28.3 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Wiranto Ditikam, Jokowi Minta Pengamanan Pejabat Ditingkatkan

Kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah
(JAD) memang harus ditumpas hingga akar-akarnya. Pelaku penusukan terhadap
Menko Polhukam Wiranto, Syahrial Alamsyah alias Alam, 31, dipastikan
terafiliasi dengan kelompok JAD, khususnya di Bekasi.

Penusukan terhadap Wiranto terjadi pukul
11.55 kemarin (10/10) di Pandeglang, Banten. Saat Wiranto turun dari mobil, dua
ajudannya berada di samping kiri dan kanan. Kapolsek Menes Kompol Dariyanto
juga berada di samping Wiranto.

Pelaku menyerobot dari belakang mobil,
lantas menusuk mantan panglima ABRI tersebut dua kali. Semua orang di sekitar
berusaha melindungi Wiranto. Pelaku lantas diringkus beramai-ramai. Di saat
bersamaan, Fitri Andriana alias Pipit, istri Alam, ikut menyerang secara
brutal, melukai tiga orang lain. Yakni, Kapolsek Menes Kompol Dariyanto, staf
Kemenko Polhukam Fuad Sauki, dan seorang ajudan Danrem.

Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi
Prasetyo menjelaskan, Wiranto terluka di perut bagian kiri. Terdapat dua luka
tusukan. ”Kondisinya diharapkan stabil,” paparnya. Lalu, Kapolsek terluka di
bagian punggung. Luka itu dia alami karena berusaha menghalangi tusukan ke arah
Wiranto.

”Makanya, luka di punggung, menghalangi
agar tidak tertusuk lagi,” jelas Dedi. Untuk kondisi dua korban lain, dia belum
bisa memastikan.

Pelaku bisa dibekuk dan kini diperiksa.
Diduga kuat, dia terafiliasi dengan JAD Bekasi. Pelaku yang memiliki nama alias
Abu Rara itu direkrut Abu Zee, amir JAD Bekasi. ”Sudah kuat dugaannya ke JAD,”
ungkap Dedi. Pipit juga diamankan. Dedi menuturkan, Fitri berada di dekat
pelaku penusukan tersebut. ”Kemungkinan besar ada hubungan tertentu, entah
keluarga atau bagaimana,” paparnya.

Abu Zee telah ditangkap 8 Mei lalu
karena merencanakan aksi teror. Selain itu, Abu Zee diketahui sebagai
penyandang dana kelompok tersebut. Informasi yang diterima Jawa Pos,
Abu Zee lah yang menikahkan Alam dengan Pipit.

Baca Juga :  KPK Lelang Barang Rampasan Milik 4 Koruptor, dari HP Hingga Logam Emas

Apakah masih ada anggota JAD yang
membahayakan? Dedi menjelaskan, Densus 88 Antiteror bekerja keras mendeteksi
anggota kelompok tersebut. Siapa pun yang terpapar terorisme akan diproses
hukum. ”Tentu dideteksi terus,” jelasnya.

Hingga kemarin, polisi masih mendalami
motif penusukan Wiranto. Berdasar catatan Jawa Pos, JAD selama ini
selalu mengincar polisi.

Setelah dirawat di RSUD Pandeglang,
Wiranto dibawa ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Jakarta. Presiden
Joko Widodo (Jokowi) langsung memantau kondisinya. Setelah bertemu dengan
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Jokowi menjenguk Wiranto. Dia ditemani Kepala
BIN Budi Gunawan, Mendagri Tjahjo Kumolo, Mensesneg Pratikno, Mensos Agus
Gumiwang, dan tenaga ahli utama KSP Ali Mochtar Ngabalin.

Jokowi mengatakan, Wiranto stabil dan
sadar. ”Masih dalam penanganan tim dokter di RSPAD dan dalam proses operasi,”
ujarnya. Jokowi menyatakan sudah memerintahkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian
dan Kepala BIN Budi Gunawan yang didukung TNI untuk mengusut kasus tersebut.
Bukan sebatas pelaku, tapi juga jaringan terorisme yang terkait dengan aksi
tersebut.

”Jaringan ini harus dikejar dan
dituntaskan, diselesaikan,” imbuhnya. Selain itu, untuk memaksimalkan
keselamatan para pembantunya di kabinet, Jokowi meminta Kapolri meningkatkan
pengamanan. Mantan wali kota Solo itu tidak memerinci, tapi menekankan bahwa
pengamanan harus lebih baik.

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) juga
menjenguk Wiranto. Dia menjelaskan bahwa kondisi Wiranto baik.

”Insya Allah, dokter di sini sangat
berpengalaman,” katanya. Terkait dengan pengawasan atau pengawalan menteri, JK
mengatakan bahwa sudah ada prosedurnya. Pengawalan dilakukan oleh personel
kepolisian. Dia menuturkan, kasus yang menimpa Wiranto benar-benar tidak
disangka. ”Ini (kasus, Red) pertama kali. Ada orang yang mencederai pejabat
dengan tikaman,” jelas politikus senior Partai Golkar tersebut.

Baca Juga :  Kendaraan Baru untuk Pimpinan DPR, MPR, dan DPD, Harganya Rp 1,45 M

Menurut JK, kasus yang menimpa Wiranto
jelas akan menjadi bahan evaluasi. Dia mengatakan, di Indonesia kelompok
radikal masih ada. Masih berkeliaran. Namun, JK menuturkan, kasus tersebut
tidak memengaruhi pelantikan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf
Amin.

Menteri Kominfo Rudiantara tidak mau
berandai-andai bahwa pelaku penikaman terhadap Wiranto imbas kebebasan
internet. ”Saya tidak mau berspekulasi,” katanya setelah mendampingi JK dalam
proses topping off gedung Dewan Masjid Indonesia (DMI) di Jakarta. Dia
menegaskan, ada lembaga yang lebih berwenang daripada Kemenkominfo untuk
menganalisis kasus itu. Soal pengamanan menteri, Rudiantara menuturkan, jika
pengamanan terlalu ketat, nanti menteri dianggap tidak mau dekat dengan rakyat.
Sebaliknya, jika pengamanan terlalu longgar, terjadi kasus yang tidak
diinginkan.

Di bagian lain, Wakil Ketua Umum Majelis
Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Saadi mengutuk keras penyerangan terhadap
Wiranto. Menurut dia, apa pun alasannya, tindakan brutal seperti itu tidak bisa
ditoleransi.

”Ajaran agama mana pun tidak membenarkan
tindakan kekerasan, menebar ketakutan, dan mencelakai orang yang tidak berdosa.
Apalagi sampai membunuh,” tuturnya. Zainut menjelaskan, MUI menduga pelaku
kasus itu adalah anggota jaringan terorisme yang masih beroperasi di Indonesia.
Kasus tersebut menyadarkan masyarakat bahwa radikalisme dan terorisme masih
aktif di Indonesia.

Sementara itu, Kepala Lembaga
Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Hasto Atmojo menjelaskan, saat ini
pihaknya berkoordinasi dengan kepolisian dan menunggu ekspose hasil
penyelidikan. ”Kalau nantinya perbuatan pelaku penusukan dikategorikan
terorisme, LPSK siap melindungi dan memenuhi hak-hak korban,” terang dia.(jpg)

 

Kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah
(JAD) memang harus ditumpas hingga akar-akarnya. Pelaku penusukan terhadap
Menko Polhukam Wiranto, Syahrial Alamsyah alias Alam, 31, dipastikan
terafiliasi dengan kelompok JAD, khususnya di Bekasi.

Penusukan terhadap Wiranto terjadi pukul
11.55 kemarin (10/10) di Pandeglang, Banten. Saat Wiranto turun dari mobil, dua
ajudannya berada di samping kiri dan kanan. Kapolsek Menes Kompol Dariyanto
juga berada di samping Wiranto.

Pelaku menyerobot dari belakang mobil,
lantas menusuk mantan panglima ABRI tersebut dua kali. Semua orang di sekitar
berusaha melindungi Wiranto. Pelaku lantas diringkus beramai-ramai. Di saat
bersamaan, Fitri Andriana alias Pipit, istri Alam, ikut menyerang secara
brutal, melukai tiga orang lain. Yakni, Kapolsek Menes Kompol Dariyanto, staf
Kemenko Polhukam Fuad Sauki, dan seorang ajudan Danrem.

Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi
Prasetyo menjelaskan, Wiranto terluka di perut bagian kiri. Terdapat dua luka
tusukan. ”Kondisinya diharapkan stabil,” paparnya. Lalu, Kapolsek terluka di
bagian punggung. Luka itu dia alami karena berusaha menghalangi tusukan ke arah
Wiranto.

”Makanya, luka di punggung, menghalangi
agar tidak tertusuk lagi,” jelas Dedi. Untuk kondisi dua korban lain, dia belum
bisa memastikan.

Pelaku bisa dibekuk dan kini diperiksa.
Diduga kuat, dia terafiliasi dengan JAD Bekasi. Pelaku yang memiliki nama alias
Abu Rara itu direkrut Abu Zee, amir JAD Bekasi. ”Sudah kuat dugaannya ke JAD,”
ungkap Dedi. Pipit juga diamankan. Dedi menuturkan, Fitri berada di dekat
pelaku penusukan tersebut. ”Kemungkinan besar ada hubungan tertentu, entah
keluarga atau bagaimana,” paparnya.

Abu Zee telah ditangkap 8 Mei lalu
karena merencanakan aksi teror. Selain itu, Abu Zee diketahui sebagai
penyandang dana kelompok tersebut. Informasi yang diterima Jawa Pos,
Abu Zee lah yang menikahkan Alam dengan Pipit.

Baca Juga :  KPK Lelang Barang Rampasan Milik 4 Koruptor, dari HP Hingga Logam Emas

Apakah masih ada anggota JAD yang
membahayakan? Dedi menjelaskan, Densus 88 Antiteror bekerja keras mendeteksi
anggota kelompok tersebut. Siapa pun yang terpapar terorisme akan diproses
hukum. ”Tentu dideteksi terus,” jelasnya.

Hingga kemarin, polisi masih mendalami
motif penusukan Wiranto. Berdasar catatan Jawa Pos, JAD selama ini
selalu mengincar polisi.

Setelah dirawat di RSUD Pandeglang,
Wiranto dibawa ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Jakarta. Presiden
Joko Widodo (Jokowi) langsung memantau kondisinya. Setelah bertemu dengan
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Jokowi menjenguk Wiranto. Dia ditemani Kepala
BIN Budi Gunawan, Mendagri Tjahjo Kumolo, Mensesneg Pratikno, Mensos Agus
Gumiwang, dan tenaga ahli utama KSP Ali Mochtar Ngabalin.

Jokowi mengatakan, Wiranto stabil dan
sadar. ”Masih dalam penanganan tim dokter di RSPAD dan dalam proses operasi,”
ujarnya. Jokowi menyatakan sudah memerintahkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian
dan Kepala BIN Budi Gunawan yang didukung TNI untuk mengusut kasus tersebut.
Bukan sebatas pelaku, tapi juga jaringan terorisme yang terkait dengan aksi
tersebut.

”Jaringan ini harus dikejar dan
dituntaskan, diselesaikan,” imbuhnya. Selain itu, untuk memaksimalkan
keselamatan para pembantunya di kabinet, Jokowi meminta Kapolri meningkatkan
pengamanan. Mantan wali kota Solo itu tidak memerinci, tapi menekankan bahwa
pengamanan harus lebih baik.

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) juga
menjenguk Wiranto. Dia menjelaskan bahwa kondisi Wiranto baik.

”Insya Allah, dokter di sini sangat
berpengalaman,” katanya. Terkait dengan pengawasan atau pengawalan menteri, JK
mengatakan bahwa sudah ada prosedurnya. Pengawalan dilakukan oleh personel
kepolisian. Dia menuturkan, kasus yang menimpa Wiranto benar-benar tidak
disangka. ”Ini (kasus, Red) pertama kali. Ada orang yang mencederai pejabat
dengan tikaman,” jelas politikus senior Partai Golkar tersebut.

Baca Juga :  Kendaraan Baru untuk Pimpinan DPR, MPR, dan DPD, Harganya Rp 1,45 M

Menurut JK, kasus yang menimpa Wiranto
jelas akan menjadi bahan evaluasi. Dia mengatakan, di Indonesia kelompok
radikal masih ada. Masih berkeliaran. Namun, JK menuturkan, kasus tersebut
tidak memengaruhi pelantikan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf
Amin.

Menteri Kominfo Rudiantara tidak mau
berandai-andai bahwa pelaku penikaman terhadap Wiranto imbas kebebasan
internet. ”Saya tidak mau berspekulasi,” katanya setelah mendampingi JK dalam
proses topping off gedung Dewan Masjid Indonesia (DMI) di Jakarta. Dia
menegaskan, ada lembaga yang lebih berwenang daripada Kemenkominfo untuk
menganalisis kasus itu. Soal pengamanan menteri, Rudiantara menuturkan, jika
pengamanan terlalu ketat, nanti menteri dianggap tidak mau dekat dengan rakyat.
Sebaliknya, jika pengamanan terlalu longgar, terjadi kasus yang tidak
diinginkan.

Di bagian lain, Wakil Ketua Umum Majelis
Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Saadi mengutuk keras penyerangan terhadap
Wiranto. Menurut dia, apa pun alasannya, tindakan brutal seperti itu tidak bisa
ditoleransi.

”Ajaran agama mana pun tidak membenarkan
tindakan kekerasan, menebar ketakutan, dan mencelakai orang yang tidak berdosa.
Apalagi sampai membunuh,” tuturnya. Zainut menjelaskan, MUI menduga pelaku
kasus itu adalah anggota jaringan terorisme yang masih beroperasi di Indonesia.
Kasus tersebut menyadarkan masyarakat bahwa radikalisme dan terorisme masih
aktif di Indonesia.

Sementara itu, Kepala Lembaga
Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Hasto Atmojo menjelaskan, saat ini
pihaknya berkoordinasi dengan kepolisian dan menunggu ekspose hasil
penyelidikan. ”Kalau nantinya perbuatan pelaku penusukan dikategorikan
terorisme, LPSK siap melindungi dan memenuhi hak-hak korban,” terang dia.(jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru