30 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Biosolar B30 Mulai Didistribusikan

JAKARTA – Mengawali tahun 2020, PT Pertamina (Persero) Integrated
Terminal Balongan melakukan penyaluran perdana Biosolar B30. Distribusi perdana
dikirimkan oleh mobil tangki berkapasitas 8 kiloliter (KL) ke Sentra Pengisian
Bahan Bakar Utama (SPBU) 3445151 di Jalan Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat.

Unit Manager Communication
Relations & CSR Pertamina Marketing Operation Region (MOR) III Dewi Sri
Utami menerangkan, Integrated Terminal Balongan memperoleh pasokan solar dari
Kilang Pertamina Balongan (Refinery Unit VI). Dimana kemudian pencampuran FAME
dengan Solar dilakukan di New Gantry System (NGS) dengan metode Inline
Blending.

Integrated Terminal Balongan
kemudian mendistribusikan Biosolar yang telah memiliki kandungan B30 persen ini
ke SPBU-SPBU di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan.

“Pasokan FAME dari kelapa sawit
kami peroleh dari Darmex Biofuels, yang merupakan badan usaha dalam negeri.
Pemanfaatan FAME ini dilakukan untuk mendukung program Pemerintah dalam
mengurangi impor minyak,” tambah Dewi.

Lebih jauh, dia mengungkapkan,
kandungan FAME tidak memiliki dampak negatif bagi mesin kendaraan konsumen.
Perubahan konfigurasi bahan bakar telah disosialisasikan oleh Pemerintah dan
badan usaha terkait ke produsen kendaraan, Agen Tunggal Pemegang Merk, serta
berbagai asosiasi kendaraan.

“Pengguna kendaraan berbahan
diesel dapat menggunakan bahan bakar B30 dengan nyaman. “Dengan komponen B30,
tarikan mesin tetap terjaga, BBM juga baik kualitasnya dan ramah lingkungan,
serta turut berkontribusi dalam menjaga devisa negara,” ujarnya.

Selain memasok B30, Pertamina
juga telah menyediakan pelumas berteknologi tinggi, Meditran SX BIO SAE 15W-40
yang dapat meningkatkan performa mesin diesel berbahan bakar B30. Meditran SX
sebagai pelumas khusus kendaraan bermesin diesel dapat mendukung penggunaan komponen
nabati B30 hingga B50.

Baca Juga :  Mandiri Sahabatku Lahirkan Wirausaha Potensial dari Pekerja Migran Indonesia

Biosolar merupakan bahan bakar
solar/diesel yang telah mendapat campuran bahan bakar nabati FAME (Fatty Acid
Methyl Ester), hal ini sesuai dengan arahan pemerintah terkait Target Bauran
Energi (Energy Mix).

Program Biosolar 30 persen (B30)
sendiri sudah diresmikan penerapannya oleh Presiden Republik Indonesia Joko
Widodo di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) COCO 3112802 di Jalan MT
Haryono, Jakarta Selatan, pada Senin, 23 Desember 2019 lalu.

Pada peresmian tersebut,
Pemerintah menetapkan komposisi FAME dari B20 menjadi B30, dimana berarti
kandungan 20 persen FAME pada bahan bakar berbasis solar naik menjadi 30
persen.

Sesuai Keputusan Menteri ESDM No
227 Tahun 2019, kebijakan B30 pada sektor transportasi berlaku pada produk
solar subsidi yakni Biosolar, serta non subsidi Dexlite.

Program B30 dapat menghemat
devisa sekitar Rp63 trilliun. Terlebih lagi Indonesia adalah penghasil sawit
tersebar di dunia. Itu artinya kita memiliki sumber bahan nabati sebagai
pengganti solar. Ini harus dimanfaatkan untuk kemandirian energi nasional.

Program B30 juga akan dapat
mengurangi impor BBM dan menciptakan permintaan domestik crude palm oil (CPO)
yang sangat besar. Hal ini dapat memberikan multiplier effect bagi 13,5 juta
petani perkebunan kelapa sawit. Ini artinya, B30 akan berdampak kepada para
perkebunan kecil yang membina petani rakyat yang selama ini bekerja di kebun
sawit dan para pekerja yang bekerja di pabrik kelapa sawit.

Baca Juga :  Minyak Goreng Diusulkan Jadi Insentif Vaksinasi Dosis Ke-2 dan 3

Program B30 nantinya akan menjadi
B50 dan seterusnya juga menjadi B100. Sehingga Indonesia tidak mudah di tekan
oleh negara lain, terutama kampanye negatif dari beberapa negara terhadap
export CPO kita. Karena sudah memiliki pasar di dalam negeri yang besar.

Direktur Utama Pertamina, Nicke
Widyawati mengatakan Pertamina berharap di awal tahun 2020, seluruh SPBU Pertamina
sudah menyalurkan B30.

Nicke mengatakan, perusahaan
pelat merah ini telah melakukan langkah cepat dengan melakukan penyaluran B30
sejak November 2019 di beberapa wilayah antara lain TBBM Medan Sumatera Utara,
Kilang Plaju Sumatera Selatan, TBBM Panjang Lampung, TBBM Plumpang DKI Jakarta,
TBBM Balikpapan Kalimantan Timur, TBBM Rewulu Yogjakarta, TBBM Boyolali Jawa
Tengah, Kilang Kasim Papua.

”Kini, Pertamina telah menyiapkan
28 TBBM sebagai titik simpul pencampuran B30, yang nantinya akan disalurkan ke
seluruh SPBU millik Pertamina di seluruh Indonesia” ujar Nicke.

Untuk mengamankan suplai FAME
sebagai bahan utama pencampuran B30, lanjut Nicke, Pertamina telah melakukan
penandatanganan kerjasama pengadaan FAME dengan 18 Badan Usaha Bahan Bakar
Nabati (BUBBN) yang ditunjuk oleh pemerintah melalui Kementerian Energi Sumber
Daya Mineral (KESDM) pada Senin (16/12).

Program B30 ditargetkan bisa mengurangi
emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 14,25 juta ton C02 selama tahun 2020. Selain
itu, Program B30 juga ditargetkan bisa menyerap tenaga kerja tambahan hingga
1,29 juta orang. (dim/fin/ful)

JAKARTA – Mengawali tahun 2020, PT Pertamina (Persero) Integrated
Terminal Balongan melakukan penyaluran perdana Biosolar B30. Distribusi perdana
dikirimkan oleh mobil tangki berkapasitas 8 kiloliter (KL) ke Sentra Pengisian
Bahan Bakar Utama (SPBU) 3445151 di Jalan Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat.

Unit Manager Communication
Relations & CSR Pertamina Marketing Operation Region (MOR) III Dewi Sri
Utami menerangkan, Integrated Terminal Balongan memperoleh pasokan solar dari
Kilang Pertamina Balongan (Refinery Unit VI). Dimana kemudian pencampuran FAME
dengan Solar dilakukan di New Gantry System (NGS) dengan metode Inline
Blending.

Integrated Terminal Balongan
kemudian mendistribusikan Biosolar yang telah memiliki kandungan B30 persen ini
ke SPBU-SPBU di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan.

“Pasokan FAME dari kelapa sawit
kami peroleh dari Darmex Biofuels, yang merupakan badan usaha dalam negeri.
Pemanfaatan FAME ini dilakukan untuk mendukung program Pemerintah dalam
mengurangi impor minyak,” tambah Dewi.

Lebih jauh, dia mengungkapkan,
kandungan FAME tidak memiliki dampak negatif bagi mesin kendaraan konsumen.
Perubahan konfigurasi bahan bakar telah disosialisasikan oleh Pemerintah dan
badan usaha terkait ke produsen kendaraan, Agen Tunggal Pemegang Merk, serta
berbagai asosiasi kendaraan.

“Pengguna kendaraan berbahan
diesel dapat menggunakan bahan bakar B30 dengan nyaman. “Dengan komponen B30,
tarikan mesin tetap terjaga, BBM juga baik kualitasnya dan ramah lingkungan,
serta turut berkontribusi dalam menjaga devisa negara,” ujarnya.

Selain memasok B30, Pertamina
juga telah menyediakan pelumas berteknologi tinggi, Meditran SX BIO SAE 15W-40
yang dapat meningkatkan performa mesin diesel berbahan bakar B30. Meditran SX
sebagai pelumas khusus kendaraan bermesin diesel dapat mendukung penggunaan komponen
nabati B30 hingga B50.

Baca Juga :  Mandiri Sahabatku Lahirkan Wirausaha Potensial dari Pekerja Migran Indonesia

Biosolar merupakan bahan bakar
solar/diesel yang telah mendapat campuran bahan bakar nabati FAME (Fatty Acid
Methyl Ester), hal ini sesuai dengan arahan pemerintah terkait Target Bauran
Energi (Energy Mix).

Program Biosolar 30 persen (B30)
sendiri sudah diresmikan penerapannya oleh Presiden Republik Indonesia Joko
Widodo di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) COCO 3112802 di Jalan MT
Haryono, Jakarta Selatan, pada Senin, 23 Desember 2019 lalu.

Pada peresmian tersebut,
Pemerintah menetapkan komposisi FAME dari B20 menjadi B30, dimana berarti
kandungan 20 persen FAME pada bahan bakar berbasis solar naik menjadi 30
persen.

Sesuai Keputusan Menteri ESDM No
227 Tahun 2019, kebijakan B30 pada sektor transportasi berlaku pada produk
solar subsidi yakni Biosolar, serta non subsidi Dexlite.

Program B30 dapat menghemat
devisa sekitar Rp63 trilliun. Terlebih lagi Indonesia adalah penghasil sawit
tersebar di dunia. Itu artinya kita memiliki sumber bahan nabati sebagai
pengganti solar. Ini harus dimanfaatkan untuk kemandirian energi nasional.

Program B30 juga akan dapat
mengurangi impor BBM dan menciptakan permintaan domestik crude palm oil (CPO)
yang sangat besar. Hal ini dapat memberikan multiplier effect bagi 13,5 juta
petani perkebunan kelapa sawit. Ini artinya, B30 akan berdampak kepada para
perkebunan kecil yang membina petani rakyat yang selama ini bekerja di kebun
sawit dan para pekerja yang bekerja di pabrik kelapa sawit.

Baca Juga :  Minyak Goreng Diusulkan Jadi Insentif Vaksinasi Dosis Ke-2 dan 3

Program B30 nantinya akan menjadi
B50 dan seterusnya juga menjadi B100. Sehingga Indonesia tidak mudah di tekan
oleh negara lain, terutama kampanye negatif dari beberapa negara terhadap
export CPO kita. Karena sudah memiliki pasar di dalam negeri yang besar.

Direktur Utama Pertamina, Nicke
Widyawati mengatakan Pertamina berharap di awal tahun 2020, seluruh SPBU Pertamina
sudah menyalurkan B30.

Nicke mengatakan, perusahaan
pelat merah ini telah melakukan langkah cepat dengan melakukan penyaluran B30
sejak November 2019 di beberapa wilayah antara lain TBBM Medan Sumatera Utara,
Kilang Plaju Sumatera Selatan, TBBM Panjang Lampung, TBBM Plumpang DKI Jakarta,
TBBM Balikpapan Kalimantan Timur, TBBM Rewulu Yogjakarta, TBBM Boyolali Jawa
Tengah, Kilang Kasim Papua.

”Kini, Pertamina telah menyiapkan
28 TBBM sebagai titik simpul pencampuran B30, yang nantinya akan disalurkan ke
seluruh SPBU millik Pertamina di seluruh Indonesia” ujar Nicke.

Untuk mengamankan suplai FAME
sebagai bahan utama pencampuran B30, lanjut Nicke, Pertamina telah melakukan
penandatanganan kerjasama pengadaan FAME dengan 18 Badan Usaha Bahan Bakar
Nabati (BUBBN) yang ditunjuk oleh pemerintah melalui Kementerian Energi Sumber
Daya Mineral (KESDM) pada Senin (16/12).

Program B30 ditargetkan bisa mengurangi
emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 14,25 juta ton C02 selama tahun 2020. Selain
itu, Program B30 juga ditargetkan bisa menyerap tenaga kerja tambahan hingga
1,29 juta orang. (dim/fin/ful)

Terpopuler

Artikel Terbaru