28.4 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Pergerakan Mudik Warga Jakarta Ubah Masa Puncak Wabah Covid-19

Gerakan mudik penduduk terutama dari Jakarta
ke sejumlah daerah memengaruhi pola penyebaran dan akan memunculkan kasus-kasus
baru. Selain itu akan mengubah masa puncak wabah Covid-19.

Pakar virus Universitas Brawijaya (UB) Malang
Andrew William Tulle mengatakan, jika upaya pencegahan transmisi dapat
dimaksimalkan, perkiraan puncak wabah juga akan bergeser dan wabah virus bisa
segera berakhir. Selama ini, virus korona masih ditransmisikan secara efektif
antarmanusia, sehingga jumlah penderita terus bertambah.

”Upaya yang dapat dilakukan adalah menghambat
penyebaran dengan mengurangi kemungkinan transmisi virus antarmanusia, hingga
seluruh penderita sembuh dan terbebas dari virus,” kata Andrew seperti dilansir
dari Antara pada rabu (1/4).

Dia berharap dengan mengurangi transmisi dan
seiring berjalannya waktu, virus korona akan mengalami mutasi dan menjadi lebih
lemah, seperti terjadi pada Sars 2002–2003. Hasil penelitian menunjukkan adanya
mutasi virus yang menyebabkan keganasan virus berkurang dan kasusnya mereda.
Andrew mengimbau masyarakat tetap mengikuti aturan pemerintah agar virus korona
tidak semakin menyebar.

Baca Juga :  Selain Papua Selatan, Moratorium Pemekaran Daerah Berlanjut

”Di Indonesia, kemampuan untuk mendeteksi
kasus baru Covid-19 masih terbatas,” kata Andrew.

Dia mengatakan, virus korona merupakan virus
yang memiliki selubung di bagian luar yang disebut envelope.
Virus-virus envelope, jika envelopenya rusak akan menjadi inaktif.
Oleh karena itu, virus-virus envelope mudah diinaktifkan. Akan tetapi, virus
korona berbeda dengan virus envelope yang lain, karena lebih
mampu bertahan di lingkungan. ”Hanya saja faktor yang menyebabkan virus korona
lebih stabil masih belum jelas,” terang Andrew.

Dia mengatakan, berdasar penelitian terbaru di
NIH (National Institute of Health, US), virus Covid-19 dapat bertahan di
lingkungan selama delapan jam dengan sedikit penurunan jumlah mulai terjadi
pada tiga jam pertama. Selain itu, virus tersebut juga dapat bertahan cukup
lama pada permukaan benda mati. Waktu paro virus, yaitu waktu yang dibutuhkan
untuk jumlah virus berkurang menjadi separonya, pada permukaan tembaga sekitar
tiga jam, kertas kardus sekitar delapan jam, besi selama 13 jam, dan plastik
selama 15 jam.

Baca Juga :  Gubernur Babel Gugat Undang-undang Minerba

”Berdasarkan
penelitian tersebut, virus masih terdeteksi di besi dan plastik hingga 72 jam,
tetapi jumlahnya sudah turun hingga sepertiganya. Namun, penelitian tersebut
hanya menguji stabilitas virus, belum diketahui apakah virus tersebut masih
infeksius atau tidak,” ujar Andrew.
 

 

 

Gerakan mudik penduduk terutama dari Jakarta
ke sejumlah daerah memengaruhi pola penyebaran dan akan memunculkan kasus-kasus
baru. Selain itu akan mengubah masa puncak wabah Covid-19.

Pakar virus Universitas Brawijaya (UB) Malang
Andrew William Tulle mengatakan, jika upaya pencegahan transmisi dapat
dimaksimalkan, perkiraan puncak wabah juga akan bergeser dan wabah virus bisa
segera berakhir. Selama ini, virus korona masih ditransmisikan secara efektif
antarmanusia, sehingga jumlah penderita terus bertambah.

”Upaya yang dapat dilakukan adalah menghambat
penyebaran dengan mengurangi kemungkinan transmisi virus antarmanusia, hingga
seluruh penderita sembuh dan terbebas dari virus,” kata Andrew seperti dilansir
dari Antara pada rabu (1/4).

Dia berharap dengan mengurangi transmisi dan
seiring berjalannya waktu, virus korona akan mengalami mutasi dan menjadi lebih
lemah, seperti terjadi pada Sars 2002–2003. Hasil penelitian menunjukkan adanya
mutasi virus yang menyebabkan keganasan virus berkurang dan kasusnya mereda.
Andrew mengimbau masyarakat tetap mengikuti aturan pemerintah agar virus korona
tidak semakin menyebar.

Baca Juga :  Selain Papua Selatan, Moratorium Pemekaran Daerah Berlanjut

”Di Indonesia, kemampuan untuk mendeteksi
kasus baru Covid-19 masih terbatas,” kata Andrew.

Dia mengatakan, virus korona merupakan virus
yang memiliki selubung di bagian luar yang disebut envelope.
Virus-virus envelope, jika envelopenya rusak akan menjadi inaktif.
Oleh karena itu, virus-virus envelope mudah diinaktifkan. Akan tetapi, virus
korona berbeda dengan virus envelope yang lain, karena lebih
mampu bertahan di lingkungan. ”Hanya saja faktor yang menyebabkan virus korona
lebih stabil masih belum jelas,” terang Andrew.

Dia mengatakan, berdasar penelitian terbaru di
NIH (National Institute of Health, US), virus Covid-19 dapat bertahan di
lingkungan selama delapan jam dengan sedikit penurunan jumlah mulai terjadi
pada tiga jam pertama. Selain itu, virus tersebut juga dapat bertahan cukup
lama pada permukaan benda mati. Waktu paro virus, yaitu waktu yang dibutuhkan
untuk jumlah virus berkurang menjadi separonya, pada permukaan tembaga sekitar
tiga jam, kertas kardus sekitar delapan jam, besi selama 13 jam, dan plastik
selama 15 jam.

Baca Juga :  Gubernur Babel Gugat Undang-undang Minerba

”Berdasarkan
penelitian tersebut, virus masih terdeteksi di besi dan plastik hingga 72 jam,
tetapi jumlahnya sudah turun hingga sepertiganya. Namun, penelitian tersebut
hanya menguji stabilitas virus, belum diketahui apakah virus tersebut masih
infeksius atau tidak,” ujar Andrew.
 

 

 

Terpopuler

Artikel Terbaru