27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Pemerintah Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada Rabu 5 Juni

PEMERINTAH telah menetapkan 1 Syawal 1440 Hijriah jatuh pada Rabu,
5 Juni 2019. Itu diumumkn setelah Sidang Isbat yang digelar Kementerian Agama
(Kemenag).

Menteri Agama Lukman Hakim
Saifuddin mengatakan berdasarkan pemantauan di sejumlah titik, hingga Senin
(3/6/2019) hilal belum terlihat di sejumlah lokasi pemantauan.

“Tidak satupun di antara mereka
(pengamat) melihat hilal. Sebagaimana ketentuan, kaidah, maka Ramadan tahun ini
digenapkan jadi 30 hari. Itu artinya besok masih berpuasa. Dengan demikian 1
Syawal jatuh pada Rabu 5 Juni 2019,” ujarnya di Auditorium HM. Rasjidi, Kementerian
Agama RI, Jakarta Pusat.

Sementara itu, sebelum sidang
isbat, pakar astronomi dari Tim Falakiyah Kementerian Agama Cecep Nurwendaya
menegaskan bahwa tidak ada referensi empirik visibilitas (ketampakan) hilal
awal Syawal 1440H bisa teramati di seluruh wilayah Indonesia pada hari Senin
(3/6/2019).

Hal ini disampaikan Cecep saat
memaparkan data posisi hilal menjelang awal bulan Syawal 1440H/2019M pada
Sidang Isbat Awal Syawal  1440H, di
Jakarta. “Semua wilayah Indonesia memiliki ketinggian hilal negatif. Hilal
terbenam terlebih dahulu dibanding matahari,” terang Cecep seperti dilansir
dalam laman resmi Kemenag.

Hadir dalam pemaparan jelang
sidang isbat, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin,  Ketua MUI, dan Ketua Komisi VIII Ali Taher.
Hadir juga dalam kesempatan ini para duta besar negara sahabat, pimpinan ormas
termasuk NU dan Muhammadiyah,  pakar
astronomi dari LAPAN dan Planetarium Boscha, serta para pejabat Eselon I dan II
Kementerian Agama.

Baca Juga :  Menperin: Berdayakan Kaum Perempuan Jadi Strategi Kemajuan Industri

Menurut Cecep, penetapan awal
bulan hijriyah didasarkan pada hisab dan rukyat. Proses hisab sudah ada dan
dilakukan oleh hampir semua ormas Islam. “Saat ini, kita sedang melakukan
proses rukyat, dan sedang menunggu hasilnya,” terang Cecep.

“Secara hisab, awal Syawal 1440 H
jatuh pad a hari Rabu. Ini informasi, konfirmasinya menunggu hasil sidang
isbat, menunggu hasil laporan rukyat,” tambahnya.

Dikatakan Cecep, rukyat adalah
observasi astronomis. Karena itu, lanjut Cecep, harus ada referensinya. Cecep
mengatakan bahwa kalau ada referensinya diterima, sedang kalau tidak berarti
tidak bisa dipakai.

Lantas bagaimana posisi hilal
awal Syawal 1440H? Berdasarkan data di Pelabuhan Ratu, posisi hilal awal Syawal
1440H atau pada 29 Ramadan 1440H yang bertepatan dengan 3 Juni 2019, di
Pelabuhan Ratu secara astronomis tinggi hilal: minus 0,56 derajat; jarak busur
bulan dari matahari: 2,94 derajat; umur minus 40 menit 6 detik.

Pelabuhan Ratu termasuk paling
tinggi. Ijtimak di Pelabuhan Ratu terjadi sebelum matahari terbenam (qobla
ghurub). “Bulan terbenam dalam waktu 3 menit 6 detik sebelum matahari terbenam,”
kata Cecep.

Sementara itu, lanjut Cecep,
dasar kriteria imkanurrukyat yang disepakati MABIMS adalah minimal dua derajat
atau umur bulan minimal delapan jam. “Ini sudah menjadi kesepakatan MABIMS,”
tuturnya.

Sehubungan itu, kata Cecep,
karena ketinggian hilal di bawah dua derajat bahkan minus, maka tidak ada
referensi pelaporan hilal jika hilal awal Syawal teramati di wilayah Indonesia.
“Dari referensi yang ada, maka tidak ada referensi apapun bahwa hilal Syawal
1440H pada Senin ini teramati di seluruh Indonesia,” tandas Cecep.

Baca Juga :  Kritik Jokowi, Ma’ruf, dan Puan, Akun Instagram BEM Unnes Diretas

Selain itu, lanjut Cecep, juga
tidak ada referensi empirik visibilitas hilal jika hilal awal Syawal teramati
di wilayah Indonesia.

Menurut Cecep, Limit Danjon
menyebutkan bahwa hilal akan tampak jika jarak sudut bulan – matahari lebih
besar dari 7 derajat. Konferensi penyatuan awal bulan Hijriyah International di
Istambul tahun 1978 mengatakan bahwa awal bulan dimulai jika jarak busur antara
bulan dan matahari lebih besar dari 8 derajat dan tinggi bulan dari ufuk pada
saat matahari tenggelam lebih besar dari 5 derajat.

Sementara rekor pengamatan bulan
sabit dalam catatan astronomi modern adalah hilal awal Ramadan 1427H di mana
umur hilal 13 jam 15 menit dan berhasil dipotret dengan teleskop dan kamera CCD
di Jerman. Bahkan, dalam catatan astronomi modern, jarak hilal terdekat yang
pernah terlihat adalah sekitar 8 derajat dengan umur hilal 13 jam 28 menit.
Hilal ini berhasil diamati oleh Robert Victor di Amerika Serikat pada 5 Mei
1989 dengan menggunakan alat bantu binokulair atau keker. (*/pojoksatu/kpc)

PEMERINTAH telah menetapkan 1 Syawal 1440 Hijriah jatuh pada Rabu,
5 Juni 2019. Itu diumumkn setelah Sidang Isbat yang digelar Kementerian Agama
(Kemenag).

Menteri Agama Lukman Hakim
Saifuddin mengatakan berdasarkan pemantauan di sejumlah titik, hingga Senin
(3/6/2019) hilal belum terlihat di sejumlah lokasi pemantauan.

“Tidak satupun di antara mereka
(pengamat) melihat hilal. Sebagaimana ketentuan, kaidah, maka Ramadan tahun ini
digenapkan jadi 30 hari. Itu artinya besok masih berpuasa. Dengan demikian 1
Syawal jatuh pada Rabu 5 Juni 2019,” ujarnya di Auditorium HM. Rasjidi, Kementerian
Agama RI, Jakarta Pusat.

Sementara itu, sebelum sidang
isbat, pakar astronomi dari Tim Falakiyah Kementerian Agama Cecep Nurwendaya
menegaskan bahwa tidak ada referensi empirik visibilitas (ketampakan) hilal
awal Syawal 1440H bisa teramati di seluruh wilayah Indonesia pada hari Senin
(3/6/2019).

Hal ini disampaikan Cecep saat
memaparkan data posisi hilal menjelang awal bulan Syawal 1440H/2019M pada
Sidang Isbat Awal Syawal  1440H, di
Jakarta. “Semua wilayah Indonesia memiliki ketinggian hilal negatif. Hilal
terbenam terlebih dahulu dibanding matahari,” terang Cecep seperti dilansir
dalam laman resmi Kemenag.

Hadir dalam pemaparan jelang
sidang isbat, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin,  Ketua MUI, dan Ketua Komisi VIII Ali Taher.
Hadir juga dalam kesempatan ini para duta besar negara sahabat, pimpinan ormas
termasuk NU dan Muhammadiyah,  pakar
astronomi dari LAPAN dan Planetarium Boscha, serta para pejabat Eselon I dan II
Kementerian Agama.

Baca Juga :  Menperin: Berdayakan Kaum Perempuan Jadi Strategi Kemajuan Industri

Menurut Cecep, penetapan awal
bulan hijriyah didasarkan pada hisab dan rukyat. Proses hisab sudah ada dan
dilakukan oleh hampir semua ormas Islam. “Saat ini, kita sedang melakukan
proses rukyat, dan sedang menunggu hasilnya,” terang Cecep.

“Secara hisab, awal Syawal 1440 H
jatuh pad a hari Rabu. Ini informasi, konfirmasinya menunggu hasil sidang
isbat, menunggu hasil laporan rukyat,” tambahnya.

Dikatakan Cecep, rukyat adalah
observasi astronomis. Karena itu, lanjut Cecep, harus ada referensinya. Cecep
mengatakan bahwa kalau ada referensinya diterima, sedang kalau tidak berarti
tidak bisa dipakai.

Lantas bagaimana posisi hilal
awal Syawal 1440H? Berdasarkan data di Pelabuhan Ratu, posisi hilal awal Syawal
1440H atau pada 29 Ramadan 1440H yang bertepatan dengan 3 Juni 2019, di
Pelabuhan Ratu secara astronomis tinggi hilal: minus 0,56 derajat; jarak busur
bulan dari matahari: 2,94 derajat; umur minus 40 menit 6 detik.

Pelabuhan Ratu termasuk paling
tinggi. Ijtimak di Pelabuhan Ratu terjadi sebelum matahari terbenam (qobla
ghurub). “Bulan terbenam dalam waktu 3 menit 6 detik sebelum matahari terbenam,”
kata Cecep.

Sementara itu, lanjut Cecep,
dasar kriteria imkanurrukyat yang disepakati MABIMS adalah minimal dua derajat
atau umur bulan minimal delapan jam. “Ini sudah menjadi kesepakatan MABIMS,”
tuturnya.

Sehubungan itu, kata Cecep,
karena ketinggian hilal di bawah dua derajat bahkan minus, maka tidak ada
referensi pelaporan hilal jika hilal awal Syawal teramati di wilayah Indonesia.
“Dari referensi yang ada, maka tidak ada referensi apapun bahwa hilal Syawal
1440H pada Senin ini teramati di seluruh Indonesia,” tandas Cecep.

Baca Juga :  Kritik Jokowi, Ma’ruf, dan Puan, Akun Instagram BEM Unnes Diretas

Selain itu, lanjut Cecep, juga
tidak ada referensi empirik visibilitas hilal jika hilal awal Syawal teramati
di wilayah Indonesia.

Menurut Cecep, Limit Danjon
menyebutkan bahwa hilal akan tampak jika jarak sudut bulan – matahari lebih
besar dari 7 derajat. Konferensi penyatuan awal bulan Hijriyah International di
Istambul tahun 1978 mengatakan bahwa awal bulan dimulai jika jarak busur antara
bulan dan matahari lebih besar dari 8 derajat dan tinggi bulan dari ufuk pada
saat matahari tenggelam lebih besar dari 5 derajat.

Sementara rekor pengamatan bulan
sabit dalam catatan astronomi modern adalah hilal awal Ramadan 1427H di mana
umur hilal 13 jam 15 menit dan berhasil dipotret dengan teleskop dan kamera CCD
di Jerman. Bahkan, dalam catatan astronomi modern, jarak hilal terdekat yang
pernah terlihat adalah sekitar 8 derajat dengan umur hilal 13 jam 28 menit.
Hilal ini berhasil diamati oleh Robert Victor di Amerika Serikat pada 5 Mei
1989 dengan menggunakan alat bantu binokulair atau keker. (*/pojoksatu/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru