
kesehatan akibat PGK, termasuk di antaranya keluhan dan komplikasi akibat
penurunan fungsi ginjalnya, serta pengobatannya (mencakup obat, pembatasan
cairan dan diet, hingga terapi pengganti ginjal) bukan hanya dapat menurunkan
kualitas hidup pasien, namun juga pendamping atau keluarga pasien.

“Penurunan
kualitas hidup pasien dan atau keluarganya secara umum akan berdampak pada
outcome klinis dari pasien serta kepuasan pasien atas pengobatan,” paparnya.

Karena
itu, pengelolaan pasien dengan PGK tidak hanya terbatas pada aspek medis namun
juga harus mempertimbangkan penilaian atas harapan, tujuan serta target
pengobatan dari pasien dan atau keluarganya. Untuk itu perlu didiskusikan
bersama antara dokter dan pasien untuk mengidentifikasi prioritas, nilai sosial
dan tujuan hidup masing-masing pasien untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
dengan penyakit ginjal.

Baca Juga :  Robeknya Pembuluh Darah Jantung Aorta pada Pria Bisa Berujung Kematian

Menurutnya,
pasien dan atau keluarganya harus dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan
atas kondisi kesehatannya dengan mengedepankan peran, nilai, prioritas serta
tujuan dari pasien itu sendiri. Pendekatan ini disebut dengan Patient-Oriented
Outcomes. Ia juga menambahkan banyak manfaat yang didapat dengan mengedepankan
kualitas hidup pasien dalam pengelolaan pasien PGK.

Peran
dalam hidup ini diartikan sebagai kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas
hidup yang bermakna. Di antaranya bekerja, belajar, bertanggung jawab pada
keluarga, berpergian, berolahraga, beraktivitas sosial dan berekreasi, dan
lainnya.

“Kesimpulannya,
orang dengan penyakit ginjal tetap dapat hidup sehat dan berkualitas,”
tegasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru