27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Maraknya Bisnis Akar Bajakah Bikin Khawatir Walhi Kalsel

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalimantan
Selatan (Kalsel) was-was dengan maraknya perdagangan akar bajakah. Sebagaimana
diketahui, akar bajakah disebut-sebut bisa menyembuhkan penyakit kanker.

Direktur Eksekutif Walhi Kalsel, Kisworo Dwi
Cahyono khawatir, perdagangannya yang semakin tinggi membuat eksploitasi akar
bajakah bertambah besar. Hal itu tentu berdampak buruk terhadap lingkungan.

“Sesuatu yang diambil secara besar-besaran
tentu akan berdampak terhadap lingkungan, karena keberadaannya tidak lestari
lagi,” katanya dikutip dari Radar Banjarmasin (Jawa Pos Group),
Minggu (18/8).

Eksploitasi akar sendiri dikhawatirkan
merambah hingga ke Pegunungan Meratus. Sebab, kata Kisworo, di sana juga ada
jenis tanaman liar yang dapat dikembangkan sebagai bahan baku farmakope herbal,
seperti, matoa, jualing, bilaran tapah, racun ayam, dan mundar.

Baca Juga :  Usut Tewasnya 6 Anggota FPI, Komnas HAM Turun Tangan Bentuk Tim

“Tanaman-tanaman itu memiliki senyawa
antioksidan untuk pengobatan kanker, jantung, dan sebagainya,” sebutnya.

Untuk itu, sebelum eksploitasi akar-akaran
obat tak terkendali, dia berharap seluruh pihak terkait segera
mengantisipasinya. “Harus ada aturan untuk mengambil akar obat. Sehingga orang
tidak bisa sembarangan jika ingin mengambilnya di hutan,” harapnya.

Salah satu aturan yang bisa diterapkan untuk
menjaga akar obat menurutnya ialah, harus ada batasan dan prasyarat dalam
mengambil akar bajakah. “Aturan itu bisa dalam bentuk peraturan desa atau
memaksimalkan hukum adat,” ujarnya.

Kisworo juga memberikan masukan, agar ada
upaya budidaya sehingga obat herbal di hutan jenis akar-akaran tetap lestari.
“Kalau tanaman pasti bisa dibudidayakan. Seperti halnya anggrek, sekarang yang
di hutan tidak lagi diambil sebab sudah bisa dibudidayakan,” ungkapnya.

Baca Juga :  Mukhtarudin Raih Penghargaan Legislator Inspiring Journey

Selain itu, menurutnya setiap akar yang
diperjualbelikan juga harus ada hasil medisnya. Sebab, tidak semua akar bisa
untuk obat.

“Hasil medis harus ada untuk memastikan akar
yang dijual, bukan sembarang akar. Ini harus jadi perhatian masyarakat Kalsel,”
pungkasnya.(jpg)

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalimantan
Selatan (Kalsel) was-was dengan maraknya perdagangan akar bajakah. Sebagaimana
diketahui, akar bajakah disebut-sebut bisa menyembuhkan penyakit kanker.

Direktur Eksekutif Walhi Kalsel, Kisworo Dwi
Cahyono khawatir, perdagangannya yang semakin tinggi membuat eksploitasi akar
bajakah bertambah besar. Hal itu tentu berdampak buruk terhadap lingkungan.

“Sesuatu yang diambil secara besar-besaran
tentu akan berdampak terhadap lingkungan, karena keberadaannya tidak lestari
lagi,” katanya dikutip dari Radar Banjarmasin (Jawa Pos Group),
Minggu (18/8).

Eksploitasi akar sendiri dikhawatirkan
merambah hingga ke Pegunungan Meratus. Sebab, kata Kisworo, di sana juga ada
jenis tanaman liar yang dapat dikembangkan sebagai bahan baku farmakope herbal,
seperti, matoa, jualing, bilaran tapah, racun ayam, dan mundar.

Baca Juga :  Usut Tewasnya 6 Anggota FPI, Komnas HAM Turun Tangan Bentuk Tim

“Tanaman-tanaman itu memiliki senyawa
antioksidan untuk pengobatan kanker, jantung, dan sebagainya,” sebutnya.

Untuk itu, sebelum eksploitasi akar-akaran
obat tak terkendali, dia berharap seluruh pihak terkait segera
mengantisipasinya. “Harus ada aturan untuk mengambil akar obat. Sehingga orang
tidak bisa sembarangan jika ingin mengambilnya di hutan,” harapnya.

Salah satu aturan yang bisa diterapkan untuk
menjaga akar obat menurutnya ialah, harus ada batasan dan prasyarat dalam
mengambil akar bajakah. “Aturan itu bisa dalam bentuk peraturan desa atau
memaksimalkan hukum adat,” ujarnya.

Kisworo juga memberikan masukan, agar ada
upaya budidaya sehingga obat herbal di hutan jenis akar-akaran tetap lestari.
“Kalau tanaman pasti bisa dibudidayakan. Seperti halnya anggrek, sekarang yang
di hutan tidak lagi diambil sebab sudah bisa dibudidayakan,” ungkapnya.

Baca Juga :  Mukhtarudin Raih Penghargaan Legislator Inspiring Journey

Selain itu, menurutnya setiap akar yang
diperjualbelikan juga harus ada hasil medisnya. Sebab, tidak semua akar bisa
untuk obat.

“Hasil medis harus ada untuk memastikan akar
yang dijual, bukan sembarang akar. Ini harus jadi perhatian masyarakat Kalsel,”
pungkasnya.(jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru