33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Berperilaku Santri dalam Menjaga Negeri

SETIAP tanggal 22 Oktober, sejak tahun 2015, kita memperingati Hari Santri Nasional. Tema Hari Santri Nasional 2021 adalah Santri Siaga Jiwa Raga. Tema itu dimaksudkan agar para santri selalu siap siaga menyerahkan jiwa dan raga untuk membela tanah air, mempertahankan persatuan Indonesia, serta mewujudkan perdamaian dunia. Tema tersebut cukup singkat, tapi memiliki arti dan harapan yang sangat dalam.

Kita semua bersyukur atas keberadaan pesantren serta kontribusinya yang nyata dalam pendidikan karakter. Dan menyaksikan keandalan santri di Indonesia yang sejak dulu di pondok ditempa dengan penuh kesederhanaan, akhlakul karimah, berpegang teguh pada akidah dan nilai ajaran Islam yang ramah serta Islam rahmatan lil ’alamin.

Sudah terbukti nyata, santri memiliki peran yang sangat penting pada awal sebelum kemerdekaan. Para kiai dan ulama pengasuh pesantren memiliki peran nyata dalam merebut kemerdekaan. Bahkan, mereka dianugerahi gelar Pahlawan Nasional karena jasanya yang luar biasa. Seperti KH Hasyim Asyari, KH Wahab Hasbullah, KH A. Wahid Hasyim, KH Zainul Arifin, KH Asad Syamsul Arifin, KH Idham Cholid, Brigadir KH Syam’un, KH Zainal Mustafa, dan KH Masjkur.

Salah satu momen besar peran santri dalam perang mempertahankan kemerdekaan RI adalah pelaksanaan Resolusi Jihad yang disampaikan KH Hasyim Asyari. Momentum itu mendorong laskar yang dipimpin kiai bersama santri untuk memberikan sesuatu yang terbaik, dengan setia, dengan tulus ikhlas, untuk mempertahankan kemerdekaan. Khususnya dalam perang melawan Belanda saat agresi militer kedua tahun 1945.

Dalam hal itulah Presiden Joko Widodo melalui Keppres Nomor 22 Tahun 2015 menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional sebagai bentuk penghormatan peran santri pada masa-masa sulit dulu. Fakta tersebut dapat dibaca dalam tulisan Martin van Bruinessen yang berjudul NU: Tradisi, Relasi-Relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru (1994:52) yang bercerita mengenai peran santri dalam perang mempertahankan kemerdekaan.

Baca Juga :  Membacakan Buku di Cangkruk Literasi

Ke depan Indonesia akan menghadapi banyak tantangan. Demikian pula pesantren dan para santrinya. Di bidang ekonomi keluarga dan ekonomi masyarakat; bidang kesehatan; bidang kemanusiaan melalui usaha, poliklinik, dan rumah sakit; lembaga sosial secara mandiri; dan melalui kerja sama. Di atas semua itu, santri dan ponpes harus terus menggelorakan kemandirian dan menjaga marwah sebagaimana yang dicontohkan para pahlawan.

Melalui Hari Santri Nasional 2021, diharapkan para santri terus membangun keunggulan akhlak, keunggulan sumber daya manusia. Kuatnya karakter santri itu dibarengi dengan penguasaan ilmu dan teknologi, responsif dan adaptif terhadap perubahan zaman, serta berperan dalam perjuangan keadilan. Sehingga para santri ikut memastikan Indonesia menjadi penjaga perdamaian dunia dan Indonesia Emas pada akhir tahun 2045.

Pemerintah ikut mendorong agar pesantren harus terus memiliki jati diri yang kuat dan punya tempat yang adil dan bermartabat dalam tata negara Indonesia. Oleh karena itulah, pemerintah dan DPR RI menyelesaikan Rancangan Undang-Undang (RUU) Pesantren menjadi UU 18/2019 yang mengatur penyelenggaraan pendidikan pesantren, fungsi dakwah, dan fungsi pemberdayaan masyarakat dalam konteks sistem pemerintahan Republik Indonesia. UU Pesantren itu juga termasuk tonggak kebangkitan santri.

Di masa kini dan masa depan, pesantren dan santri dituntut untuk mengembangkan diri sekaligus berkontribusi, menguatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia yang lebih sejahtera, serta menjaga ukhuwah insaniyah dan ukhuwah basyariyah sebagaimana dalam Alquran surah Al Hujurat (49:13). Santri dan alumni melanjutkan kiprahnya melalui bidang dakwah dan pengembangan masyarakat. Hal itu bertujuan untuk menjunjung tinggi persatuan, menjaga kebinekaan, menjamin tatanan hidup damai, dan selalu menjaga kemuliaan hidup dengan selalu bertakwa. Bahkan berperan di bidang-bidang kemanusiaan dan hak asasi manusia.

Baca Juga :  Sehat dengan Memaafkan

Di bidang penguatan kebangsaan, santri akan tetap terdepan dalam bidang penguatan solidaritas sosial, berkorban waktu, memberikan sumbangan tenaga, pemikiran, biaya, dan pengorbanan lain untuk mengatasi masalah bersama secara ikhlas tanpa pamrih. Saya mengajak kita semua agar tetap bersemangat untuk bekerja dan berkhidmat. Ikut menguatkan jamiyah kita sambil menguatkan program strategis menuju NU abad kedua 2026.

Pada kesempatan ini pula izinkan saya untuk menyampaikan hal khusus yang saya anggap penting bagi Indonesia. Yaitu penguatan ideologi Aswaja yang akan memperkuat keberlangsungan jamiyah sekaligus kekuatan Indonesia di mata umat Islam dunia dengan ajaran Islam wasathiyah. Santri memiliki posisi sangat strategis di bidang ini.

Penguatan pendidikan Aswaja adalah mensyiarkan perilaku Aswaja melalui dakwah, baik langsung maupun melalui media sosial yang lebih menyentuh anak-anak muda. Syiarkan Aswaja ke dalam dan ke masyarakat luas. Ada kebutuhan yang nyata untuk menulis buku-buku Aswaja yang menarik sehingga secara mudah dan bisa dijadikan pegangan hidup dan kehidupannya.

Santri adalah garda terdepan menjaga Islam rahmatan lil ’alamin. Melalui ajaran Islam yang ramah, dengan pesan moral untuk berbahagia dalam membantu sesama, memberi, mencintai, dan peduli. Oleh karena itu, santri harus kuat dan mampu menempati posisi-posisi strategis nasional dan internasional. Peran strategis itu sebagaimana harapan serta contoh yang telah diajarkan KH Abdurrahman Wahid sebagai tokoh internasional yang tetap berperilaku santri sampai akhir hayat beliau yang menginspirasi dunia. (*)

KHOFIFAH INDAR PARAWANSA, Gubernur Jawa Timur

SETIAP tanggal 22 Oktober, sejak tahun 2015, kita memperingati Hari Santri Nasional. Tema Hari Santri Nasional 2021 adalah Santri Siaga Jiwa Raga. Tema itu dimaksudkan agar para santri selalu siap siaga menyerahkan jiwa dan raga untuk membela tanah air, mempertahankan persatuan Indonesia, serta mewujudkan perdamaian dunia. Tema tersebut cukup singkat, tapi memiliki arti dan harapan yang sangat dalam.

Kita semua bersyukur atas keberadaan pesantren serta kontribusinya yang nyata dalam pendidikan karakter. Dan menyaksikan keandalan santri di Indonesia yang sejak dulu di pondok ditempa dengan penuh kesederhanaan, akhlakul karimah, berpegang teguh pada akidah dan nilai ajaran Islam yang ramah serta Islam rahmatan lil ’alamin.

Sudah terbukti nyata, santri memiliki peran yang sangat penting pada awal sebelum kemerdekaan. Para kiai dan ulama pengasuh pesantren memiliki peran nyata dalam merebut kemerdekaan. Bahkan, mereka dianugerahi gelar Pahlawan Nasional karena jasanya yang luar biasa. Seperti KH Hasyim Asyari, KH Wahab Hasbullah, KH A. Wahid Hasyim, KH Zainul Arifin, KH Asad Syamsul Arifin, KH Idham Cholid, Brigadir KH Syam’un, KH Zainal Mustafa, dan KH Masjkur.

Salah satu momen besar peran santri dalam perang mempertahankan kemerdekaan RI adalah pelaksanaan Resolusi Jihad yang disampaikan KH Hasyim Asyari. Momentum itu mendorong laskar yang dipimpin kiai bersama santri untuk memberikan sesuatu yang terbaik, dengan setia, dengan tulus ikhlas, untuk mempertahankan kemerdekaan. Khususnya dalam perang melawan Belanda saat agresi militer kedua tahun 1945.

Dalam hal itulah Presiden Joko Widodo melalui Keppres Nomor 22 Tahun 2015 menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional sebagai bentuk penghormatan peran santri pada masa-masa sulit dulu. Fakta tersebut dapat dibaca dalam tulisan Martin van Bruinessen yang berjudul NU: Tradisi, Relasi-Relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru (1994:52) yang bercerita mengenai peran santri dalam perang mempertahankan kemerdekaan.

Baca Juga :  Membacakan Buku di Cangkruk Literasi

Ke depan Indonesia akan menghadapi banyak tantangan. Demikian pula pesantren dan para santrinya. Di bidang ekonomi keluarga dan ekonomi masyarakat; bidang kesehatan; bidang kemanusiaan melalui usaha, poliklinik, dan rumah sakit; lembaga sosial secara mandiri; dan melalui kerja sama. Di atas semua itu, santri dan ponpes harus terus menggelorakan kemandirian dan menjaga marwah sebagaimana yang dicontohkan para pahlawan.

Melalui Hari Santri Nasional 2021, diharapkan para santri terus membangun keunggulan akhlak, keunggulan sumber daya manusia. Kuatnya karakter santri itu dibarengi dengan penguasaan ilmu dan teknologi, responsif dan adaptif terhadap perubahan zaman, serta berperan dalam perjuangan keadilan. Sehingga para santri ikut memastikan Indonesia menjadi penjaga perdamaian dunia dan Indonesia Emas pada akhir tahun 2045.

Pemerintah ikut mendorong agar pesantren harus terus memiliki jati diri yang kuat dan punya tempat yang adil dan bermartabat dalam tata negara Indonesia. Oleh karena itulah, pemerintah dan DPR RI menyelesaikan Rancangan Undang-Undang (RUU) Pesantren menjadi UU 18/2019 yang mengatur penyelenggaraan pendidikan pesantren, fungsi dakwah, dan fungsi pemberdayaan masyarakat dalam konteks sistem pemerintahan Republik Indonesia. UU Pesantren itu juga termasuk tonggak kebangkitan santri.

Di masa kini dan masa depan, pesantren dan santri dituntut untuk mengembangkan diri sekaligus berkontribusi, menguatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia yang lebih sejahtera, serta menjaga ukhuwah insaniyah dan ukhuwah basyariyah sebagaimana dalam Alquran surah Al Hujurat (49:13). Santri dan alumni melanjutkan kiprahnya melalui bidang dakwah dan pengembangan masyarakat. Hal itu bertujuan untuk menjunjung tinggi persatuan, menjaga kebinekaan, menjamin tatanan hidup damai, dan selalu menjaga kemuliaan hidup dengan selalu bertakwa. Bahkan berperan di bidang-bidang kemanusiaan dan hak asasi manusia.

Baca Juga :  Sehat dengan Memaafkan

Di bidang penguatan kebangsaan, santri akan tetap terdepan dalam bidang penguatan solidaritas sosial, berkorban waktu, memberikan sumbangan tenaga, pemikiran, biaya, dan pengorbanan lain untuk mengatasi masalah bersama secara ikhlas tanpa pamrih. Saya mengajak kita semua agar tetap bersemangat untuk bekerja dan berkhidmat. Ikut menguatkan jamiyah kita sambil menguatkan program strategis menuju NU abad kedua 2026.

Pada kesempatan ini pula izinkan saya untuk menyampaikan hal khusus yang saya anggap penting bagi Indonesia. Yaitu penguatan ideologi Aswaja yang akan memperkuat keberlangsungan jamiyah sekaligus kekuatan Indonesia di mata umat Islam dunia dengan ajaran Islam wasathiyah. Santri memiliki posisi sangat strategis di bidang ini.

Penguatan pendidikan Aswaja adalah mensyiarkan perilaku Aswaja melalui dakwah, baik langsung maupun melalui media sosial yang lebih menyentuh anak-anak muda. Syiarkan Aswaja ke dalam dan ke masyarakat luas. Ada kebutuhan yang nyata untuk menulis buku-buku Aswaja yang menarik sehingga secara mudah dan bisa dijadikan pegangan hidup dan kehidupannya.

Santri adalah garda terdepan menjaga Islam rahmatan lil ’alamin. Melalui ajaran Islam yang ramah, dengan pesan moral untuk berbahagia dalam membantu sesama, memberi, mencintai, dan peduli. Oleh karena itu, santri harus kuat dan mampu menempati posisi-posisi strategis nasional dan internasional. Peran strategis itu sebagaimana harapan serta contoh yang telah diajarkan KH Abdurrahman Wahid sebagai tokoh internasional yang tetap berperilaku santri sampai akhir hayat beliau yang menginspirasi dunia. (*)

KHOFIFAH INDAR PARAWANSA, Gubernur Jawa Timur

Terpopuler

Artikel Terbaru