33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Tak Peduli Pandemi Covid-19, Hampir Separo Perokok Makin Aktif Merokok

PROKALTENG.CO
– Perokok diyakini akan terdampak parah paru-parunya jika terinfeksi Covid-19.
Badai sitokin atau peradangan yang terjadi bisa membuat kondisi menjadi lebih
buruk. Namun, fakta itu tak menyurutkan minat para perokok untuk tetap aktif
merokok.

Sebuah
studi dari Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia (FKUI-RSCM) mendapatkan hasil bahwa 44,5 persen responden melaporkan
konsumsi alkohol, tidak berubah dibandingkan dengan sebelum pandemi Covid-19.
Riset ini juga mendapatkan hasil bahwa tidak ada perubahan pola konsumsi rokok
di masa pandemi terhadap 47,6 persen responden perokok.

Parahnya,
bukannya berhenti, peminat rokok justru meningkat selama pandemi. Dari riset
yang sama ditemukan fakta bahwa terdapat peningkatan konsumsi sebesar 25,7
persen pada orang yang mengkonsumsi minuman beralkohol dan peningkatan 20,1
persen pada orang yang merokok.

“Perubahan
perilaku ini patut diwaspadai untuk mengantisipasi peningkatan beban psikologis
yang diakibatkan oleh kondisi saat ini,” kata sejumlah peneliti dari Departemen
Ilmu Kesehatan Jiwa FKUI-RSCM, yaitu dr. Enjeline Hanafi, Sp.KJ; Dr. dr.
Kristiana Siste, Sp.KJ(K); dr. Albert Prabowo Limawan; dr. Lee Thung Sen; dr.
Hans Christian; dr. Belinda Julivia Murtani; dr. Adrian; dan dr. Levina Putri
Siswidiani; serta peneliti dari Fakultas Psikologi Universitas Katolik Atma
Jaya.

Baca Juga :  6 Cara Mengatasi Vertigo dengan Tepat

Jumlah
responden dilakukan hingga 4.584 orang. Dan telah dipublikasi di jurnal
internasional Frontiers in Psychiatry pada 2 Februari 2021.

Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Ari Fahrial Syam mengatakan
pandemi Covid-19 telah menyebabkan perubahan pada berbagai aspek kehidupan,
termasuk pada kesehatan jiwa. Perubahan pola konsumsi alkohol dan rokok akan
menjadi tantangan baru bagi praktisi kesehatan, terutama dalam bidang adiksi.

“Penelitian
yang telah dilakukan ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam penyusunan
regulasi terkait upaya preventif dan intervensi konsumsi alkohol dan rokok,”
ujar Prof Ari.

Pelbagai
masalah psikologis dapat timbul dari kebijakan-kebijakan yang telah
diberlakukan di Indonesia untuk mengatasi pandemi, salah satunya adalah
penyalahgunaan zat adiktif seperti alkohol dan rokok. Penelitian ini
menggunakan sejumlah kuesioner seperti Alcohol Use Disorders Identification
Test (AUDIT), Cigarette Dependence Scale (CDS), Symptoms Checklist-90 (SCL-90),
dan Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI).

Baca Juga :  Dokter Spesialis Sebut Covid-19 'Penipu Ulung', Ini Penjelasannya

Kuesioner
disebar secara daring pada 28 April hingga 1 Juni tahun lalu melalui beberapa
aplikasi media sosial. Selain itu, kuesioner juga disebarkan melalui perusahaan
milik negara, akademisi universitas, dan mahasiswa, serta responden yang
diminta untuk turut menyebarkan tautan kuesioner kepada orang lain.

Alhasil,
didapatkan bahwa konsumsi alkohol di Indonesia mengalami perubahan yang
dipengaruhi oleh kondisi tempat tinggal. Pada responden yang berdomisili di
provinsi yang menerapkan PSBB, didapatkan penurunan konsumsi alkohol.
Sedangkan, perilaku merokok didapatkan lebih banyak mengalami penurunan
dibandingkan peningkatan.

Hal
ini dihubungkan dengan meningkatnya pemahaman warga terkait hubungan negatif
antara merokok dan Covid-19 yang dapat memperburuk gejala. Akan tetapi,
penurunan konsumsi rokok juga didapatkan berkorelasi dengan peningkatan jumlah
gejala psikologis seperti kecemasan, sensitivitas interpersonal, dan perilaku
psikotik yang mungkin didorong akibat penurunan konsumsi nikotin.

PROKALTENG.CO
– Perokok diyakini akan terdampak parah paru-parunya jika terinfeksi Covid-19.
Badai sitokin atau peradangan yang terjadi bisa membuat kondisi menjadi lebih
buruk. Namun, fakta itu tak menyurutkan minat para perokok untuk tetap aktif
merokok.

Sebuah
studi dari Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia (FKUI-RSCM) mendapatkan hasil bahwa 44,5 persen responden melaporkan
konsumsi alkohol, tidak berubah dibandingkan dengan sebelum pandemi Covid-19.
Riset ini juga mendapatkan hasil bahwa tidak ada perubahan pola konsumsi rokok
di masa pandemi terhadap 47,6 persen responden perokok.

Parahnya,
bukannya berhenti, peminat rokok justru meningkat selama pandemi. Dari riset
yang sama ditemukan fakta bahwa terdapat peningkatan konsumsi sebesar 25,7
persen pada orang yang mengkonsumsi minuman beralkohol dan peningkatan 20,1
persen pada orang yang merokok.

“Perubahan
perilaku ini patut diwaspadai untuk mengantisipasi peningkatan beban psikologis
yang diakibatkan oleh kondisi saat ini,” kata sejumlah peneliti dari Departemen
Ilmu Kesehatan Jiwa FKUI-RSCM, yaitu dr. Enjeline Hanafi, Sp.KJ; Dr. dr.
Kristiana Siste, Sp.KJ(K); dr. Albert Prabowo Limawan; dr. Lee Thung Sen; dr.
Hans Christian; dr. Belinda Julivia Murtani; dr. Adrian; dan dr. Levina Putri
Siswidiani; serta peneliti dari Fakultas Psikologi Universitas Katolik Atma
Jaya.

Baca Juga :  6 Cara Mengatasi Vertigo dengan Tepat

Jumlah
responden dilakukan hingga 4.584 orang. Dan telah dipublikasi di jurnal
internasional Frontiers in Psychiatry pada 2 Februari 2021.

Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Ari Fahrial Syam mengatakan
pandemi Covid-19 telah menyebabkan perubahan pada berbagai aspek kehidupan,
termasuk pada kesehatan jiwa. Perubahan pola konsumsi alkohol dan rokok akan
menjadi tantangan baru bagi praktisi kesehatan, terutama dalam bidang adiksi.

“Penelitian
yang telah dilakukan ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam penyusunan
regulasi terkait upaya preventif dan intervensi konsumsi alkohol dan rokok,”
ujar Prof Ari.

Pelbagai
masalah psikologis dapat timbul dari kebijakan-kebijakan yang telah
diberlakukan di Indonesia untuk mengatasi pandemi, salah satunya adalah
penyalahgunaan zat adiktif seperti alkohol dan rokok. Penelitian ini
menggunakan sejumlah kuesioner seperti Alcohol Use Disorders Identification
Test (AUDIT), Cigarette Dependence Scale (CDS), Symptoms Checklist-90 (SCL-90),
dan Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI).

Baca Juga :  Dokter Spesialis Sebut Covid-19 'Penipu Ulung', Ini Penjelasannya

Kuesioner
disebar secara daring pada 28 April hingga 1 Juni tahun lalu melalui beberapa
aplikasi media sosial. Selain itu, kuesioner juga disebarkan melalui perusahaan
milik negara, akademisi universitas, dan mahasiswa, serta responden yang
diminta untuk turut menyebarkan tautan kuesioner kepada orang lain.

Alhasil,
didapatkan bahwa konsumsi alkohol di Indonesia mengalami perubahan yang
dipengaruhi oleh kondisi tempat tinggal. Pada responden yang berdomisili di
provinsi yang menerapkan PSBB, didapatkan penurunan konsumsi alkohol.
Sedangkan, perilaku merokok didapatkan lebih banyak mengalami penurunan
dibandingkan peningkatan.

Hal
ini dihubungkan dengan meningkatnya pemahaman warga terkait hubungan negatif
antara merokok dan Covid-19 yang dapat memperburuk gejala. Akan tetapi,
penurunan konsumsi rokok juga didapatkan berkorelasi dengan peningkatan jumlah
gejala psikologis seperti kecemasan, sensitivitas interpersonal, dan perilaku
psikotik yang mungkin didorong akibat penurunan konsumsi nikotin.

Terpopuler

Artikel Terbaru