26.3 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Melambat, Ekonomi Kuartal II 2019 Hanya Tumbuh 5,05 Persen

Laju
pertumbuhan ekonomi mulai tersendat. Pada kuartal II 2019, ekonomi hanya tumbuh
5,05 persen secara 
year-on-year (yoy). Angka itu melambat jika
dibandingkan dengan pertumbuhan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 5,27
persen.

Jika
dilihat secara semesteran, pertumbuhan ekonomi semester I 2019 juga melambat.
Yakni, 5,06 persen atau tak setinggi pertumbuhan pada semester I 2018 yang
sebesar 5,17 persen.

Kepala
Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyatakan, perlambatan pertumbuhan
ekonomi tersebut sejalan dengan keadaan ekonomi global.

“Beberapa
negara sudah merilis pertumbuhan semester I. Minggu depan dilanjutkan dengan
lebih banyak rilis dari negara-negara lain. Baik yang sudah maupun akan rilis,
banyak yang diprediksi melambat,” katanya, Senin (5/8).

Tantangan
sejak awal 2019 dan ke depan, kata pria yang kerap disapa Kecuk itu, antara
lain, perlambatan yang berpengaruh pada pertumbuhan ekspor impor. Hal itu
disebabkan perang dagang yang sejak awal tahun ini diperkirakan tensinya
mereda.

Namun,
pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ternyata masih sulit
diprediksi. Itu turut memengaruhi investasi dan perdagangan global.

Di
Indonesia, ekonomi masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh lebih
baik daripada tahun lalu, meski kenaikannya tipis. Dari sisi produksi, industri
manufaktur harus menjadi perhatian yang lebih penting ke depan.

Baca Juga :  Imam Nahrawi Didakwa Terima Suap Rp 11,5 M dan Gratifikasi Rp 8,6 M

Pasalnya,
pertumbuhan sektor usaha itu pada kuartal II hanya 3,54 persen, melambat jika
dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal II 2018 yang sebesar 3,88 persen.

Menko
Perekonomian Darmin Nasution mengaku sudah memprediksi perlambatan pertumbuhan
ekonomi di kuartal II. Prediksi tersebut didasarkan pada gejala ekomomi dunia.

“Tadinya
kan walaupun ekspor kita lambat, impornya masih naik sehingga ekonomi
kegiatannya tetap jalan,” ujarnya.

Meski
demikian, Darmin mengaku tidak terlampau risau. Sebab, dari sektor investasi,
menunjukkan sinyal positif. Berdasar penjelasan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong, angka investasi diprediksi naik lagi.

“Betul
ada perlambatan di kuartal II, tapi enggak banyak banget lah,” imbuhnya.

Dia
menegaskan, berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi. Hanya, kondisinya memang sedang menurun. “Sebenarnya,
kebijakan-kebijakannya sudah keluar; tax holiday, macem-macem. Kami tinggal
membuat itu benar-benar membumi,” tuturnya.

Menteri
Keuangan Sri Mulyani menambahkan, pihaknya optimistis bahwa investasi akan naik
pada kuartal III. Sebab, pada kuartal II pelaku usaha cenderung menahan untuk
menyusul adanya imbas setelah tahapan pemilihan umum.

“Sesudah
adanya siklus politik ini di kuartal II, kuartal ketiga mulai pick up,”
ujarnya. Indikatornya mulai terlihat. Pertumbuhan penanaman modal asing (PMA)
sudah di atas 9 persen.

Baca Juga :  Menteri Baru Diberi Waktu Sebulan Kumpulkan Regulasi Penghambat Invest

Pertanian
Dorong Jatim

Sementara itu, ekonomi Jawa Timur pada triwulan II 2019 tercatat meningkat 5,72
persen secara yoy. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur hingga
triwulan II sebesar 5,64 persen.

Kepala
BPS Jawa Timur Teguh Pramono menuturkan, angka itu lebih tinggi daripada
pertumbuhan nasional. Dari sisi produksi, semua kategori mengalami pertumbuhan.

Jawa
Timur pada periode ini didukung tingginya pertumbuhan sektor pertanian. Sektor
itu masih tumbuh 2,9 persen. “Biasanya, sektor ini tidak tumbuh terlalu besar.
Pada triwulan II, pertanian agak terhenti. Ini terjadi karena masa panen pada
triwulan II masih berjalan” ucapnya, Senin (5/8).

Pertumbuhan
tertinggi terjadi pada kategori penyediaan akomodasi dan makan serta minum yang
naik 7,89 persen. Pertumbuhan kategori tersebut berkaitan dengan meningkatnya
industri pariwisata di Jawa Timur.

Dia
menyatakan, okupansi hotel dan kunjungan wisata di Jatim pada periode ini
meningkat. Selain itu, beberapa kategori lain yang memiliki pertumbuhan yang
tinggi adalah jasa perusahaan 7,69 persen serta jasa kesehatan dan kegiatan
sosial 7,32 persen.(jpg)

 

Laju
pertumbuhan ekonomi mulai tersendat. Pada kuartal II 2019, ekonomi hanya tumbuh
5,05 persen secara 
year-on-year (yoy). Angka itu melambat jika
dibandingkan dengan pertumbuhan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 5,27
persen.

Jika
dilihat secara semesteran, pertumbuhan ekonomi semester I 2019 juga melambat.
Yakni, 5,06 persen atau tak setinggi pertumbuhan pada semester I 2018 yang
sebesar 5,17 persen.

Kepala
Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyatakan, perlambatan pertumbuhan
ekonomi tersebut sejalan dengan keadaan ekonomi global.

“Beberapa
negara sudah merilis pertumbuhan semester I. Minggu depan dilanjutkan dengan
lebih banyak rilis dari negara-negara lain. Baik yang sudah maupun akan rilis,
banyak yang diprediksi melambat,” katanya, Senin (5/8).

Tantangan
sejak awal 2019 dan ke depan, kata pria yang kerap disapa Kecuk itu, antara
lain, perlambatan yang berpengaruh pada pertumbuhan ekspor impor. Hal itu
disebabkan perang dagang yang sejak awal tahun ini diperkirakan tensinya
mereda.

Namun,
pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ternyata masih sulit
diprediksi. Itu turut memengaruhi investasi dan perdagangan global.

Di
Indonesia, ekonomi masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh lebih
baik daripada tahun lalu, meski kenaikannya tipis. Dari sisi produksi, industri
manufaktur harus menjadi perhatian yang lebih penting ke depan.

Baca Juga :  Imam Nahrawi Didakwa Terima Suap Rp 11,5 M dan Gratifikasi Rp 8,6 M

Pasalnya,
pertumbuhan sektor usaha itu pada kuartal II hanya 3,54 persen, melambat jika
dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal II 2018 yang sebesar 3,88 persen.

Menko
Perekonomian Darmin Nasution mengaku sudah memprediksi perlambatan pertumbuhan
ekonomi di kuartal II. Prediksi tersebut didasarkan pada gejala ekomomi dunia.

“Tadinya
kan walaupun ekspor kita lambat, impornya masih naik sehingga ekonomi
kegiatannya tetap jalan,” ujarnya.

Meski
demikian, Darmin mengaku tidak terlampau risau. Sebab, dari sektor investasi,
menunjukkan sinyal positif. Berdasar penjelasan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong, angka investasi diprediksi naik lagi.

“Betul
ada perlambatan di kuartal II, tapi enggak banyak banget lah,” imbuhnya.

Dia
menegaskan, berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi. Hanya, kondisinya memang sedang menurun. “Sebenarnya,
kebijakan-kebijakannya sudah keluar; tax holiday, macem-macem. Kami tinggal
membuat itu benar-benar membumi,” tuturnya.

Menteri
Keuangan Sri Mulyani menambahkan, pihaknya optimistis bahwa investasi akan naik
pada kuartal III. Sebab, pada kuartal II pelaku usaha cenderung menahan untuk
menyusul adanya imbas setelah tahapan pemilihan umum.

“Sesudah
adanya siklus politik ini di kuartal II, kuartal ketiga mulai pick up,”
ujarnya. Indikatornya mulai terlihat. Pertumbuhan penanaman modal asing (PMA)
sudah di atas 9 persen.

Baca Juga :  Menteri Baru Diberi Waktu Sebulan Kumpulkan Regulasi Penghambat Invest

Pertanian
Dorong Jatim

Sementara itu, ekonomi Jawa Timur pada triwulan II 2019 tercatat meningkat 5,72
persen secara yoy. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur hingga
triwulan II sebesar 5,64 persen.

Kepala
BPS Jawa Timur Teguh Pramono menuturkan, angka itu lebih tinggi daripada
pertumbuhan nasional. Dari sisi produksi, semua kategori mengalami pertumbuhan.

Jawa
Timur pada periode ini didukung tingginya pertumbuhan sektor pertanian. Sektor
itu masih tumbuh 2,9 persen. “Biasanya, sektor ini tidak tumbuh terlalu besar.
Pada triwulan II, pertanian agak terhenti. Ini terjadi karena masa panen pada
triwulan II masih berjalan” ucapnya, Senin (5/8).

Pertumbuhan
tertinggi terjadi pada kategori penyediaan akomodasi dan makan serta minum yang
naik 7,89 persen. Pertumbuhan kategori tersebut berkaitan dengan meningkatnya
industri pariwisata di Jawa Timur.

Dia
menyatakan, okupansi hotel dan kunjungan wisata di Jatim pada periode ini
meningkat. Selain itu, beberapa kategori lain yang memiliki pertumbuhan yang
tinggi adalah jasa perusahaan 7,69 persen serta jasa kesehatan dan kegiatan
sosial 7,32 persen.(jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru