27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Dalam 2 Pekan, 448 Orang di Gumas Terkena ISPA

KUALA KURUN – Kabut asap yang menyelimuti
wilayah Kabupaten Gunung Mas (Gumas) berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat.
Tercatat, selama September ini, jumlah penderita penyakit infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) meningkat cukup signifikan.

”Dalam dua minggu terakhir, memang ada peningkatan
penderita ISPA yang cukup signifikan. Pada minggu pertama
bulan September, ada 260
orang penderita ISPA. Jumlah ini naik signifikan pada minggu kedua sebanyak 448
orang, atau meningkat 58 persen,” ucap Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes)
Kabupaten Gumas Maria Efianti, di ruang kerjanya, Selasa (17/9).

Dia mengatakan, data penderita ISPA yang diterima
oleh dinkes merupakan data mingguan dari seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) di Kabupaten Gumas. Sejauh ini, penderita ISPA yang paling banyak
diterima adalah berasal dari Puskesmas Kurun.

”Penyebab utama meningkatnya jumlah penderita ISPA
di daerah ini, yakni akibat menghirup asap dari kebakaran hutan dan lahan
(karhutla). Saat ini, kami juga sudah mendistribusikan masker ke puskesmas, dan
meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat,” tuturnya.

Baca Juga :  Tahun 2020, Pemdes Bangun Gorong-Gorong Sei Turas

Selain pembagian masker dan penyuluhan kesehatan,
lanjut dia, Dinkes juga telah memerintahkan seluruh puskesmas untuk menyiapkan
rumah singgah oksigen bagi masyarakat, dengan menyediakan fasilitas seperti
ruangan khusus, oksigen, dan obat-obatan.

”Keberadaan rumah singgah oksigen ini sudah ada di
seluruh puskesmas. Masyarakat bisa memanfaatkannya dengan datang langsung ke
puskesmas secara gratis,” ujarnya.

Dia mengakui, asap yang dihirup oleh masyarakat ini
memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang. Untuk jangka pendek, akan
terjadi gangguan saluran pernafasan, terutama orang memiliki riwayat asma dan
jantung, menyebabkan mata iritasi dan kulit. Sedangkan jangka panjang, puluhan
tahun kedepan akan menyebabkan kanker paru-paru.

”Penderita ISPA ditandai dengan tenggorokan gatal
atau sakit, bersin, hidung tersumbat, dan batuk. Udara yang tidak sehat seperti
asap dari karhutla tentu sangat rentan menyebabkan sakit karena kurangnya
oksigen, hingga menyebabkan pusing, mual, dan mata perih,” terangnya.

Baca Juga :  Kerjasama BUMN Ini, Bupati Ingin Wujudkan Kota Pintar

Dia pun mengimbau masyarakat agar tidak keluar rumah
atau mengurangi aktivitas di luar ruangan, memakai masker jika terpaksa keluar
rumah, perbanyak minum air putih, makan sayur, dan buah-buahan, serta istirahat
yang cukup. Hal ini untuk menghindari terserang penyakit ISPA.

”Jika ada masyarakat yang mengalami gejala batuk,
pilek, sesak nafas, dan demam, kami minta untuk segera memeriksakan diri ke
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, pustu atau poskesdes,”
pungkasnya.
(okt/uni/ctk/nto)

KUALA KURUN – Kabut asap yang menyelimuti
wilayah Kabupaten Gunung Mas (Gumas) berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat.
Tercatat, selama September ini, jumlah penderita penyakit infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) meningkat cukup signifikan.

”Dalam dua minggu terakhir, memang ada peningkatan
penderita ISPA yang cukup signifikan. Pada minggu pertama
bulan September, ada 260
orang penderita ISPA. Jumlah ini naik signifikan pada minggu kedua sebanyak 448
orang, atau meningkat 58 persen,” ucap Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes)
Kabupaten Gumas Maria Efianti, di ruang kerjanya, Selasa (17/9).

Dia mengatakan, data penderita ISPA yang diterima
oleh dinkes merupakan data mingguan dari seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) di Kabupaten Gumas. Sejauh ini, penderita ISPA yang paling banyak
diterima adalah berasal dari Puskesmas Kurun.

”Penyebab utama meningkatnya jumlah penderita ISPA
di daerah ini, yakni akibat menghirup asap dari kebakaran hutan dan lahan
(karhutla). Saat ini, kami juga sudah mendistribusikan masker ke puskesmas, dan
meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat,” tuturnya.

Baca Juga :  Tahun 2020, Pemdes Bangun Gorong-Gorong Sei Turas

Selain pembagian masker dan penyuluhan kesehatan,
lanjut dia, Dinkes juga telah memerintahkan seluruh puskesmas untuk menyiapkan
rumah singgah oksigen bagi masyarakat, dengan menyediakan fasilitas seperti
ruangan khusus, oksigen, dan obat-obatan.

”Keberadaan rumah singgah oksigen ini sudah ada di
seluruh puskesmas. Masyarakat bisa memanfaatkannya dengan datang langsung ke
puskesmas secara gratis,” ujarnya.

Dia mengakui, asap yang dihirup oleh masyarakat ini
memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang. Untuk jangka pendek, akan
terjadi gangguan saluran pernafasan, terutama orang memiliki riwayat asma dan
jantung, menyebabkan mata iritasi dan kulit. Sedangkan jangka panjang, puluhan
tahun kedepan akan menyebabkan kanker paru-paru.

”Penderita ISPA ditandai dengan tenggorokan gatal
atau sakit, bersin, hidung tersumbat, dan batuk. Udara yang tidak sehat seperti
asap dari karhutla tentu sangat rentan menyebabkan sakit karena kurangnya
oksigen, hingga menyebabkan pusing, mual, dan mata perih,” terangnya.

Baca Juga :  Kerjasama BUMN Ini, Bupati Ingin Wujudkan Kota Pintar

Dia pun mengimbau masyarakat agar tidak keluar rumah
atau mengurangi aktivitas di luar ruangan, memakai masker jika terpaksa keluar
rumah, perbanyak minum air putih, makan sayur, dan buah-buahan, serta istirahat
yang cukup. Hal ini untuk menghindari terserang penyakit ISPA.

”Jika ada masyarakat yang mengalami gejala batuk,
pilek, sesak nafas, dan demam, kami minta untuk segera memeriksakan diri ke
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, pustu atau poskesdes,”
pungkasnya.
(okt/uni/ctk/nto)

Terpopuler

Artikel Terbaru