30.8 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Arab Saudi Hukum Mati 5 Pembunuh Jamal Khashoggi

KEJAKSAAN Arab Saudi baru saja mengumumkan kabar
terbaru terkait dengan kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Pengadilan
menetapkan hukuman mati untuk lima orang di antara 11 orang yang didakwa. Dua
pejabat tertinggi justru lolos dari jerat hukum.

Wakil Jaksa Agung Shalaan Al Shalaan menjelaskan, lima orang dihukum mati
karena terlibat langsung dalam pembunuhan di Konsulat Arab Saudi di Istanbul
pada Oktober tahun lalu. Sementara itu, tiga orang dihukum total 24 tahun
penjara karena berusaha menutupi kejahatan.

Yang paling penting, pengadilan memutus bahwa kasus pembunuhan salah
seorang pengkritik terpedas Kerajaan Arab Saudi itu bukanlah pembunuhan
berencana.

“Kami menyimpulkan bahwa kasus Khashoggi tak direncanakan lebih dulu,”
ungkap Shalaan menurut Agence France-Presse.

Kesimpulan pengadilan itu persis dengan pernyataan Kerajaan Saudi selama
ini. Pejabat negeri Timur Tengah kukuh menyatakan bahwa tim yang dikirim ke
konsulat di Istanbul bertugas untuk membawa Khashoggi ke Saudi hidup-hidup.
Namun, kelompok yang terlalu fanatik itu malah memutilasi Khashoggi.

Hal tersebut berbeda dengan temuan Central Intelligence Agency (CIA).
Lembaga intel AS itu menyatakan bahwa pembunuhan Khashoggi sudah direncanakan
sejak awal. Putera Mahkota Muhammad bin Salman (MBS) juga dituding sebagai otak
aksi tersebut.

Baca Juga :  Astaga ! Ada Satu Kasus COVID-19 Sumbernya dari Pesta Pernikahan

Pengadilan Saudi bersikeras menolak hasil penyelidikan CIA. Mereka bahkan
membebaskan dua nama besar dalam daftar pelaku pembunuhan, yakni Saud Al
Qahtani dan Ahmed Al Assiri. “Mereka bebas karena kurangnya bukti yang kuat,”
ujar Shalaan kepada Washington Post.

Qahtani merupakan mantan penasihat media untuk kerajaan. Dialah yang
memegang kewenangan mengatur wawancara MBS dengan media asing. Qahtani juga
pernah dikritik mendiang Khashoggi. Kolumnis Washington Post itu menyatakan
bahwa Qahtani sering mengintimidasi penulis-penulis yang kritis terhadap
keluarga Al Saud.

“Semua orang takut kepada dia. Sekali menantang, Anda bisa berakhir di
penjara,” ungkap Khashoggi dalam wawancara dengan Newsweek tahun lalu.

Sementara itu, Assiri merupakan penasihat kerajaan yang paling dekat dengan
MBS. Dia pernah menjadi jubir koalisi militer di Yaman sebelum diangkat menjadi
wakil lembaga intelijen Arab Saudi pada 2017. Dia sering menghadiri rapat
terutup dengan MBS.

Baca Juga :  Disambut Tembakan Peluru Karet, Demonstran Hongkong Kembali ke Kampus

Jurnalis berusia 59 tahun itu kali terakhir terlihat ketika mendatangi
konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018. Dia datang untuk mengurus
kebutuhan dokumen persiapan pernikahan dengan tunangannya, Hatice Cengiz.

Setelah kasus Khashoggi mendapat perhatian dunia, dua pejabat itulah yang
memikul tanggung jawab. Dua orang tersebut langsung dipecat dan menghadapi
proses pengadilan. “Keputusan Arab Saudi untuk memperbolehkan pejabat
menghindari tanggung jawab atas kematian Jamal Khashoggi jelas mengkhawatirkan.
Perlu ada penyelidikan independen,” ujar Adam Coogle, peneliti Timur Tengah di
Human Rights Watch.

Selama ini, proses pengadilan kasus Khashoggi memang tertutup. Pihak
pengadilan hanya mengizinkan beberapa diplomat asing menyaksikan dengan catatan
tak boleh mengungkap detail persidangan. Karena itu, publik pun tak tahu pasti
siapa yang mendapatkan hukuman mati.

Namun, Agnes Callamard, penyelidik khusus PBB, mengungkapkan, ada lima
orang yang terancam hukuman mati pada Juni lalu. Mereka adalah Fahad Shabib
Albalawi, Turki Muserref Alshehri, Waleed Abdullah Alshehri, Maher Abdulaziz
Mutreb, dan Salah Mohammed Tubaigy. (jpc/fajar/kpc)

KEJAKSAAN Arab Saudi baru saja mengumumkan kabar
terbaru terkait dengan kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Pengadilan
menetapkan hukuman mati untuk lima orang di antara 11 orang yang didakwa. Dua
pejabat tertinggi justru lolos dari jerat hukum.

Wakil Jaksa Agung Shalaan Al Shalaan menjelaskan, lima orang dihukum mati
karena terlibat langsung dalam pembunuhan di Konsulat Arab Saudi di Istanbul
pada Oktober tahun lalu. Sementara itu, tiga orang dihukum total 24 tahun
penjara karena berusaha menutupi kejahatan.

Yang paling penting, pengadilan memutus bahwa kasus pembunuhan salah
seorang pengkritik terpedas Kerajaan Arab Saudi itu bukanlah pembunuhan
berencana.

“Kami menyimpulkan bahwa kasus Khashoggi tak direncanakan lebih dulu,”
ungkap Shalaan menurut Agence France-Presse.

Kesimpulan pengadilan itu persis dengan pernyataan Kerajaan Saudi selama
ini. Pejabat negeri Timur Tengah kukuh menyatakan bahwa tim yang dikirim ke
konsulat di Istanbul bertugas untuk membawa Khashoggi ke Saudi hidup-hidup.
Namun, kelompok yang terlalu fanatik itu malah memutilasi Khashoggi.

Hal tersebut berbeda dengan temuan Central Intelligence Agency (CIA).
Lembaga intel AS itu menyatakan bahwa pembunuhan Khashoggi sudah direncanakan
sejak awal. Putera Mahkota Muhammad bin Salman (MBS) juga dituding sebagai otak
aksi tersebut.

Baca Juga :  Astaga ! Ada Satu Kasus COVID-19 Sumbernya dari Pesta Pernikahan

Pengadilan Saudi bersikeras menolak hasil penyelidikan CIA. Mereka bahkan
membebaskan dua nama besar dalam daftar pelaku pembunuhan, yakni Saud Al
Qahtani dan Ahmed Al Assiri. “Mereka bebas karena kurangnya bukti yang kuat,”
ujar Shalaan kepada Washington Post.

Qahtani merupakan mantan penasihat media untuk kerajaan. Dialah yang
memegang kewenangan mengatur wawancara MBS dengan media asing. Qahtani juga
pernah dikritik mendiang Khashoggi. Kolumnis Washington Post itu menyatakan
bahwa Qahtani sering mengintimidasi penulis-penulis yang kritis terhadap
keluarga Al Saud.

“Semua orang takut kepada dia. Sekali menantang, Anda bisa berakhir di
penjara,” ungkap Khashoggi dalam wawancara dengan Newsweek tahun lalu.

Sementara itu, Assiri merupakan penasihat kerajaan yang paling dekat dengan
MBS. Dia pernah menjadi jubir koalisi militer di Yaman sebelum diangkat menjadi
wakil lembaga intelijen Arab Saudi pada 2017. Dia sering menghadiri rapat
terutup dengan MBS.

Baca Juga :  Disambut Tembakan Peluru Karet, Demonstran Hongkong Kembali ke Kampus

Jurnalis berusia 59 tahun itu kali terakhir terlihat ketika mendatangi
konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018. Dia datang untuk mengurus
kebutuhan dokumen persiapan pernikahan dengan tunangannya, Hatice Cengiz.

Setelah kasus Khashoggi mendapat perhatian dunia, dua pejabat itulah yang
memikul tanggung jawab. Dua orang tersebut langsung dipecat dan menghadapi
proses pengadilan. “Keputusan Arab Saudi untuk memperbolehkan pejabat
menghindari tanggung jawab atas kematian Jamal Khashoggi jelas mengkhawatirkan.
Perlu ada penyelidikan independen,” ujar Adam Coogle, peneliti Timur Tengah di
Human Rights Watch.

Selama ini, proses pengadilan kasus Khashoggi memang tertutup. Pihak
pengadilan hanya mengizinkan beberapa diplomat asing menyaksikan dengan catatan
tak boleh mengungkap detail persidangan. Karena itu, publik pun tak tahu pasti
siapa yang mendapatkan hukuman mati.

Namun, Agnes Callamard, penyelidik khusus PBB, mengungkapkan, ada lima
orang yang terancam hukuman mati pada Juni lalu. Mereka adalah Fahad Shabib
Albalawi, Turki Muserref Alshehri, Waleed Abdullah Alshehri, Maher Abdulaziz
Mutreb, dan Salah Mohammed Tubaigy. (jpc/fajar/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru