33 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Asap Makin Pekat, Empat Bandara Tutup

Dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla)
semakin meresahkan. Selain mengganggu kesehatan masyarakat, aktivitas
transportasi tidak bisa berjalan normal.

Kemarin (15/9) empat bandar
udara di Kalimantan ditutup karena jarak pandang yang terbatas. Antara lain,
Bandara Kalimarau, Berau, dan Bandara APT Pranoto, Samarinda, Kaltim. Juga
Bandara Juwata, Tarakan, Kaltara, dan Bandara Syamsudin Noor, Banjarmasin,
Kalsel.

Kepala Bandara
Kalimarau Bambang Hartato menjelaskan, penutupan bandara dilakukan setelah
mendapat Notice to Airmen (notam) Nomor C8334/19 yang dikeluarkan oleh AirNav
Indonesia. Isi notam itu menyebutkan perubahan jarak pandang bandara sehingga
layanan penerbangan harus ditutup.

”Sampai hari ini
(kemarin, Red) visibility 500 meter. Sementara standar instrument approach
procedure, minimal jarak pandangnya 3.500 meter,” ungkapnya.

Awalnya, sejumlah
maskapai menunggu kondisi cuaca membaik. Penerbangan beberapa maskapai seperti
Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, dan Xpress Air delayed. Namun, akhirnya
diputuskan batal terbang. ”Kami sampaikan permohonan maaf kepada pengguna jasa
transportasi udara. Kami berharap masyarakat bisa memaklumi kondisi ini,” tutur
Bambang.

Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan mengimbau seluruh stakeholder
penerbangan untuk tetap mengutamakan keselamatan pengguna jasa. Menurut Dirjen
Perhubungan Udara Polana B. Pramesti, pihaknya selalu memantau dan terus
berkoordinasi melalui kantor otoritas bandar udara (OBU) di Kalimantan dan
Sumatera. ”Kami meminta operator penerbangan, terutama yang menutup pelayanan
penerbangan ataupun delayed akibat karhutla, untuk sigap membantu
mengomunikasikannya kepada para penumpang,” ujarnya.

Bukan hanya
transportasi udara, atensi juga diberikan untuk transportasi laut. Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub mengimbau nakhoda kapal untuk meningkatkan
kewaspadaan terhadap ancaman kabut asap yang dapat mengganggu keselamatan
pelayaran.

Baca Juga :  KPK Ingatkan Potensi Meningkatnya Kerawanan Korupsi BPD Saat Pilkada 2

Direktur Kesatuan
Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Ahmad menginstruksikan kepala unit pelaksana
teknis (UPT) Ditjen Perhubungan Laut di wilayah Sumatera dan Kalimantan yang
terpapar kabut asap untuk meningkatkan pengawasan serta memperhatikan kondisi
cuaca dan lingkungan sebelum menerbitkan surat persetujuan berlayar (SPB).
”Tunda penerbitan SPB bila kondisi kabut asap sangat tebal sehingga mengganggu
jarak pandang,” tegas Ahmad.

Sementara itu,
penanganan karhutla terus dilakukan. Selain Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), TNI dan Polri terlibat aktif dalam upaya itu. Sejak Sabtu
(14/9), Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto turun langsung ke lokasi terdampak
karhutla di Sumatera. Kemarin dia bertolak ke Kabupaten Pelalawan, Riau.

TNI akan mengerahkan
drone untuk memantau titik api. Terutama saat malam. Hadi optimistis pemantauan
titik api semakin optimal dengan drone. ”Menggunakan drone akan mempermudah
proses mitigasi lokasi kebakaran hutan karena lokasi yang tidak terpantau pada
siang dan sore hari dapat terlihat dengan jelas pada malam hari,” beber Hadi.
Selain itu, drone efektif untuk melihat titik-titik yang baru terbakar.

Hadi menjelaskan,
pihaknya sudah melakukan banyak upaya untuk memadamkan api dan mencegah
karhutla. Termasuk dengan modifikasi cuaca untuk menurunkan hujan buatan.
Helikopter dan pesawat juga dikerahkan. ”TNI dan Polri beserta seluruh
stakeholder tidak akan tinggal diam untuk membantu mencegah terjadinya
karhutla,” tegasnya.

Berdasar laporan yang
diterima, modifikasi cuaca termasuk efektif untuk memadamkan api dan mengurangi
asap. Buktinya, jumlah titik api di Riau turun signifikan. Hingga kemarin,
menurut Hadi, tinggal 44 titik api yang terpantau di sana. ”Kalau kami mengukur
hasilnya, hot spot sudah mulai turun. Kalau kami lihat juga, secara visual asap
yang ada di Pekanbaru saat ini sudah menurun,” jelas Hadi.

Baca Juga :  Wew! Peminat Ganti Status Jenis Kelamin Bertambah

Sementara itu,
pemerintah Malaysia terpaksa meliburkan 300 sekolah di Negara Bagian Johor
kemarin (15/9). Kepala Departemen Pendidikan Negara Bagian Johor Azman Adnan
menyatakan, aktivitas belajar sekitar 90 ribu siswa di wilayah Muar, Tangkak,
dan Pontian terganggu karena asap dari kebakaran hutan dan lahan.

’’Berdasar API (air
pollutants index) yang sudah menembus 200, sesi belajar di beberapa sekolah
dibatalkan,’’ ungkapnya Sabtu (14/9) menurut The Strait Times. Di
Johor, sekolah libur pada Jumat dan Sabtu serta masuk kembali pada Minggu.

Wakil Menteri Energi,
Sains, Teknologi, Lingkungan, dan Perubahan Iklim (MESTECC) Isnaraissah Munirah
Majilis mengatakan bahwa Malaysia bakal memulai program hujan buatan sebagai
solusi jangka pendek. Dia berharap kondisi awan mendukung upaya tersebut.
’’Penyemaian awan hanya bisa dilakukan jika memang kondisi awan memenuhi
persyaratan. Semoga besok suasana mendukung,’’ ujarnya kepada Channel News
Asia.

Hingga kemarin pukul
15.00 waktu setempat, API di Johor mencapai 258 alias sangat berbahaya. Tolok
ukur Malaysia memang berbeda dengan Indonesia yang menggunakan pollutants
standards index (PSI).

Isnaraissah
menyatakan, pemerintah Malaysia sudah menawarkan bantuan kepada pemerintah
Indonesia untuk memadamkan kebakaran hutan. Namun, tawaran itu belum mendapat
respons. ’’Kami perlu menangani akar masalah asap ini. Hujan buatan hanya akan
mengurangi, tapi asap akan kembali,’’ ungkapnya.(jpg)

 

 

 

Dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla)
semakin meresahkan. Selain mengganggu kesehatan masyarakat, aktivitas
transportasi tidak bisa berjalan normal.

Kemarin (15/9) empat bandar
udara di Kalimantan ditutup karena jarak pandang yang terbatas. Antara lain,
Bandara Kalimarau, Berau, dan Bandara APT Pranoto, Samarinda, Kaltim. Juga
Bandara Juwata, Tarakan, Kaltara, dan Bandara Syamsudin Noor, Banjarmasin,
Kalsel.

Kepala Bandara
Kalimarau Bambang Hartato menjelaskan, penutupan bandara dilakukan setelah
mendapat Notice to Airmen (notam) Nomor C8334/19 yang dikeluarkan oleh AirNav
Indonesia. Isi notam itu menyebutkan perubahan jarak pandang bandara sehingga
layanan penerbangan harus ditutup.

”Sampai hari ini
(kemarin, Red) visibility 500 meter. Sementara standar instrument approach
procedure, minimal jarak pandangnya 3.500 meter,” ungkapnya.

Awalnya, sejumlah
maskapai menunggu kondisi cuaca membaik. Penerbangan beberapa maskapai seperti
Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, dan Xpress Air delayed. Namun, akhirnya
diputuskan batal terbang. ”Kami sampaikan permohonan maaf kepada pengguna jasa
transportasi udara. Kami berharap masyarakat bisa memaklumi kondisi ini,” tutur
Bambang.

Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan mengimbau seluruh stakeholder
penerbangan untuk tetap mengutamakan keselamatan pengguna jasa. Menurut Dirjen
Perhubungan Udara Polana B. Pramesti, pihaknya selalu memantau dan terus
berkoordinasi melalui kantor otoritas bandar udara (OBU) di Kalimantan dan
Sumatera. ”Kami meminta operator penerbangan, terutama yang menutup pelayanan
penerbangan ataupun delayed akibat karhutla, untuk sigap membantu
mengomunikasikannya kepada para penumpang,” ujarnya.

Bukan hanya
transportasi udara, atensi juga diberikan untuk transportasi laut. Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub mengimbau nakhoda kapal untuk meningkatkan
kewaspadaan terhadap ancaman kabut asap yang dapat mengganggu keselamatan
pelayaran.

Baca Juga :  KPK Ingatkan Potensi Meningkatnya Kerawanan Korupsi BPD Saat Pilkada 2

Direktur Kesatuan
Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Ahmad menginstruksikan kepala unit pelaksana
teknis (UPT) Ditjen Perhubungan Laut di wilayah Sumatera dan Kalimantan yang
terpapar kabut asap untuk meningkatkan pengawasan serta memperhatikan kondisi
cuaca dan lingkungan sebelum menerbitkan surat persetujuan berlayar (SPB).
”Tunda penerbitan SPB bila kondisi kabut asap sangat tebal sehingga mengganggu
jarak pandang,” tegas Ahmad.

Sementara itu,
penanganan karhutla terus dilakukan. Selain Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), TNI dan Polri terlibat aktif dalam upaya itu. Sejak Sabtu
(14/9), Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto turun langsung ke lokasi terdampak
karhutla di Sumatera. Kemarin dia bertolak ke Kabupaten Pelalawan, Riau.

TNI akan mengerahkan
drone untuk memantau titik api. Terutama saat malam. Hadi optimistis pemantauan
titik api semakin optimal dengan drone. ”Menggunakan drone akan mempermudah
proses mitigasi lokasi kebakaran hutan karena lokasi yang tidak terpantau pada
siang dan sore hari dapat terlihat dengan jelas pada malam hari,” beber Hadi.
Selain itu, drone efektif untuk melihat titik-titik yang baru terbakar.

Hadi menjelaskan,
pihaknya sudah melakukan banyak upaya untuk memadamkan api dan mencegah
karhutla. Termasuk dengan modifikasi cuaca untuk menurunkan hujan buatan.
Helikopter dan pesawat juga dikerahkan. ”TNI dan Polri beserta seluruh
stakeholder tidak akan tinggal diam untuk membantu mencegah terjadinya
karhutla,” tegasnya.

Berdasar laporan yang
diterima, modifikasi cuaca termasuk efektif untuk memadamkan api dan mengurangi
asap. Buktinya, jumlah titik api di Riau turun signifikan. Hingga kemarin,
menurut Hadi, tinggal 44 titik api yang terpantau di sana. ”Kalau kami mengukur
hasilnya, hot spot sudah mulai turun. Kalau kami lihat juga, secara visual asap
yang ada di Pekanbaru saat ini sudah menurun,” jelas Hadi.

Baca Juga :  Wew! Peminat Ganti Status Jenis Kelamin Bertambah

Sementara itu,
pemerintah Malaysia terpaksa meliburkan 300 sekolah di Negara Bagian Johor
kemarin (15/9). Kepala Departemen Pendidikan Negara Bagian Johor Azman Adnan
menyatakan, aktivitas belajar sekitar 90 ribu siswa di wilayah Muar, Tangkak,
dan Pontian terganggu karena asap dari kebakaran hutan dan lahan.

’’Berdasar API (air
pollutants index) yang sudah menembus 200, sesi belajar di beberapa sekolah
dibatalkan,’’ ungkapnya Sabtu (14/9) menurut The Strait Times. Di
Johor, sekolah libur pada Jumat dan Sabtu serta masuk kembali pada Minggu.

Wakil Menteri Energi,
Sains, Teknologi, Lingkungan, dan Perubahan Iklim (MESTECC) Isnaraissah Munirah
Majilis mengatakan bahwa Malaysia bakal memulai program hujan buatan sebagai
solusi jangka pendek. Dia berharap kondisi awan mendukung upaya tersebut.
’’Penyemaian awan hanya bisa dilakukan jika memang kondisi awan memenuhi
persyaratan. Semoga besok suasana mendukung,’’ ujarnya kepada Channel News
Asia.

Hingga kemarin pukul
15.00 waktu setempat, API di Johor mencapai 258 alias sangat berbahaya. Tolok
ukur Malaysia memang berbeda dengan Indonesia yang menggunakan pollutants
standards index (PSI).

Isnaraissah
menyatakan, pemerintah Malaysia sudah menawarkan bantuan kepada pemerintah
Indonesia untuk memadamkan kebakaran hutan. Namun, tawaran itu belum mendapat
respons. ’’Kami perlu menangani akar masalah asap ini. Hujan buatan hanya akan
mengurangi, tapi asap akan kembali,’’ ungkapnya.(jpg)

 

 

 

Terpopuler

Artikel Terbaru