27.3 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

BPS: Pelayanan Haji Sangat Memuaskan

Pelayanan terhadap
jamaah haji terus membaik. Berdasar hasil penilaian Badan Pusat Statistik
(BPS), Indeks Kepuasan Jamaah Haji Indonesia (IKJHI) 2019 mencapai 85,91 poin
dari total 100 poin. Naik 0,68 poin bila dibandingkan dengan tahun lalu dan
merupakan skor tertinggi sejak survei kepuasan dilakukan pada 2010.

Kepala BPS Suhariyanto
mengungkapkan, secara umum IKJHI dalam dua tahun berturut-turut mengalami
kenaikan. ”Skornya berada pada kategori sangat memuaskan,” jelas Suhariyanto di
kantor BPS kemarin (17/10). Dalam laporan IKJHI tersebut, indeks kepuasan
tertinggi berada pada layanan bus salawat.

Layanan bus salawat
juga mendapatkan skor tinggi karena kondisi bus yang bagus dan perjalanan yang
nyaman.

Beberapa inovasi yang
diterapkan Kemenag juga menyumbang tingkat kepuasan. Salah satunya adalah
terobosan sistem fast track. Dengan sistem itu, proses pengurusan
keimigrasian dilakukan di bandara embarkasi, tidak lagi di Saudi. Sisi
positifnya, jamaah yang mendarat di bandara Saudi bisa langsung diarahkan ke
hotel masing-masing.

Baca Juga :  Hoaks! Dahlan Iskan Meninggal Dunia

Kendati demikian,
layanan fast track itu juga dikeluhkan beberapa jamaah. Sebab,
waktu pengurusan yang lebih cepat membuat beberapa jamaah tidak sempat ke
toilet. ”Jamaah belum sempat duduk untuk meluruskan punggung dulu,” jelasnya.
Meski masih dalam angka bagus, Suhariyanto menyatakan, pelayanan di Armuzna
mengalami penurunan indeks kepuasan. Hal itu juga dialami daker bandara.

Menteri Agama Lukman
Hakim Saifuddin bersyukur atas pencapaian IKJH itu. Dia merasa pencapaian
tersebut sangat spesial karena musim haji 2019 paling berat. Sebab, jumlah
jamaah mencapai rekor tertinggi dalam sejarah. Yakni, 231 ribu orang. Kepastian
tambahan kuota 10 ribu jamaah datang saat persiapan memasuki tahap-tahap final.
”Waktunya mepet sekali. Kami harus merombak seluruh konfigurasi persiapan,
mulai embarkasi sampai Tanah Suci. Dan ini berefek pada katering, transportasi,
hotel, dan lain sebagainya,” tuturnya.

Baca Juga :  BKSDA Tutup Taman Wisata Alam 2 Minggu Kedepan

Menurut Lukman, ada
beberapa faktor yang menyumbang kenaikan IKJH. Faktor internal meliputi komitmen
seluruh kementerian dan lembaga (KL) yang mengurusi ibadah haji serta
sinergisitas di lapangan. ”Saat sudah di Tanah Suci, tidak ada lagi bendera
lembaga. Kemenag, Kemenkes, Kemenlu, KBRI semuanya bekerja dalam tim yang
sama,” jelasnya.

Faktor lain, kata
Lukman, adalah dedikasi petugas haji yang tinggi serta jamaah yang cukup
tertib. Kemudian, faktor eksternal ialah standar pelayanan dari pemerintah Arab
Saudi yang terus meningkat. Ada beberapa akomodasi yang ditingkatkan.

Soal Armuzna, Lukman
menyebutkan, memang pemerintah Indonesia tidak bisa berbuat banyak karena
sebagian besar akomodasi adalah wewenang pemerintah Saudi.(jpg)

 

Pelayanan terhadap
jamaah haji terus membaik. Berdasar hasil penilaian Badan Pusat Statistik
(BPS), Indeks Kepuasan Jamaah Haji Indonesia (IKJHI) 2019 mencapai 85,91 poin
dari total 100 poin. Naik 0,68 poin bila dibandingkan dengan tahun lalu dan
merupakan skor tertinggi sejak survei kepuasan dilakukan pada 2010.

Kepala BPS Suhariyanto
mengungkapkan, secara umum IKJHI dalam dua tahun berturut-turut mengalami
kenaikan. ”Skornya berada pada kategori sangat memuaskan,” jelas Suhariyanto di
kantor BPS kemarin (17/10). Dalam laporan IKJHI tersebut, indeks kepuasan
tertinggi berada pada layanan bus salawat.

Layanan bus salawat
juga mendapatkan skor tinggi karena kondisi bus yang bagus dan perjalanan yang
nyaman.

Beberapa inovasi yang
diterapkan Kemenag juga menyumbang tingkat kepuasan. Salah satunya adalah
terobosan sistem fast track. Dengan sistem itu, proses pengurusan
keimigrasian dilakukan di bandara embarkasi, tidak lagi di Saudi. Sisi
positifnya, jamaah yang mendarat di bandara Saudi bisa langsung diarahkan ke
hotel masing-masing.

Baca Juga :  Hoaks! Dahlan Iskan Meninggal Dunia

Kendati demikian,
layanan fast track itu juga dikeluhkan beberapa jamaah. Sebab,
waktu pengurusan yang lebih cepat membuat beberapa jamaah tidak sempat ke
toilet. ”Jamaah belum sempat duduk untuk meluruskan punggung dulu,” jelasnya.
Meski masih dalam angka bagus, Suhariyanto menyatakan, pelayanan di Armuzna
mengalami penurunan indeks kepuasan. Hal itu juga dialami daker bandara.

Menteri Agama Lukman
Hakim Saifuddin bersyukur atas pencapaian IKJH itu. Dia merasa pencapaian
tersebut sangat spesial karena musim haji 2019 paling berat. Sebab, jumlah
jamaah mencapai rekor tertinggi dalam sejarah. Yakni, 231 ribu orang. Kepastian
tambahan kuota 10 ribu jamaah datang saat persiapan memasuki tahap-tahap final.
”Waktunya mepet sekali. Kami harus merombak seluruh konfigurasi persiapan,
mulai embarkasi sampai Tanah Suci. Dan ini berefek pada katering, transportasi,
hotel, dan lain sebagainya,” tuturnya.

Baca Juga :  BKSDA Tutup Taman Wisata Alam 2 Minggu Kedepan

Menurut Lukman, ada
beberapa faktor yang menyumbang kenaikan IKJH. Faktor internal meliputi komitmen
seluruh kementerian dan lembaga (KL) yang mengurusi ibadah haji serta
sinergisitas di lapangan. ”Saat sudah di Tanah Suci, tidak ada lagi bendera
lembaga. Kemenag, Kemenkes, Kemenlu, KBRI semuanya bekerja dalam tim yang
sama,” jelasnya.

Faktor lain, kata
Lukman, adalah dedikasi petugas haji yang tinggi serta jamaah yang cukup
tertib. Kemudian, faktor eksternal ialah standar pelayanan dari pemerintah Arab
Saudi yang terus meningkat. Ada beberapa akomodasi yang ditingkatkan.

Soal Armuzna, Lukman
menyebutkan, memang pemerintah Indonesia tidak bisa berbuat banyak karena
sebagian besar akomodasi adalah wewenang pemerintah Saudi.(jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru