30 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Simak Ini, Penyakit Akibat Vape Lebih Cepat dari Rokok Biasa

PENGGUNAAN vape sebagai pengganti rokok masih menjadi kontroversi.
Seperti rokok pada umumnya, penolakan masyarakat luas akan produk vape bukanlah
tanpa alasan yang jelas. Tewasnya 40 nyawa pengguna vape di New York, Amerika
Serikat, beberapa waktu lalu, dan ribuan orang yang harus dirawat secara medis,
akibat penggunaan jenis rokok elektrik ini, telah menjadi perhatian dunia luas.

Menurut sebuah studi terbaru yang
dilakukan oleh para peneliti dari Negeri Paman Sam, ditemukan mereka yang
menggunakan rokok elektrik, punya potensi mengalami gangguan pada pernapasan.
Seperti asma, bronkitis, emfisema, hingga penyakit paru obstruktif kronis atau
yang biasa disingkat PPOK.

“Menurut temuan kami, didapati
mereka yang menggunakan rokok elektrik, memiliki kemungkinan terkena penyakit
paru-paru di kemudian hari,” kata kepala studi Stanton Glantz, seperti dikutip Healthline, Sabtu (28/12/2019).

Baca Juga :  Dua Kasus Mutasi Covid-19 Ditemukan di Indonesia, Kenali Gejalanya

Menurut peneliti dari University
of California di San Francisco itu, risiko ini akan semakin tinggi pada mereka
yang juga mengkonsumsi dua jenis rokok sekaligus. Baik elektrik maupun rokok
konvensional. Sementara mereka yang hanya merokok, adalah mereka dengan risiko
paling kecil terkena masalah kesehatan di hari kemudian

Studi yang dirilis pada American
Journal of Preventive Medicine ini, melibatkan setidaknya 32 ribu data orang
dewasa yang bertempat tinggal di Amerika Serikat. Studi ini sendiri dimulai sekitar
enam tahun silam.

Hanya dalam tiga tahun berselang,
para peneliti yang terlibat dalam studi ini mendapati mereka yang menggunakan
rokok elektrik, adalah mereka yang punya potensi sebesar 1 sampai 3 kali lipat,
mengalami permasalahan dengan organ pernapasan.

Data itu juga menyebutkan tentang
risiko pada paru-paru manusia akibat mengkonsumsi produk berbasis tembakau.
Kendati mendapatkan hasil yang cukup akurat, sayangnya studi ini, akibat metode
penelitian yang digunakan sejak awal, tidak memfokuskan diri pada kaitan antara
konsumsi rokok konvensional dengan rokok elektrik.

Baca Juga :  5 Manfaat Makan Jeroan Bagi Kesehatan

“Akan lebih baik lagi jika studi
ini bisa dilakukan dalam jangka panjang. Kita bisa melihat bagaimana objek
tertentu menyebabkan kerusakan pada paru-paru, ketimbang hanya sekedar bertanya
pada orang lewat survei, tentang apa yang menjadi penyebab kondisi kesehatan
mereka,” pungkasnya.

Lewat studi ini, Stanton Glantz
berharap dunia sadar akan bahaya nyata yang diciptakan oleh penggunaan vape
dalam keseharian manusia. Selain menyebabkan gangguan pada paru-paru, konsumsi
produk berbasis tembakau ini tidak hanya melukai ginjal manusia. Namun, juga
berdampak pada kesehatan jantung, pembuluh darah, hingga sistem kekebalan
tubuh.(ruf/fin/rh/kpc)

PENGGUNAAN vape sebagai pengganti rokok masih menjadi kontroversi.
Seperti rokok pada umumnya, penolakan masyarakat luas akan produk vape bukanlah
tanpa alasan yang jelas. Tewasnya 40 nyawa pengguna vape di New York, Amerika
Serikat, beberapa waktu lalu, dan ribuan orang yang harus dirawat secara medis,
akibat penggunaan jenis rokok elektrik ini, telah menjadi perhatian dunia luas.

Menurut sebuah studi terbaru yang
dilakukan oleh para peneliti dari Negeri Paman Sam, ditemukan mereka yang
menggunakan rokok elektrik, punya potensi mengalami gangguan pada pernapasan.
Seperti asma, bronkitis, emfisema, hingga penyakit paru obstruktif kronis atau
yang biasa disingkat PPOK.

“Menurut temuan kami, didapati
mereka yang menggunakan rokok elektrik, memiliki kemungkinan terkena penyakit
paru-paru di kemudian hari,” kata kepala studi Stanton Glantz, seperti dikutip Healthline, Sabtu (28/12/2019).

Baca Juga :  Dua Kasus Mutasi Covid-19 Ditemukan di Indonesia, Kenali Gejalanya

Menurut peneliti dari University
of California di San Francisco itu, risiko ini akan semakin tinggi pada mereka
yang juga mengkonsumsi dua jenis rokok sekaligus. Baik elektrik maupun rokok
konvensional. Sementara mereka yang hanya merokok, adalah mereka dengan risiko
paling kecil terkena masalah kesehatan di hari kemudian

Studi yang dirilis pada American
Journal of Preventive Medicine ini, melibatkan setidaknya 32 ribu data orang
dewasa yang bertempat tinggal di Amerika Serikat. Studi ini sendiri dimulai sekitar
enam tahun silam.

Hanya dalam tiga tahun berselang,
para peneliti yang terlibat dalam studi ini mendapati mereka yang menggunakan
rokok elektrik, adalah mereka yang punya potensi sebesar 1 sampai 3 kali lipat,
mengalami permasalahan dengan organ pernapasan.

Data itu juga menyebutkan tentang
risiko pada paru-paru manusia akibat mengkonsumsi produk berbasis tembakau.
Kendati mendapatkan hasil yang cukup akurat, sayangnya studi ini, akibat metode
penelitian yang digunakan sejak awal, tidak memfokuskan diri pada kaitan antara
konsumsi rokok konvensional dengan rokok elektrik.

Baca Juga :  5 Manfaat Makan Jeroan Bagi Kesehatan

“Akan lebih baik lagi jika studi
ini bisa dilakukan dalam jangka panjang. Kita bisa melihat bagaimana objek
tertentu menyebabkan kerusakan pada paru-paru, ketimbang hanya sekedar bertanya
pada orang lewat survei, tentang apa yang menjadi penyebab kondisi kesehatan
mereka,” pungkasnya.

Lewat studi ini, Stanton Glantz
berharap dunia sadar akan bahaya nyata yang diciptakan oleh penggunaan vape
dalam keseharian manusia. Selain menyebabkan gangguan pada paru-paru, konsumsi
produk berbasis tembakau ini tidak hanya melukai ginjal manusia. Namun, juga
berdampak pada kesehatan jantung, pembuluh darah, hingga sistem kekebalan
tubuh.(ruf/fin/rh/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru