28.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Golkar Jadi Pertahanan Terakhir Jokowi, Gabung Setelah Turun Takhta

PROKALTENG.CO-Efek ekor jas Presiden Joko Widodo (Jokowi) menguntungkan Partai Golkar. Perolehan suara Golkar melejit pada Pemilu 2024. Hingga Senin, 4 Maret 2024, pukul 09.00 WITA, total data masuk sekitar 65,87 persen, Partai Golkar mendapatkan suara sebesar 15,05 persen. Pada Pemilu 2019, Golkar mendapatkan 12,31 dukungan suara nasional. Perolehan suara Pemilu 2024 ini juga lebih tinggi dibandingkan Pemilu 2009 (14,45 persen) dan Pemilu 2014 (14,75 persen).

Melejitnya suara Golkar selalu dikait-kaitkan dengan Jokowi. Golkar merupakan salah satu partai pendukung pemerintahan Presiden Jokowi.

Selain itu, saat Gibran diisukan menjadi cawapres Prabowo Subianto, Golkar juga yang pertama kali mengusung Gibran. Golkar juga tak memiliki figur sentral.

Kesempatan ini mesti dimanfaatkan Jokowi untuk menguasai beringin. Dengan situasi tersebut, Jokowi bisa menjadi tokoh besar di partai.

Berbeda dengan Partai Gerindra dan PDIP, sulit buat Jokowi bergabung lantaran Gerindra memiliki tokoh sentral Prabowo Subianto. Begitu juga di PDIP, Megawati masih punya pengaruh besar sebagai figur sentral.

Masuknya Jokowi ke Golkar dinilai sangat tepat jika ingin memuluskan pengaruh politiknya. Golkar bisa menjadi benteng terakhir Jokowi mempertahankan kekuasaannya.

Baca Juga :  Narsisisme Politik Kekuasaan

Jokowi butuh kendaraan politik untuk mempertahankan pengaruhnya setelah dirinya tak menjabat presiden. Setelah masa tugasnya berakhir, Jokowi tak akan memiliki kekuasaan memengaruhi presiden terpilih.

Meski demikian, Jokowi dinilai baru akan bergabung setelah Pilpres 2024. Jokowi akan tetap menjaga image politiknya dengan tidak bergabung dengan partai lain dan tetap dengan statusnya saat ini.

Analis politik Unhas Andi Ali Armunanto, memprediksi Jokowi tak akan pindah untuk saat ini. Menurutnya, dengan tetap pada posisinya saat ini justru adalah langkah yang paling aman untuk Jokowi.

“Karena ketika dia bergabung dengan Golkar maka dia akan membuat garis tegas dalam sikap politiknya dimana hal tersebut tidak dibutuhkan saat ini,” ujar Ali, Senin, 4 Maret.

Justru dengan statusnya yang abu-abu saat ini, Jokowi lebih leluasa bermanuver. Termasuk memulihkan kembali relasinya dengan PDIP untuk menyiapkan landasan politik yang stabil bagi Prabowo dan Gibran.

Sementara itu, analis politik Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar A Luhur Prianto menilai politik kepatuhan khas petugas partai Jokowi sudah berakhir di PDIP. Meskipun keanggotaan Jokowi di PDIP masih dibiarkan mengambang.

Baca Juga :  Koalisi Perubahan Batal Umumkan Timnas AMIN, Ini Kendalanya

Secara de facto, PDIP dan Jokowi sudah berbeda jalan politik. Jokowi sukses memobilisasi kekuatan partai politik lain, menggolkan tujuan politiknya di Pilpres 2024.

Jika Jokowi bergabung dengan Golkar, konteksnya adalah dukungan penuh pada pemerintahan baru. Dengan kekuatan besar di DPR RI, maka posisi Golkar sangat memikat pada pasca Pilpres 2024.

“Jadi jika politik akomodasi ingin berjalan mulus, maka Jokowi ataupun Gibran memang sangat layak memperhitungkan untuk
bergabung ke Golkar,” ujar Luhur.

Apalagi jika berhasil merebut kekuasaan di Golkar, maka potensi dukungan besar parlemen kembali bisa diulang. Di luar PDIP dan PKS, partai-partai lain sangat terbuka bergabung dengan pemerintahan baru.

Sementara itu, Jokowi hanya melemparkan senyum saat kembali ditanya wartawan soal isu akan bergabung ke Partai Golkar. Hal itu terjadi usai Presiden memberikan keterangan pers di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur sebelum berangkat ke Australia, Senin, 4 Maret. (jpg)

PROKALTENG.CO-Efek ekor jas Presiden Joko Widodo (Jokowi) menguntungkan Partai Golkar. Perolehan suara Golkar melejit pada Pemilu 2024. Hingga Senin, 4 Maret 2024, pukul 09.00 WITA, total data masuk sekitar 65,87 persen, Partai Golkar mendapatkan suara sebesar 15,05 persen. Pada Pemilu 2019, Golkar mendapatkan 12,31 dukungan suara nasional. Perolehan suara Pemilu 2024 ini juga lebih tinggi dibandingkan Pemilu 2009 (14,45 persen) dan Pemilu 2014 (14,75 persen).

Melejitnya suara Golkar selalu dikait-kaitkan dengan Jokowi. Golkar merupakan salah satu partai pendukung pemerintahan Presiden Jokowi.

Selain itu, saat Gibran diisukan menjadi cawapres Prabowo Subianto, Golkar juga yang pertama kali mengusung Gibran. Golkar juga tak memiliki figur sentral.

Kesempatan ini mesti dimanfaatkan Jokowi untuk menguasai beringin. Dengan situasi tersebut, Jokowi bisa menjadi tokoh besar di partai.

Berbeda dengan Partai Gerindra dan PDIP, sulit buat Jokowi bergabung lantaran Gerindra memiliki tokoh sentral Prabowo Subianto. Begitu juga di PDIP, Megawati masih punya pengaruh besar sebagai figur sentral.

Masuknya Jokowi ke Golkar dinilai sangat tepat jika ingin memuluskan pengaruh politiknya. Golkar bisa menjadi benteng terakhir Jokowi mempertahankan kekuasaannya.

Baca Juga :  Narsisisme Politik Kekuasaan

Jokowi butuh kendaraan politik untuk mempertahankan pengaruhnya setelah dirinya tak menjabat presiden. Setelah masa tugasnya berakhir, Jokowi tak akan memiliki kekuasaan memengaruhi presiden terpilih.

Meski demikian, Jokowi dinilai baru akan bergabung setelah Pilpres 2024. Jokowi akan tetap menjaga image politiknya dengan tidak bergabung dengan partai lain dan tetap dengan statusnya saat ini.

Analis politik Unhas Andi Ali Armunanto, memprediksi Jokowi tak akan pindah untuk saat ini. Menurutnya, dengan tetap pada posisinya saat ini justru adalah langkah yang paling aman untuk Jokowi.

“Karena ketika dia bergabung dengan Golkar maka dia akan membuat garis tegas dalam sikap politiknya dimana hal tersebut tidak dibutuhkan saat ini,” ujar Ali, Senin, 4 Maret.

Justru dengan statusnya yang abu-abu saat ini, Jokowi lebih leluasa bermanuver. Termasuk memulihkan kembali relasinya dengan PDIP untuk menyiapkan landasan politik yang stabil bagi Prabowo dan Gibran.

Sementara itu, analis politik Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar A Luhur Prianto menilai politik kepatuhan khas petugas partai Jokowi sudah berakhir di PDIP. Meskipun keanggotaan Jokowi di PDIP masih dibiarkan mengambang.

Baca Juga :  Koalisi Perubahan Batal Umumkan Timnas AMIN, Ini Kendalanya

Secara de facto, PDIP dan Jokowi sudah berbeda jalan politik. Jokowi sukses memobilisasi kekuatan partai politik lain, menggolkan tujuan politiknya di Pilpres 2024.

Jika Jokowi bergabung dengan Golkar, konteksnya adalah dukungan penuh pada pemerintahan baru. Dengan kekuatan besar di DPR RI, maka posisi Golkar sangat memikat pada pasca Pilpres 2024.

“Jadi jika politik akomodasi ingin berjalan mulus, maka Jokowi ataupun Gibran memang sangat layak memperhitungkan untuk
bergabung ke Golkar,” ujar Luhur.

Apalagi jika berhasil merebut kekuasaan di Golkar, maka potensi dukungan besar parlemen kembali bisa diulang. Di luar PDIP dan PKS, partai-partai lain sangat terbuka bergabung dengan pemerintahan baru.

Sementara itu, Jokowi hanya melemparkan senyum saat kembali ditanya wartawan soal isu akan bergabung ke Partai Golkar. Hal itu terjadi usai Presiden memberikan keterangan pers di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur sebelum berangkat ke Australia, Senin, 4 Maret. (jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru