26.3 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Jangan Asal Berjemur! Ketahui Cara Dapatkan Vitamin D Bagi Tubuh dari Sinar Matahari

PROKALTENG.CO – Sinar matahari dikenal memiliki peranan penting dalam pembentukan vitamin D, yang diperlukan untuk pembentukan tulang baru. Di negara yang kurang sinar matahari, warganya sampai memerlukan suplemen vitamin D yang cukup.

Maka beruntunglah kita yang tinggal di Indonesia karena disinari cahaya matahari yang cukup selama sekitar sembilan jam (mulai sekitar 06.00-17.00) sehingga bisa mendapatkan manfaat dari sinar matahari untuk pembentukan vitamin D.

Perlu diketahui, bahwa sinar matahari bukanlah sumber vitamin D. Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan RI, paparan sinar matahari diperlukan tubuh untuk memproduksi vitamin D secara alami.

Jadi, prosesnya adalah tubuh mendapat paparan sinar ultraviolet matahari. Saat itulah di dalam tubuh kita terjadi sintesis vitamin D, lebih tepatnya ginjal dan hati mengubahnya menjadi vitamin D aktif yang dapat digunakan tubuh untuk meningkatkan peresapan kalsium dan kesehatan tulang.

Manfaat lainnya dari hasil sintesis vitamin D tersebut bagi tubuh manusia adalah membantu pertumbuhan dan perkembangan tulang dan gigi, menjaga kesehatan otot, memelihara kesehatan jantung, membuat sistem kekebalan tubuh bekerja optimal, bahkan bisa memperbaiki suasana hati dan mencegah depresi.

Namun, untuk mengoptimalkan sinar matahari dalam memproduksi vitamin D dalam tubuh, masyarakat tidak bisa asal-asalan dalam berjemur agar terpapar sinar matahari, karena ada waktu idealnya.

Pagi menjelang siang hari merupakan waktu yang ideal untuk mendapatkan manfaat sinar matahari, atau sejak terbit hingga sekitar pukul 09.00. Namun untuk waktu yang optimal adalah sekitar pukul 10.00 dan 11.00.

Baca Juga :  Konsumsi Bawang Putih Campur Madu, Ini Lho Manfaatnya

“Pada jam tersebut (sekitar pukul 10.00-11.00), matahari berada pada titik terbesarnya, atau sinar ultraviolet berada pada titik terkuatnya. Saat itulah masyarakat bisa menghabiskan lebih sedikit waktu di bawah sinar matahari,” ujar dokter spesialis kulit dan kelamin RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah, Denpasar Bali, Dr.dr. IGN Darmaputra, SpKK (K) FINSDV, FAADV seperti dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan RI.

Sebagai informasi, dosis Vitamin D yang disarankan adalah 600 IU per hari (15 mcg) dan ini dapat didapatkan baik melalui matahari, makanan, maupun suplemen.

Vitamin D diproduksi di kulit dari kolesterol. Maka dari itu, upayakan sinar matahari banyak terekspos ke bagian area kulit. Menurut beberapa penelitian, setidaknya sekitar sepertiga kulit harus terkena sinar matahari.

Untuk teknisnya, disarankan mengenakan tank top atau kaus kutang dan celana pendek selama 10–30 menit tiga kali setiap minggu. Namun bagi orang dengan kulit yang lebih gelap bisa memerlukan waktu berjemur lebih lama.

Gunakan juga topi dan kacamata hitam untuk melindungi wajah dan mata saat berjemur. Hal itu karena tengkorak adalah bagian tubuh yang sangat kecil, sehingga menghasilkan sangat sedikit vitamin D.

Selain dari sinar matahari, Ketua Divisi Respirologi dan Penyakit Kritis, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia — Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Dr. dr. Gurmeet Singh, Sp.PD-KP, FINASIM menyatakan sumber vitamin D dapat diperoleh juga dari makanan, seperti ikan (salmon, tuna, dan sarden), kuning telur, daging merah, sereal, dan susu (baik susu sapi maupun dari tanaman).

Baca Juga :  Sering Sakit Leher Pertanda Gejala Kolesterol Tinggi?

“Manusia harus menjaga kadar vitamin D dalam tubuh. Orang yang tidak dapat mengkonsumsi makanan, seperti ikan, susu, dan telur seperti mereka yang memiliki intoleransi laktosa atau mengikuti pola makan vegan, berisiko lebih tinggi mengalami defisiensi,” ungkap dr. Gurmeet seperti dikutip dari laman Universitas Indonesia.

Ia menambahkan ada beberapa golongan yang berisiko tinggi jika kekurangan vitamin D, yaitu orang yang mengalami obesitas, orang dengan riwayat operasi lambung, dan pasien dengan penyakit inflammatory bowel disease (IBD).

Jika seseorang mengalami kekurangan vitamin D, maka ia bisa mengalami rakitis dan osteomalacia. Rakitis adalah kondisi tulang lunak dan kelainan bentuk tulang pada anak-anak karena jaringan tulang gagal mengeras.

Sedangkan osteomalacia adalah kondisi tulang lunak dan lemah yang terjadi pada orang dewasa. Oleh karena itu, masyarakat disarankan untuk selalu mengecek kadar vitamin D.

“Jaga kadar vitamin D dan selalu mengecek kadar vitamin D dalam tubuh. Periksakan kadar vitamin D setiap enam bulan atau setahun sekali,” pungkasnya. (pri/jawapos.com)

PROKALTENG.CO – Sinar matahari dikenal memiliki peranan penting dalam pembentukan vitamin D, yang diperlukan untuk pembentukan tulang baru. Di negara yang kurang sinar matahari, warganya sampai memerlukan suplemen vitamin D yang cukup.

Maka beruntunglah kita yang tinggal di Indonesia karena disinari cahaya matahari yang cukup selama sekitar sembilan jam (mulai sekitar 06.00-17.00) sehingga bisa mendapatkan manfaat dari sinar matahari untuk pembentukan vitamin D.

Perlu diketahui, bahwa sinar matahari bukanlah sumber vitamin D. Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan RI, paparan sinar matahari diperlukan tubuh untuk memproduksi vitamin D secara alami.

Jadi, prosesnya adalah tubuh mendapat paparan sinar ultraviolet matahari. Saat itulah di dalam tubuh kita terjadi sintesis vitamin D, lebih tepatnya ginjal dan hati mengubahnya menjadi vitamin D aktif yang dapat digunakan tubuh untuk meningkatkan peresapan kalsium dan kesehatan tulang.

Manfaat lainnya dari hasil sintesis vitamin D tersebut bagi tubuh manusia adalah membantu pertumbuhan dan perkembangan tulang dan gigi, menjaga kesehatan otot, memelihara kesehatan jantung, membuat sistem kekebalan tubuh bekerja optimal, bahkan bisa memperbaiki suasana hati dan mencegah depresi.

Namun, untuk mengoptimalkan sinar matahari dalam memproduksi vitamin D dalam tubuh, masyarakat tidak bisa asal-asalan dalam berjemur agar terpapar sinar matahari, karena ada waktu idealnya.

Pagi menjelang siang hari merupakan waktu yang ideal untuk mendapatkan manfaat sinar matahari, atau sejak terbit hingga sekitar pukul 09.00. Namun untuk waktu yang optimal adalah sekitar pukul 10.00 dan 11.00.

Baca Juga :  Konsumsi Bawang Putih Campur Madu, Ini Lho Manfaatnya

“Pada jam tersebut (sekitar pukul 10.00-11.00), matahari berada pada titik terbesarnya, atau sinar ultraviolet berada pada titik terkuatnya. Saat itulah masyarakat bisa menghabiskan lebih sedikit waktu di bawah sinar matahari,” ujar dokter spesialis kulit dan kelamin RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah, Denpasar Bali, Dr.dr. IGN Darmaputra, SpKK (K) FINSDV, FAADV seperti dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan RI.

Sebagai informasi, dosis Vitamin D yang disarankan adalah 600 IU per hari (15 mcg) dan ini dapat didapatkan baik melalui matahari, makanan, maupun suplemen.

Vitamin D diproduksi di kulit dari kolesterol. Maka dari itu, upayakan sinar matahari banyak terekspos ke bagian area kulit. Menurut beberapa penelitian, setidaknya sekitar sepertiga kulit harus terkena sinar matahari.

Untuk teknisnya, disarankan mengenakan tank top atau kaus kutang dan celana pendek selama 10–30 menit tiga kali setiap minggu. Namun bagi orang dengan kulit yang lebih gelap bisa memerlukan waktu berjemur lebih lama.

Gunakan juga topi dan kacamata hitam untuk melindungi wajah dan mata saat berjemur. Hal itu karena tengkorak adalah bagian tubuh yang sangat kecil, sehingga menghasilkan sangat sedikit vitamin D.

Selain dari sinar matahari, Ketua Divisi Respirologi dan Penyakit Kritis, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia — Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Dr. dr. Gurmeet Singh, Sp.PD-KP, FINASIM menyatakan sumber vitamin D dapat diperoleh juga dari makanan, seperti ikan (salmon, tuna, dan sarden), kuning telur, daging merah, sereal, dan susu (baik susu sapi maupun dari tanaman).

Baca Juga :  Sering Sakit Leher Pertanda Gejala Kolesterol Tinggi?

“Manusia harus menjaga kadar vitamin D dalam tubuh. Orang yang tidak dapat mengkonsumsi makanan, seperti ikan, susu, dan telur seperti mereka yang memiliki intoleransi laktosa atau mengikuti pola makan vegan, berisiko lebih tinggi mengalami defisiensi,” ungkap dr. Gurmeet seperti dikutip dari laman Universitas Indonesia.

Ia menambahkan ada beberapa golongan yang berisiko tinggi jika kekurangan vitamin D, yaitu orang yang mengalami obesitas, orang dengan riwayat operasi lambung, dan pasien dengan penyakit inflammatory bowel disease (IBD).

Jika seseorang mengalami kekurangan vitamin D, maka ia bisa mengalami rakitis dan osteomalacia. Rakitis adalah kondisi tulang lunak dan kelainan bentuk tulang pada anak-anak karena jaringan tulang gagal mengeras.

Sedangkan osteomalacia adalah kondisi tulang lunak dan lemah yang terjadi pada orang dewasa. Oleh karena itu, masyarakat disarankan untuk selalu mengecek kadar vitamin D.

“Jaga kadar vitamin D dan selalu mengecek kadar vitamin D dalam tubuh. Periksakan kadar vitamin D setiap enam bulan atau setahun sekali,” pungkasnya. (pri/jawapos.com)

Terpopuler

Artikel Terbaru