25.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Tak Hanya Kesehatan, Covid-19 Sudah Merusak Kehidupan Sosial

SERUAN pemerintah supaya lebaran di rumah saja, membuat suasana Idulfitri
1441 H, sepi. Berbeda dengan lebaran tahun-tahun sebelumnya.

Mudik atau pulang kampung
dilarang, bersilaturahmi dengan saudara dan tetangga yang menjadi tradisi
lebaran juga dilarang. “Covid-19 ini benar-benar telah merusak sendi
kehidupan sosial di masyarakat,” kata pengamat sosial Universitas
Indonesia ( UI ) Devi Rahmawati, Minggu (24/5/2020).

Ia menambahkan, Idulfitri di
Indonesia merupakan ajang silaturahmi bagi masyarakat Indonesia, tidak lagi
monopoli umat Islam. Tapi semua umat beragama ikut merasakan nuansa Idulfitri tersebut.

Tapi, adanya pandemi Covid-19 di
Indonesia yang telah berjalan sekitar tiga bulan ini telah mengubah perilaku
masyarakat yang sebelumnya suka hidup bergotong-royong, holopis kuntul baris sekarang
menjadi asosial kurang peduli terhadap sesama, saling curiga sebagai pembawa
penyakit.

Baca Juga :  HNW Sebut Gus Sholah Layak jadi Panutan di Dunia Pendidikan

“Warga kampung A tidak boleh
masuk kampung B. Warga Jakarta tidak boleh ke daerah lain. Sebaliknya warga
provinsi lain tidak bisa melenggang seenaknya masuk Jakarta, ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi. Faktanya kan begitu,” kata Devi.

Demikian pula pada lebaran tahun
ini. Umat bukan hanya dilarang salat Id di masjid, tapi bertamu pun dilarang,
alasannya untuk memutus mata rantai penularan virus corona.

Diawali dengan pernyataan
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang Idulfitri tahun ini
tidak menyelenggarakan open house atau gelar griya. Di jajarannya juga diminta
mengikuti langkah presiden.

Pernyataan kepala negara dan
wakilnya berdampak sangat luas. Tradisi berkunjung ke tetangga yang menjadi
tradisi lebaran sekarang jadi hilang. Pintu rumah ditutup, bahkan ada warga
pintu rumahnya ditempeli stiker bertulisan “Maaf tidak menyelenggarakan
open house”.

Baca Juga :  Tarif PCR Diturunkan Jadi Rp 300 Ribu

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo
mengatakan, open house, memungkinkan terjadinya pertemuan massa dan interaksi
jarak dekat, sehingga berpeluang terjadinya penyebaran virus secara cepat.
Maka, hal itu perlu dihindari.

SERUAN pemerintah supaya lebaran di rumah saja, membuat suasana Idulfitri
1441 H, sepi. Berbeda dengan lebaran tahun-tahun sebelumnya.

Mudik atau pulang kampung
dilarang, bersilaturahmi dengan saudara dan tetangga yang menjadi tradisi
lebaran juga dilarang. “Covid-19 ini benar-benar telah merusak sendi
kehidupan sosial di masyarakat,” kata pengamat sosial Universitas
Indonesia ( UI ) Devi Rahmawati, Minggu (24/5/2020).

Ia menambahkan, Idulfitri di
Indonesia merupakan ajang silaturahmi bagi masyarakat Indonesia, tidak lagi
monopoli umat Islam. Tapi semua umat beragama ikut merasakan nuansa Idulfitri tersebut.

Tapi, adanya pandemi Covid-19 di
Indonesia yang telah berjalan sekitar tiga bulan ini telah mengubah perilaku
masyarakat yang sebelumnya suka hidup bergotong-royong, holopis kuntul baris sekarang
menjadi asosial kurang peduli terhadap sesama, saling curiga sebagai pembawa
penyakit.

Baca Juga :  HNW Sebut Gus Sholah Layak jadi Panutan di Dunia Pendidikan

“Warga kampung A tidak boleh
masuk kampung B. Warga Jakarta tidak boleh ke daerah lain. Sebaliknya warga
provinsi lain tidak bisa melenggang seenaknya masuk Jakarta, ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi. Faktanya kan begitu,” kata Devi.

Demikian pula pada lebaran tahun
ini. Umat bukan hanya dilarang salat Id di masjid, tapi bertamu pun dilarang,
alasannya untuk memutus mata rantai penularan virus corona.

Diawali dengan pernyataan
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang Idulfitri tahun ini
tidak menyelenggarakan open house atau gelar griya. Di jajarannya juga diminta
mengikuti langkah presiden.

Pernyataan kepala negara dan
wakilnya berdampak sangat luas. Tradisi berkunjung ke tetangga yang menjadi
tradisi lebaran sekarang jadi hilang. Pintu rumah ditutup, bahkan ada warga
pintu rumahnya ditempeli stiker bertulisan “Maaf tidak menyelenggarakan
open house”.

Baca Juga :  Tarif PCR Diturunkan Jadi Rp 300 Ribu

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo
mengatakan, open house, memungkinkan terjadinya pertemuan massa dan interaksi
jarak dekat, sehingga berpeluang terjadinya penyebaran virus secara cepat.
Maka, hal itu perlu dihindari.

Terpopuler

Artikel Terbaru