33 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Putri Proklamator RI Bung Karno Ini Dukung Pemindahan Ibu Kota, Asal I

Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mendukung
pemindahan ibu kota negara dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur. Menurut Mega,
pemindahan itu penting dalam jangka panjang, asal penyusunannya diikat dengan
aturan yang mendorong pembangunan komprehensif di Indonesia.

“Pemerintah tentunya kalau sudah
memutuskan sesuatu, harusnya dengan alasan yang baik. Makanya, sebagai ketua
umum dari sebuah partai yang sekarang menjadi pemenang, saya hanya mengusulkan
dan menyarankan tolong dilihat dengan baik dan untuk waktu jangka
panjang,” kata Megawati yang kini sedang melakukan kunjungan ke Korea
Selatan, Selasa (27/8).

Presiden Kelima RI ini menilai pemindahan ibu
kota negara harus kontekstual dengan fungsi, tempat dan jangka panjang.
Megawati tidak ingin ibu kota negara di Kalimantan Timur mengulangi kesalahan
seperti Jakarta yang dalam satu tempat terdapat kota pemerintahan, kota bisnis,
kota manufaktur dan lain-lain.

Dia mengisahkan, usai kemerdekaan, yang disebut
Jakarta hanyalah wilayah Menteng, Jakarta Pusat. Mereka yang tinggal di situ
dikenal sebagai Anmen alias Anak Menteng. Tidak ada Jakarta yang namanya
Kebayoran, Tebet, dan wilayah lainnya.

Baca Juga :  Guru Non-PNS Dipastikan Bakal Dapat Subsidi Gaji, Cek Syarat dan Caran

Megawati kecil saat itu melihat secara langsung perkembangan
Jakarta tanpa diikat dengan tata kota yang baik. Ke depan, ibu kota baru negara
tak boleh mengulangi pengalaman Jakarta itu.

“Artinya tata ruangnya ditentukan
dengan baik, untuk jangka panjang. Jadi harus komit. Kalau sejak awal
ditentukan untuk ruang terbuka, ya, untuk terbuka, enggak boleh berubah. Kalau
untuk pertanian, ya, pertanian,” ucap Megawati.

Putri Proklamator RI Bung Karno ini
melihat pembangunan negara yang baik terjadi di Australia dan juga Amerika
Serikat. Dia memandang Canberra, Australia, sebagai kota pemerintahan sehingga
tampak sepi penduduk.

Sementara Amerika, kata Megawati, kota
pemerintahannya adalah Washington DC. Sedangkan kota bisnisnya ada di New York.
“Kalau mau ramai-ramai, sebetulnya dekat saja tinggal pergi. Misalnya ke
New York,” kata dia.

Megawati mengharapkan ada blueprint
pengembangan bukan hanya wilayah Kaltim yang hendak dijadikan ibu kota. Namun
juga wilayah lainnya di Pulau Kalimantan.

Baca Juga :  BNPP Luncurkan Sejumlah Program

Soal pengadaan air, Megawati
mengharapkan, benar-benar diperhatikan. Sebab menurutnya, dulu Kalimantan itu
adalah wilayah sawah tadah hujan.

Di sisi lain, Megawati mengingatkan,
semua harus dilakukan dengan tidak sembarangan. Artinya, hal seperti Analisa
Dampak dan Lingkungan (Amdal) harus benar-benar dipraktekkan. Dia menyontohkan,
saat ada rencana reklamasi air laut, tak pernah didalami biota laut apa saja di
dalam wilayah air yang hendak ditimbun. Akhirnya manggrove rusak yang pada
ujungnya mematikan biota laut.

“Katanya kita go green. Mau
konsekuen atau tidak? Kan itu saja. Antara lain sebetulnya go green, lho. Masa
kita mau bangun high rise building (di Kaltim, red)? Belum lagi connect dengan
masalah ring of fire kita. Jadi itu harus melihat dengan baik melalui BMKG.
Saya mengerti Kalimantan itu salah satu pulau yang tua sehingga tidak ada
gunung. Tapi kan sulitnya tanahnya gambut. Begitulah kurang lebih hitung
menghitungnya,” beber Megawati. (tan/jpnn)

Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mendukung
pemindahan ibu kota negara dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur. Menurut Mega,
pemindahan itu penting dalam jangka panjang, asal penyusunannya diikat dengan
aturan yang mendorong pembangunan komprehensif di Indonesia.

“Pemerintah tentunya kalau sudah
memutuskan sesuatu, harusnya dengan alasan yang baik. Makanya, sebagai ketua
umum dari sebuah partai yang sekarang menjadi pemenang, saya hanya mengusulkan
dan menyarankan tolong dilihat dengan baik dan untuk waktu jangka
panjang,” kata Megawati yang kini sedang melakukan kunjungan ke Korea
Selatan, Selasa (27/8).

Presiden Kelima RI ini menilai pemindahan ibu
kota negara harus kontekstual dengan fungsi, tempat dan jangka panjang.
Megawati tidak ingin ibu kota negara di Kalimantan Timur mengulangi kesalahan
seperti Jakarta yang dalam satu tempat terdapat kota pemerintahan, kota bisnis,
kota manufaktur dan lain-lain.

Dia mengisahkan, usai kemerdekaan, yang disebut
Jakarta hanyalah wilayah Menteng, Jakarta Pusat. Mereka yang tinggal di situ
dikenal sebagai Anmen alias Anak Menteng. Tidak ada Jakarta yang namanya
Kebayoran, Tebet, dan wilayah lainnya.

Baca Juga :  Guru Non-PNS Dipastikan Bakal Dapat Subsidi Gaji, Cek Syarat dan Caran

Megawati kecil saat itu melihat secara langsung perkembangan
Jakarta tanpa diikat dengan tata kota yang baik. Ke depan, ibu kota baru negara
tak boleh mengulangi pengalaman Jakarta itu.

“Artinya tata ruangnya ditentukan
dengan baik, untuk jangka panjang. Jadi harus komit. Kalau sejak awal
ditentukan untuk ruang terbuka, ya, untuk terbuka, enggak boleh berubah. Kalau
untuk pertanian, ya, pertanian,” ucap Megawati.

Putri Proklamator RI Bung Karno ini
melihat pembangunan negara yang baik terjadi di Australia dan juga Amerika
Serikat. Dia memandang Canberra, Australia, sebagai kota pemerintahan sehingga
tampak sepi penduduk.

Sementara Amerika, kata Megawati, kota
pemerintahannya adalah Washington DC. Sedangkan kota bisnisnya ada di New York.
“Kalau mau ramai-ramai, sebetulnya dekat saja tinggal pergi. Misalnya ke
New York,” kata dia.

Megawati mengharapkan ada blueprint
pengembangan bukan hanya wilayah Kaltim yang hendak dijadikan ibu kota. Namun
juga wilayah lainnya di Pulau Kalimantan.

Baca Juga :  BNPP Luncurkan Sejumlah Program

Soal pengadaan air, Megawati
mengharapkan, benar-benar diperhatikan. Sebab menurutnya, dulu Kalimantan itu
adalah wilayah sawah tadah hujan.

Di sisi lain, Megawati mengingatkan,
semua harus dilakukan dengan tidak sembarangan. Artinya, hal seperti Analisa
Dampak dan Lingkungan (Amdal) harus benar-benar dipraktekkan. Dia menyontohkan,
saat ada rencana reklamasi air laut, tak pernah didalami biota laut apa saja di
dalam wilayah air yang hendak ditimbun. Akhirnya manggrove rusak yang pada
ujungnya mematikan biota laut.

“Katanya kita go green. Mau
konsekuen atau tidak? Kan itu saja. Antara lain sebetulnya go green, lho. Masa
kita mau bangun high rise building (di Kaltim, red)? Belum lagi connect dengan
masalah ring of fire kita. Jadi itu harus melihat dengan baik melalui BMKG.
Saya mengerti Kalimantan itu salah satu pulau yang tua sehingga tidak ada
gunung. Tapi kan sulitnya tanahnya gambut. Begitulah kurang lebih hitung
menghitungnya,” beber Megawati. (tan/jpnn)

Terpopuler

Artikel Terbaru