33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Pembelot Korea Utara di Korea Selatan Bentuk Partai Politik

Selain
bekerja dan menikmati hidup yang lebih baik, pembelot Korea Utara di Korea
Selatan ternyata terjun ke dunia politik. Sekelompok pembelot Korut membentuk
dan meluncurkan sebuah partai politik. Tujuan mereka adalah menyuarakan
aspirasi lebih dari 33.500 penyeberang yang tinggal di Korsel dan mendesak
perdamaian dengan Korut.

“Kami
selalu dianggap sebagai minoritas dan alien,” kata Kim Joo-il, sekretaris
jenderal Partai Persatuan Selatan-Utara dalam acara peluncuran di sebuah aula
di Seoul seperti dilansir Reuters. “Para penyeberang Korea Utara sekarang
adalah masa depan penyatuan,” imbuhnya.

Keputusan
untuk membentuk partai politik adalah tanda bahwa para penyeberang mencari
peran politik yang lebih langsung menjelang pemilihan parlemen pada April 2020
mendatang. Banyak yang sangat kritis terhadap pemerintahan Presiden Moon
Jae-in, yang mereka tuduh mengesampingkan para penyeberang dan mengabaikan hak
asasi manusia dalam upaya untuk memperbaiki hubungan dengan Korea Utara.

Baca Juga :  Simak, Curahan Hati Mahasiswi Unesa yang Terisolasi di Wuhan

Para
peserta pada acara peluncuran partai politik tersebut membahas kasus-kasus yang
telah menjadi seruan bagi para penyeberang. Dan, mengatakan pemerintah Korea
Selatan memberikan terlalu sedikit dukungan bagi mereka.

Dalam
kasus-kasus penting tahun lalu, dua warga Korea Utara dipulangkan, dan seorang
pembelot dan putranya yang berusia 6 tahun yang menolak fasilitas dari
pemerintah ditemukan tewas kelaparan di apartemen mereka di Seoul.

Korea
Selatan secara teknis masih berperang dengan Korea Utara karena Perang Korea
1950-1953 berakhir tanpa perjanjian damai. Meski penyatuan masih merupakan
tujuan nasional di Selatan, penyatuan secara luas dipandang sebagai kemungkinan
yang semakin jauh.

Kim
Shin-ye, 38, salah satu pembelot mengatakan kritik partai baru terhadap
pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sampai memanggil Kim Jong Un sebagai babi
kecil. Hal itu diartikan bahwa beberapa penyeberang mungkin khawatir tentang
dukungan yang dijanjikan secara publik karena takut membahayakan keluarga di
Utara.

Baca Juga :  190 Negara Janji akan Berhenti Gunakan Batu Bara

“Beberapa
yang memiliki keluarga di Utara agak waspada dengan peluncuran partai itu,”
katanya.

Lebih
dari seribu warga Korea Utara menyeberang ke Korea Selatan pada 2019. “Apa yang
paling ditakuti Kim Jong Un adalah ketika martabat penyeberang Korea Utara
dinaikkan,” kata anggota parlemen Kim Yong-tae, dalam pidatonya.(jpc)

 

Selain
bekerja dan menikmati hidup yang lebih baik, pembelot Korea Utara di Korea
Selatan ternyata terjun ke dunia politik. Sekelompok pembelot Korut membentuk
dan meluncurkan sebuah partai politik. Tujuan mereka adalah menyuarakan
aspirasi lebih dari 33.500 penyeberang yang tinggal di Korsel dan mendesak
perdamaian dengan Korut.

“Kami
selalu dianggap sebagai minoritas dan alien,” kata Kim Joo-il, sekretaris
jenderal Partai Persatuan Selatan-Utara dalam acara peluncuran di sebuah aula
di Seoul seperti dilansir Reuters. “Para penyeberang Korea Utara sekarang
adalah masa depan penyatuan,” imbuhnya.

Keputusan
untuk membentuk partai politik adalah tanda bahwa para penyeberang mencari
peran politik yang lebih langsung menjelang pemilihan parlemen pada April 2020
mendatang. Banyak yang sangat kritis terhadap pemerintahan Presiden Moon
Jae-in, yang mereka tuduh mengesampingkan para penyeberang dan mengabaikan hak
asasi manusia dalam upaya untuk memperbaiki hubungan dengan Korea Utara.

Baca Juga :  Simak, Curahan Hati Mahasiswi Unesa yang Terisolasi di Wuhan

Para
peserta pada acara peluncuran partai politik tersebut membahas kasus-kasus yang
telah menjadi seruan bagi para penyeberang. Dan, mengatakan pemerintah Korea
Selatan memberikan terlalu sedikit dukungan bagi mereka.

Dalam
kasus-kasus penting tahun lalu, dua warga Korea Utara dipulangkan, dan seorang
pembelot dan putranya yang berusia 6 tahun yang menolak fasilitas dari
pemerintah ditemukan tewas kelaparan di apartemen mereka di Seoul.

Korea
Selatan secara teknis masih berperang dengan Korea Utara karena Perang Korea
1950-1953 berakhir tanpa perjanjian damai. Meski penyatuan masih merupakan
tujuan nasional di Selatan, penyatuan secara luas dipandang sebagai kemungkinan
yang semakin jauh.

Kim
Shin-ye, 38, salah satu pembelot mengatakan kritik partai baru terhadap
pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sampai memanggil Kim Jong Un sebagai babi
kecil. Hal itu diartikan bahwa beberapa penyeberang mungkin khawatir tentang
dukungan yang dijanjikan secara publik karena takut membahayakan keluarga di
Utara.

Baca Juga :  190 Negara Janji akan Berhenti Gunakan Batu Bara

“Beberapa
yang memiliki keluarga di Utara agak waspada dengan peluncuran partai itu,”
katanya.

Lebih
dari seribu warga Korea Utara menyeberang ke Korea Selatan pada 2019. “Apa yang
paling ditakuti Kim Jong Un adalah ketika martabat penyeberang Korea Utara
dinaikkan,” kata anggota parlemen Kim Yong-tae, dalam pidatonya.(jpc)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru