30.8 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Fachrul Razi Menag, Ketua PBNU Akui Banyak Kiai Kecewa

JAKARTA – Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi sudah
resmi dilantik sebagai Menteri Agama (Menag) yang baru. Penunjukan Presiden
Joko Widodo kepada mantan Wakil Panglima ABRI ini membuat banyak kiai dari
Nahdlatul Ulama (NU) kecewa. Alasannya, mengapa kementerian agama harus
dipimpin oleh mantan militer.

Ketua PBNU Robikin Emhas mengungkapkan pengurus PBNU banyak menerima
pertanyaan dari kiai terkait posisi Menag. Menurutnya, kiai dari berbagai
daerah menyatakan kekecewaannya dengan nada protes. Robikin menyatakan, para
kiai paham Kementerian Agama harus berada di garda depan dalam mengatasi
radikalisme berbasis agama.

“Namun, para kiai tak habis mengerti dengan pilihan yang ada,” imbuhnya.

Para kiai, lanjutnya sudah lama merisaukan fenomena terjadinya pendangkalan
pemahaman agama. Hal yang ditandai merebaknya sikap intoleran. Bahkan sikap
ekstrem dengan mengatasnamakan agama.

“Semua di luar kelompoknya dianggap kafir dan halal darahnya. Teror adalah
ujung pemahaman keagamaan yang keliru seperti ini,” papar Robikin. NU, kata
Robikin, tegas mengingatkan bahaya radikalisme tersebut. Bahkan NU menyatakan
Indonesia sudah kategori darurat radikalisme, di samping narkoba dan LGBT.

Baca Juga :  Mulai 2021, Sistem SKS di Perguruan Tinggi Akan Diubah

Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir
menilai kabinet Indonesia Maju sejalan dengan visi Muhammadiyah. “Namanya
bagus. Kalau Muhammadiyah kan Indonesia Berkemajuan. Jadi sejalan dengan
Muhammadiyah,” kata Haedar, Rabu (23/10).

Kemajuan Indonesia, kata Haedar, harus lahir batin bukan hanya maju dalam
satu aspek. “Apalagi ini periode kedua tentu Pak Jokowi harus menutupi
kekurangan dan celah-celahnya. Sehingga kemajuan Indonesia makin
terakselerasi,” kata Haedar.

Akselerasi itu, memang diperlukan karena Indonesia juga harus bersaing
dengan negara-negara lain. Meski demikian, dia mengatakan pemerintah, pejabat,
maupun rakyat jangan sampai terbuai oleh hal-hal yang sifatnya artifisial.
“Artifisial itu kelihatannya bagus, indah, hebat. Tetapi hanya pinggiran atau
hanya kembang-kembang saja. Kelihatannya para pejabat sibuk ke sana ke mari ketemu
rakyat, tetapi ketemunya tidak membawa kemajuan,” paparnya.

Terpisah, Menteri Agama Fachrul Razi mengatakan dirinya lahir dan
dibesarkan di wilayah yang ajaran Islamnya ketat. Menurutnya, jabatan menteri
agama yang diemban saat ini bukan hanya untuk agama tertentu.

Baca Juga :  Jokowi: 2020, Tunjangan Kinerja TNI Naik Jadi 80 Persen

“Pak Fachrul menteri agama iya. Tetapi, saya bukan Menteri Agama Islam.
Saya Menteri Agama Republik Indonesia. Di dalamnya ada agama-agama lain. Tapi
saya gunakan pendekatan Islam. Karena Islam adalah agama yang dipeluk oleh
mayoritas rakyat Indonesia,” ujar Fachrul Razi di Kantor Kemenag, Jakarta, Rabu
(23/10).

Dia mengakui bukan lulusan pondok pesantren maupun sekolah agama. Namun,
wilayahnya yang ketat dengan Islam, membentuk pribadinya sebagai sosok yang
disiplin. Apalagi setelah masuk akademi militer, Fachrul tergabung dalam
kelompok yang membina taruna Islam Salah satunya mengajarkan membaca Alquran.

Fachrul merupakan alumni Akademi Militer angkatan 1970. Dia merupakan
pensiunan jenderal pertama yang memimpin Kementerian Agama pasca reformasi.
Sebelumnya, di masa Orde Baru, ada dua mantan perwira tinggi TNI yang jadi
menteri agama. Mereka adalah Letnan Jenderal (Purn) Alamsyah Ratu Perwiranegara
dan Laksamana Muda (Purn) Tarmizi Taher. (rh/fin/ctk/nto)

JAKARTA – Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi sudah
resmi dilantik sebagai Menteri Agama (Menag) yang baru. Penunjukan Presiden
Joko Widodo kepada mantan Wakil Panglima ABRI ini membuat banyak kiai dari
Nahdlatul Ulama (NU) kecewa. Alasannya, mengapa kementerian agama harus
dipimpin oleh mantan militer.

Ketua PBNU Robikin Emhas mengungkapkan pengurus PBNU banyak menerima
pertanyaan dari kiai terkait posisi Menag. Menurutnya, kiai dari berbagai
daerah menyatakan kekecewaannya dengan nada protes. Robikin menyatakan, para
kiai paham Kementerian Agama harus berada di garda depan dalam mengatasi
radikalisme berbasis agama.

“Namun, para kiai tak habis mengerti dengan pilihan yang ada,” imbuhnya.

Para kiai, lanjutnya sudah lama merisaukan fenomena terjadinya pendangkalan
pemahaman agama. Hal yang ditandai merebaknya sikap intoleran. Bahkan sikap
ekstrem dengan mengatasnamakan agama.

“Semua di luar kelompoknya dianggap kafir dan halal darahnya. Teror adalah
ujung pemahaman keagamaan yang keliru seperti ini,” papar Robikin. NU, kata
Robikin, tegas mengingatkan bahaya radikalisme tersebut. Bahkan NU menyatakan
Indonesia sudah kategori darurat radikalisme, di samping narkoba dan LGBT.

Baca Juga :  Mulai 2021, Sistem SKS di Perguruan Tinggi Akan Diubah

Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir
menilai kabinet Indonesia Maju sejalan dengan visi Muhammadiyah. “Namanya
bagus. Kalau Muhammadiyah kan Indonesia Berkemajuan. Jadi sejalan dengan
Muhammadiyah,” kata Haedar, Rabu (23/10).

Kemajuan Indonesia, kata Haedar, harus lahir batin bukan hanya maju dalam
satu aspek. “Apalagi ini periode kedua tentu Pak Jokowi harus menutupi
kekurangan dan celah-celahnya. Sehingga kemajuan Indonesia makin
terakselerasi,” kata Haedar.

Akselerasi itu, memang diperlukan karena Indonesia juga harus bersaing
dengan negara-negara lain. Meski demikian, dia mengatakan pemerintah, pejabat,
maupun rakyat jangan sampai terbuai oleh hal-hal yang sifatnya artifisial.
“Artifisial itu kelihatannya bagus, indah, hebat. Tetapi hanya pinggiran atau
hanya kembang-kembang saja. Kelihatannya para pejabat sibuk ke sana ke mari ketemu
rakyat, tetapi ketemunya tidak membawa kemajuan,” paparnya.

Terpisah, Menteri Agama Fachrul Razi mengatakan dirinya lahir dan
dibesarkan di wilayah yang ajaran Islamnya ketat. Menurutnya, jabatan menteri
agama yang diemban saat ini bukan hanya untuk agama tertentu.

Baca Juga :  Jokowi: 2020, Tunjangan Kinerja TNI Naik Jadi 80 Persen

“Pak Fachrul menteri agama iya. Tetapi, saya bukan Menteri Agama Islam.
Saya Menteri Agama Republik Indonesia. Di dalamnya ada agama-agama lain. Tapi
saya gunakan pendekatan Islam. Karena Islam adalah agama yang dipeluk oleh
mayoritas rakyat Indonesia,” ujar Fachrul Razi di Kantor Kemenag, Jakarta, Rabu
(23/10).

Dia mengakui bukan lulusan pondok pesantren maupun sekolah agama. Namun,
wilayahnya yang ketat dengan Islam, membentuk pribadinya sebagai sosok yang
disiplin. Apalagi setelah masuk akademi militer, Fachrul tergabung dalam
kelompok yang membina taruna Islam Salah satunya mengajarkan membaca Alquran.

Fachrul merupakan alumni Akademi Militer angkatan 1970. Dia merupakan
pensiunan jenderal pertama yang memimpin Kementerian Agama pasca reformasi.
Sebelumnya, di masa Orde Baru, ada dua mantan perwira tinggi TNI yang jadi
menteri agama. Mereka adalah Letnan Jenderal (Purn) Alamsyah Ratu Perwiranegara
dan Laksamana Muda (Purn) Tarmizi Taher. (rh/fin/ctk/nto)

Terpopuler

Artikel Terbaru