25.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Pelayanan RSUD dr Doris Disoal, Akibat Kematian Bayi Usia 16 Hari yang Dianggap Ayahnya Janggal

PALANGKARAYA, PROKALTENG.CO – Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum dr Doris Sylvanus kini disoal. Salah satu warga di Kelurahan Menteng, Afner Juliwarno (31) mempertanyakan kematian anak bayi pertamanya yang notabene baru berusia 16 hari saat dirawat di rumah sakit tersebut.

Afner Juliwarno didampingi istri saat di Polda Kalteng membawa resume medis ke Ditreskrimsus Polda Kalteng, Jumat (2/2)(HAFIDZ/PROKALTENG.CO)

Afner mengaku merasa ganjil dengan kematian anaknya saat dirawat di Rumah Sakit dr Doris Sylvanus. ”Dari awal penanganan operasi sampai daripada kematian, pertama diagnosa dokter mengapa dia harus operasi berbeda dengan tindakan yang diambil, Yang harusnya cuman membuat kantong BAB tiba tiba cuma usus yang bermasalah yang dipotong, ” ujarnya saat di Polda Kalteng, Jumat (2/2).

Ia bersama istrinya mendatangi ke Polda Kalteng membawa resume medis dari rumah sakit tempat anaknya dirawat ke Ditreskrimsus Polda Kalteng. ”Memang Kami bersyukur karena anak kami tidak akan dioperasi 2 kali, tapi ketika kita berpikir lebih jernih betapa bahaya anak kami saat itu ketika diagnosanya salah, namun tetap dibedah padahal diagnosanya salah,” jelasnya.

Dirinya berharap dengan kepolisian bisa melihat dan membantu mencari tahu penyebab kematian anak pertamanya. ”Karena anak saya sebelum meninggal, dia pas lagi transfusi darah, itu kan 2 kantong yang terakhir itu darah merah,” tambahnya.

Saat ditanya apakah itu dugaan mal praktik, ia belum mengetahui pasti. ”Yang pasti anak saya itu pak selang yang dimulutnya mengeluarkan darah di kantong. Saya pikir anak saya seperti pembuluh darahnya itu pecah, saya kurang tahu juga sih,”imbuhnya.

”Anak saya katanya gak bisa BAB, yang saya tahu seperti itu. Jadi jalan satu-satunya mereka menyarankan kami untuk dioperasi, kami pun menandatangani operasi itu berdasarkan saran tadi pak. Padahal lubang anusnya ada,”jelasnya.

Sesaat setelah anaknya meninggal, ia sempat protes dan mempertanyakan kepada dokter yang menjaga terkait kematian anaknya.

”Jadi dokter menjelaskan, pak anak bapak kami rawat dengan baik, anak bapak pasca operasi kami simpan di ruang ICU. Saya bantah dok anak saya disimpan di ruang ICU tadi siang, anak saya tidak pernah dirawat di ruang ICU, dan tidak pernah disimpan di kotak incubator, dibawa itu disimpan di kontak incubator itu pas berangkat operasi dengan pulang operasi, setelah itu pas anak saya kritis baru disimpan di situ,”ceritanya.

Baca Juga :  Pemkab Bertekad Terus Tingkatkan Pelayanan Publik

”Kalau ada pihak rumah sakit menyampaikan bahwa anak kami dirawat di ruang icu bohong. Saya punya foto dan video, yang saya heran pasca operasi anak saya itu disimpan di ruang terbuka, pasca operasi juga 6 hari istri saya disuruh nyusui anaknya, logika saya apa mampu usus yang baru dijahit susu bisa ngalir disitu, apakah sudah sesuai dengan SOP pasca operasi bisa minum susu,” terangnya.

Meski demikian, ia tetap mengikhlaskan kematian anak pertamanya tersebut. Akan tetapi ia masih bertanya-tanya mengenai penyebab kematian anaknya. ”Apakah ini ada kelalaian, apakah ada kesalahan, ataupun ada kesengajaan, kami masih mempertanyakan itu,” jelasnya.

Sementara itu, RSUD dr Doris Sylvanus angkat bicara. Melalui Wakil direktur bagian pelayanan medik dan keperawatan dr. Devi Novianti Santoso, didampingi oleh Kepala Bidang Hukum dan Humas pada RSUD dr Doris Sylvanus Hairil Anwar, SH.

“Saya menegaskan bahwasanya, kami selalu mengedepankan SOP yang berlaku dan juga dilakukan secara semaksimal. Tidak ada diagnosa asal-asalan yang diberikan kepada pasien tersebut,” kata dr. Devi Novianti Santoso, saat melaksanakan konferensi pers dengan awak media, Jumat (2/2).

Dirinya membenarkan, bahwa sekitar satu minggu yang lalu pihaknya menerima laporan adanya seorang bayi yang meninggal dunia pasca operasi di RSUD dr Doris Sylvanus.

Dirinya juga menjelaskan, pasien tersebut merupakan pasien rujukan dari salah satu Rumah Sakit Swasta yang ada di Kota Palangkaraya. “Dikarenakan mereka tidak mampu untuk melakukan observasi serta tindakan lebih lanjut bagaimana, maka dari itu dirujuk lah ke rumah sakit kita, “jelasnya.

Ia menerangkan, setibanya pasien di RSUD dr Doris Sylvanus tersebut, tentunya pihaknya melakukan observasi terlebih dahulu untuk diagnosa tahap awal terhadap penyakit yang di idap oleh pasien tersebut.

Baca Juga :  Terus Berjuang Membantu Tercapainya Target Vaksinasi Covid-19

” Kalau tidak salah pasien ini masuk pada tanggal 11 Januari 2024, itu pihak kita mencoba mendalami terhadap penyakit yang di idap pasien tersebut selama 3 hari,” tuturnya.

Dia menjelaskan, pihaknya mencoba memberikan pelayanan yang terbaik dan untuk mengusahakan semaksimal mungkin agar pasien ini bisa sembuh.

“Maka dari itu, pihak kami menyarankan untuk dilakukan operasi terhadap pasien dengan atas persetujuan dari pihak keluarga serta orang tua pasien, dengan menyertakan surat perjanjian yang di tanda tangani oleh orang tua sebelum dilakukan nya tindakan operasi, “Jelasnya.

Dirinya membeberkan bahwasanya sebelum dilakukan tindakan operasi diberikan surat perjanjian dan surat persetujuan, untuk dilakukan tindakan operasi tersebut.

“Tudingan yang diberikan oleh orang tua korban terkait kenapa diagnosa sebelum operasi dan sesudah operasi malah berbeda. Hal ini bisa berbeda tentunya dalam dunia medis. Dikarenakam sudah ada dilakukan tindakan penelitian lebih lanjut dan lebih dalam seusai dilakukan nya tidakan operasi,” terangnya.

Pihaknya RSUD dr Doris Sylvanus juga di sini sangat menyayangkan sekali atas tindakan orang tua korban, yang dimana banyak melakukan tudingan terhadap pihak rumah sakit dan menceritakan terlebih dahulu kepada awak media. Padahal di sini pihaknya sangat terbuka apabila adanya keluhan yang dirasakan oleh pihak keluarga korban.

“Saat ini kami sangat terbuka menunggu dari pihak keluarga korban untuk datang ke kami, apabila ada merasa suatu hal yang kurang berkenan di hati. Silakan dipertanyakan, kami akan menerima serta menjawab dengan semaksimal mungkin memberikan penjelasan terhadap kepihak keluarga,” imbuhnya.

Ketua Komisi I DPRD Kalteng Yohannes Freddy Ering.

Di sisi lain, kasus ini menjadi sorotan Ketua Komisi I DPRD Kalteng Yohannes Freddy Ering. Ia mendukung kepolisian menyelidiki dan menyidik kejadian tersebut.

”Ya indikasi malpraktek sangat kuat, (dirinya) mendukung pihak kepolisian menyelidiki dan menyidik. Ada beberapa juga kejadian penanganan RS Doris Sylvanus yang sangat kuat indikasi malpraktek. Pemasangan ring itu yang paling sering memakan korban, karena prosedur atau SOP yang tidak dijalankan oleh pihak RS,” tegasnya. (hfz)

PALANGKARAYA, PROKALTENG.CO – Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum dr Doris Sylvanus kini disoal. Salah satu warga di Kelurahan Menteng, Afner Juliwarno (31) mempertanyakan kematian anak bayi pertamanya yang notabene baru berusia 16 hari saat dirawat di rumah sakit tersebut.

Afner Juliwarno didampingi istri saat di Polda Kalteng membawa resume medis ke Ditreskrimsus Polda Kalteng, Jumat (2/2)(HAFIDZ/PROKALTENG.CO)

Afner mengaku merasa ganjil dengan kematian anaknya saat dirawat di Rumah Sakit dr Doris Sylvanus. ”Dari awal penanganan operasi sampai daripada kematian, pertama diagnosa dokter mengapa dia harus operasi berbeda dengan tindakan yang diambil, Yang harusnya cuman membuat kantong BAB tiba tiba cuma usus yang bermasalah yang dipotong, ” ujarnya saat di Polda Kalteng, Jumat (2/2).

Ia bersama istrinya mendatangi ke Polda Kalteng membawa resume medis dari rumah sakit tempat anaknya dirawat ke Ditreskrimsus Polda Kalteng. ”Memang Kami bersyukur karena anak kami tidak akan dioperasi 2 kali, tapi ketika kita berpikir lebih jernih betapa bahaya anak kami saat itu ketika diagnosanya salah, namun tetap dibedah padahal diagnosanya salah,” jelasnya.

Dirinya berharap dengan kepolisian bisa melihat dan membantu mencari tahu penyebab kematian anak pertamanya. ”Karena anak saya sebelum meninggal, dia pas lagi transfusi darah, itu kan 2 kantong yang terakhir itu darah merah,” tambahnya.

Saat ditanya apakah itu dugaan mal praktik, ia belum mengetahui pasti. ”Yang pasti anak saya itu pak selang yang dimulutnya mengeluarkan darah di kantong. Saya pikir anak saya seperti pembuluh darahnya itu pecah, saya kurang tahu juga sih,”imbuhnya.

”Anak saya katanya gak bisa BAB, yang saya tahu seperti itu. Jadi jalan satu-satunya mereka menyarankan kami untuk dioperasi, kami pun menandatangani operasi itu berdasarkan saran tadi pak. Padahal lubang anusnya ada,”jelasnya.

Sesaat setelah anaknya meninggal, ia sempat protes dan mempertanyakan kepada dokter yang menjaga terkait kematian anaknya.

”Jadi dokter menjelaskan, pak anak bapak kami rawat dengan baik, anak bapak pasca operasi kami simpan di ruang ICU. Saya bantah dok anak saya disimpan di ruang ICU tadi siang, anak saya tidak pernah dirawat di ruang ICU, dan tidak pernah disimpan di kotak incubator, dibawa itu disimpan di kontak incubator itu pas berangkat operasi dengan pulang operasi, setelah itu pas anak saya kritis baru disimpan di situ,”ceritanya.

Baca Juga :  Pemkab Bertekad Terus Tingkatkan Pelayanan Publik

”Kalau ada pihak rumah sakit menyampaikan bahwa anak kami dirawat di ruang icu bohong. Saya punya foto dan video, yang saya heran pasca operasi anak saya itu disimpan di ruang terbuka, pasca operasi juga 6 hari istri saya disuruh nyusui anaknya, logika saya apa mampu usus yang baru dijahit susu bisa ngalir disitu, apakah sudah sesuai dengan SOP pasca operasi bisa minum susu,” terangnya.

Meski demikian, ia tetap mengikhlaskan kematian anak pertamanya tersebut. Akan tetapi ia masih bertanya-tanya mengenai penyebab kematian anaknya. ”Apakah ini ada kelalaian, apakah ada kesalahan, ataupun ada kesengajaan, kami masih mempertanyakan itu,” jelasnya.

Sementara itu, RSUD dr Doris Sylvanus angkat bicara. Melalui Wakil direktur bagian pelayanan medik dan keperawatan dr. Devi Novianti Santoso, didampingi oleh Kepala Bidang Hukum dan Humas pada RSUD dr Doris Sylvanus Hairil Anwar, SH.

“Saya menegaskan bahwasanya, kami selalu mengedepankan SOP yang berlaku dan juga dilakukan secara semaksimal. Tidak ada diagnosa asal-asalan yang diberikan kepada pasien tersebut,” kata dr. Devi Novianti Santoso, saat melaksanakan konferensi pers dengan awak media, Jumat (2/2).

Dirinya membenarkan, bahwa sekitar satu minggu yang lalu pihaknya menerima laporan adanya seorang bayi yang meninggal dunia pasca operasi di RSUD dr Doris Sylvanus.

Dirinya juga menjelaskan, pasien tersebut merupakan pasien rujukan dari salah satu Rumah Sakit Swasta yang ada di Kota Palangkaraya. “Dikarenakan mereka tidak mampu untuk melakukan observasi serta tindakan lebih lanjut bagaimana, maka dari itu dirujuk lah ke rumah sakit kita, “jelasnya.

Ia menerangkan, setibanya pasien di RSUD dr Doris Sylvanus tersebut, tentunya pihaknya melakukan observasi terlebih dahulu untuk diagnosa tahap awal terhadap penyakit yang di idap oleh pasien tersebut.

Baca Juga :  Terus Berjuang Membantu Tercapainya Target Vaksinasi Covid-19

” Kalau tidak salah pasien ini masuk pada tanggal 11 Januari 2024, itu pihak kita mencoba mendalami terhadap penyakit yang di idap pasien tersebut selama 3 hari,” tuturnya.

Dia menjelaskan, pihaknya mencoba memberikan pelayanan yang terbaik dan untuk mengusahakan semaksimal mungkin agar pasien ini bisa sembuh.

“Maka dari itu, pihak kami menyarankan untuk dilakukan operasi terhadap pasien dengan atas persetujuan dari pihak keluarga serta orang tua pasien, dengan menyertakan surat perjanjian yang di tanda tangani oleh orang tua sebelum dilakukan nya tindakan operasi, “Jelasnya.

Dirinya membeberkan bahwasanya sebelum dilakukan tindakan operasi diberikan surat perjanjian dan surat persetujuan, untuk dilakukan tindakan operasi tersebut.

“Tudingan yang diberikan oleh orang tua korban terkait kenapa diagnosa sebelum operasi dan sesudah operasi malah berbeda. Hal ini bisa berbeda tentunya dalam dunia medis. Dikarenakam sudah ada dilakukan tindakan penelitian lebih lanjut dan lebih dalam seusai dilakukan nya tidakan operasi,” terangnya.

Pihaknya RSUD dr Doris Sylvanus juga di sini sangat menyayangkan sekali atas tindakan orang tua korban, yang dimana banyak melakukan tudingan terhadap pihak rumah sakit dan menceritakan terlebih dahulu kepada awak media. Padahal di sini pihaknya sangat terbuka apabila adanya keluhan yang dirasakan oleh pihak keluarga korban.

“Saat ini kami sangat terbuka menunggu dari pihak keluarga korban untuk datang ke kami, apabila ada merasa suatu hal yang kurang berkenan di hati. Silakan dipertanyakan, kami akan menerima serta menjawab dengan semaksimal mungkin memberikan penjelasan terhadap kepihak keluarga,” imbuhnya.

Ketua Komisi I DPRD Kalteng Yohannes Freddy Ering.

Di sisi lain, kasus ini menjadi sorotan Ketua Komisi I DPRD Kalteng Yohannes Freddy Ering. Ia mendukung kepolisian menyelidiki dan menyidik kejadian tersebut.

”Ya indikasi malpraktek sangat kuat, (dirinya) mendukung pihak kepolisian menyelidiki dan menyidik. Ada beberapa juga kejadian penanganan RS Doris Sylvanus yang sangat kuat indikasi malpraktek. Pemasangan ring itu yang paling sering memakan korban, karena prosedur atau SOP yang tidak dijalankan oleh pihak RS,” tegasnya. (hfz)

Terpopuler

Artikel Terbaru