28.4 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Guru Besar di UGM Ini Sebut Pandemi Covid-19 Berakhir Februari 2021

JAKARTA-Guru Besar
Statistika Universitas Gadjah Mada (UGM) Dedi Rosadi memperkirakan persebaran
infeksi Covid-19 di Indonesia akan berakhir pada pertengahan Februari 2021.
Diperkirakan total kasus konfirmasi positif minimal 322 ribu penderita.

”Akhir
pandemi sangat bergantung pada upaya pemerintah dalam mengendalikan laju
persebaran penyakit Covid-19 ini,” kata Dedi Rosadi seperti dilansir dari
Antara di Jogjakarta, Kamis (24/9).

Menurut
dia, berdasar pelacakan data terakhir dan menggunakan berbagai pendekatan pemodelan
data-driven (berbasis pergerakan data), terdapat kenaikan nilai proyeksi kasus
positif pada akhir pandemi yang cukup signifikan dibanding rilis terakhir pada
akhir Juli 2020.

Prediksi paling
optimistis, diperoleh dengan menggunakan model hybrid kompartemen
SIR-Regresi-runtun-waktu
 diperkirakan pandemi akan berakhir
pertengahan Februari 2021 dengan total kasus positif minimal 322 ribu
penderita.

Sementara
itu, dengan model Probabilistic Data Driven Model (PDDM) Covid-19 Indonesia
yang disusun Dedi Rosadi bersama Alumni FMIPA UGM Joko Kristadi dan Fidelis
Diponegoro, diperoleh pandemi akan berpuncak pada pertengahan November sampai
awal Desember dan berakhir di akhir Mei 2021 dengan estimasi total kasus
positif sekitar 700 ribu penderita.

Baca Juga :  Karena Hal Ini, Penumpang Diharap Memaklumi Jika Terjadi Delay dan Div

Sedangkan dengan tim lain, Dedi Rosadi melakukan kajian dengan pendekatan model
kurva Richard dan kurva pertumbuhan logistik, yang menunjukkan proyeksi akhir
pandemi berada di antara April 2021 sampai dengan awal 2022 dengan kisaran
prediksi total penderita yang sangat mirip dengan hasil model SIR-Regresi dan
PDDM.

Menurut Dia, dari
pantauan kurva insidensi harian penderita terlihat bahwa penambahan jumlah
pasien harian belum mencapai puncaknya sampai sekarang. Sedangkan angka
penularan saat ini (Rt) masih di atas 1 yakni bernilai 1,07 pada 23 September.

Namun
demikian dengan model SIR-Regresi-runtun-waktu dapat disimpulkan terjadi
sedikit peningkatan laju infeksi persebaran penyakit yang dibarengi dengan
peningkatan yang cukup tinggi terhadap laju kesembuhan pasien.

”Berdasar
prediksi tersebut, menurut Dedi Rosadi, perlu dilakukan pengendalian persebaran
Covid-19 secara optimal dengan menggencarkan 3T yakni tracing, testing, dan treatment di
episentrum utama Indonesia yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah,
Banten, dan Sulawesi Selatan. Demikian pula di provinsi lain, perlu juga
dilakukan pengendalian persebaran secara lebih optimal dengan lebih
menggencarkan gerakan 3T.

Baca Juga :  Dukungan Pemerinta dorong UMKM Go Digital dan Go Global

”Secara nasional
dalam jangka waktu dekat juga penting untuk dipantau secara seksama kemungkinan
kemunculan klaster Pilkada yang muncul karena mobilitas penduduk mendukung
proses kegiatan ini baik sebelum hari H maupun pada hari H kegiatan Pilkada,”
ujar Dedi.

Selain
itu, perlu meningkatkan kewaspadaan penularan lokal di beberapa wilayah
provinsi atau kabupaten yang menjadi episentrum persebaran Covid-19. Hal itu
penting dilakukan mengingat angka perhitungan Rt (angka reproduksi/angka
penularan) Covid-19 Indonesia dalam beberapa hari terakhir masih di sekitar
1,07.

 Dedi mengatakan penurunan laju penularan dapat dilakukan secara optimal dengan
berbagai upaya. Utamanya dengan pendisiplinan masyarakat dalam mentaati
protokol kesehatan khususnya penggunaan masker dan menjaga jarak, pengaturan
mobilitas penduduk secara lebih berhati hati dan pemberian vaksin masal.

”Penemuan
teknologi obat akan meningkatkan laju kesembuhan, sehingga secara bersama sama
upaya-upaya tersebut akan dapat mengakhiri pandemi Covid-19 secara lebih
cepat,” ucap Dedi. 

 

 

JAKARTA-Guru Besar
Statistika Universitas Gadjah Mada (UGM) Dedi Rosadi memperkirakan persebaran
infeksi Covid-19 di Indonesia akan berakhir pada pertengahan Februari 2021.
Diperkirakan total kasus konfirmasi positif minimal 322 ribu penderita.

”Akhir
pandemi sangat bergantung pada upaya pemerintah dalam mengendalikan laju
persebaran penyakit Covid-19 ini,” kata Dedi Rosadi seperti dilansir dari
Antara di Jogjakarta, Kamis (24/9).

Menurut
dia, berdasar pelacakan data terakhir dan menggunakan berbagai pendekatan pemodelan
data-driven (berbasis pergerakan data), terdapat kenaikan nilai proyeksi kasus
positif pada akhir pandemi yang cukup signifikan dibanding rilis terakhir pada
akhir Juli 2020.

Prediksi paling
optimistis, diperoleh dengan menggunakan model hybrid kompartemen
SIR-Regresi-runtun-waktu
 diperkirakan pandemi akan berakhir
pertengahan Februari 2021 dengan total kasus positif minimal 322 ribu
penderita.

Sementara
itu, dengan model Probabilistic Data Driven Model (PDDM) Covid-19 Indonesia
yang disusun Dedi Rosadi bersama Alumni FMIPA UGM Joko Kristadi dan Fidelis
Diponegoro, diperoleh pandemi akan berpuncak pada pertengahan November sampai
awal Desember dan berakhir di akhir Mei 2021 dengan estimasi total kasus
positif sekitar 700 ribu penderita.

Baca Juga :  Karena Hal Ini, Penumpang Diharap Memaklumi Jika Terjadi Delay dan Div

Sedangkan dengan tim lain, Dedi Rosadi melakukan kajian dengan pendekatan model
kurva Richard dan kurva pertumbuhan logistik, yang menunjukkan proyeksi akhir
pandemi berada di antara April 2021 sampai dengan awal 2022 dengan kisaran
prediksi total penderita yang sangat mirip dengan hasil model SIR-Regresi dan
PDDM.

Menurut Dia, dari
pantauan kurva insidensi harian penderita terlihat bahwa penambahan jumlah
pasien harian belum mencapai puncaknya sampai sekarang. Sedangkan angka
penularan saat ini (Rt) masih di atas 1 yakni bernilai 1,07 pada 23 September.

Namun
demikian dengan model SIR-Regresi-runtun-waktu dapat disimpulkan terjadi
sedikit peningkatan laju infeksi persebaran penyakit yang dibarengi dengan
peningkatan yang cukup tinggi terhadap laju kesembuhan pasien.

”Berdasar
prediksi tersebut, menurut Dedi Rosadi, perlu dilakukan pengendalian persebaran
Covid-19 secara optimal dengan menggencarkan 3T yakni tracing, testing, dan treatment di
episentrum utama Indonesia yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah,
Banten, dan Sulawesi Selatan. Demikian pula di provinsi lain, perlu juga
dilakukan pengendalian persebaran secara lebih optimal dengan lebih
menggencarkan gerakan 3T.

Baca Juga :  Dukungan Pemerinta dorong UMKM Go Digital dan Go Global

”Secara nasional
dalam jangka waktu dekat juga penting untuk dipantau secara seksama kemungkinan
kemunculan klaster Pilkada yang muncul karena mobilitas penduduk mendukung
proses kegiatan ini baik sebelum hari H maupun pada hari H kegiatan Pilkada,”
ujar Dedi.

Selain
itu, perlu meningkatkan kewaspadaan penularan lokal di beberapa wilayah
provinsi atau kabupaten yang menjadi episentrum persebaran Covid-19. Hal itu
penting dilakukan mengingat angka perhitungan Rt (angka reproduksi/angka
penularan) Covid-19 Indonesia dalam beberapa hari terakhir masih di sekitar
1,07.

 Dedi mengatakan penurunan laju penularan dapat dilakukan secara optimal dengan
berbagai upaya. Utamanya dengan pendisiplinan masyarakat dalam mentaati
protokol kesehatan khususnya penggunaan masker dan menjaga jarak, pengaturan
mobilitas penduduk secara lebih berhati hati dan pemberian vaksin masal.

”Penemuan
teknologi obat akan meningkatkan laju kesembuhan, sehingga secara bersama sama
upaya-upaya tersebut akan dapat mengakhiri pandemi Covid-19 secara lebih
cepat,” ucap Dedi. 

 

 

Terpopuler

Artikel Terbaru