33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

China Diduga Lakukan Peretasan Global

SPIONASE siber China kembali diduga melakukan peretasan terhadap
perusahaan-perusahaan telekomunikasi global. Para peretas berhasil mmbobol dan
mengambil data pribadi dan perusahaan.

Para peneliti dari perusahaan
keamanan siber menyatakan, bahwa mereka mengidentifikasi serangan tersebut
terkait dengan kampanye spionase siber China sebelumnya.

Para penyidik dari perusahaan
keamanan Cybereason mengatakan, serangan itu membahayakan perusahaan-perusahaan
di 30 negara lebih. Tujuannya untuk mengumpulkan informasi orang-orang di
pemerintahan, penegak hukum, dan politik.

Terlebih, dalam melakaukan aksi
ini, perentas juga menggunakan alat yang terhubung dengan serangan yang menurut
Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya dilakukan oleh China.

“Untuk tingkat kecanggihan
seperti ini bukan dilakukan oleh kelompok kriminal, ini pemerintah yang
memiliki kemampuan untuk melakukan serangan semacam ini,” kata Direktur Utama
Cybereason Lior Div, Selasa (25/6).

Namun dalam kasus ini, China
berulang kali membantah terlibat dalam berbagai aktivitas peretasan. Cybereason
menolak menyebutkan nama perusahaan atau tempat mereka beroperasi.

Baca Juga :  Belanda Kembali Diteror Bom Surat

Tapi beberapa orang yang
mengetahui tentang operasi perentasan China mengatakan, Beijing meningkatkan
serangan ke perusahaan-perusahaan telekomunikasi di Eropa Barat.

Negara-negara Barat sudah
bergerak memprotes Beijing atas aksi mereka di dunia siber. Mereka
memperingatkan, perentas China telah membahayakan perusahaan dan badan
pemerintah di seluruh dunia, dengan mencuri rahasia dagang dan data pribadi
untuk tujuan spionase.

“Dalam serangan yang tim temukan
selama sembilan bulan terakhir telah membahayakan jaringan Teknologi Informasi
(IT) beberapa sasarannya. Para peretas mengubah infrastruktur dan mencuri data
dalam jumlah besar,” ujar Div, yang juga seorang mantan komandan intelijen
militer Israel.

Di beberapa kasus para perentas
membahayakan seluruh direktori aktif, membuat mereka mengakses nama dan
password organisasi yang mereka serang. Cybereason mengatakan para peretas juga
menyimpan data pribadi termasuk informasi tagihan dan rekaman percakapan.

“Mereka membangun lingkungan
spionase yang sempurna, mereka mengambil informasi dari sasaran yang menarik
mereka sesukanya,” katanya.

Baca Juga :  9 Negara Ini Lepas Wajib Masker di Tengah Lonjakan Covid-19

Pihak Cybereason mengatakan, para
perentas menggunakan alat yang sebelumnya digunakan kelompok perentas Cina yang
dikenal dengan nama APT10. AS sudah mendakwa dua anggota APT10 pada bulan
Desember lalu.

Negeri Paman Sam bergabung dengan
negara-negara Barat lainnya, yang mengecam serangan yang dilancarkan kelompok
tersebut ke penyedia layanan teknologi. APT10 dianggap mencuri kekayaan
intelektual perusahaan-perusahaan teknologi tersebut.

Dalam kesempatan sebelumnya,
Cybereason mengatakan sudah mengidentifikasi serangan itu diduga datang dari
China atau Iran. Tapi mereka tidak pernah cukup yakin untuk menyebutkan nama
negara-negara itu.

“Pada kali ini dengan
membandingkan serangan di masa lalu kami yakin serangan datang dari Cina, kami
berhasil untuk menemukan tidak hanya satu perangkat lunak, kami berhasil
menemukan lebih dari lima yang digunakan kelompok spesifik ini,” kata Div. (der/rts/fin/kpc)

SPIONASE siber China kembali diduga melakukan peretasan terhadap
perusahaan-perusahaan telekomunikasi global. Para peretas berhasil mmbobol dan
mengambil data pribadi dan perusahaan.

Para peneliti dari perusahaan
keamanan siber menyatakan, bahwa mereka mengidentifikasi serangan tersebut
terkait dengan kampanye spionase siber China sebelumnya.

Para penyidik dari perusahaan
keamanan Cybereason mengatakan, serangan itu membahayakan perusahaan-perusahaan
di 30 negara lebih. Tujuannya untuk mengumpulkan informasi orang-orang di
pemerintahan, penegak hukum, dan politik.

Terlebih, dalam melakaukan aksi
ini, perentas juga menggunakan alat yang terhubung dengan serangan yang menurut
Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya dilakukan oleh China.

“Untuk tingkat kecanggihan
seperti ini bukan dilakukan oleh kelompok kriminal, ini pemerintah yang
memiliki kemampuan untuk melakukan serangan semacam ini,” kata Direktur Utama
Cybereason Lior Div, Selasa (25/6).

Namun dalam kasus ini, China
berulang kali membantah terlibat dalam berbagai aktivitas peretasan. Cybereason
menolak menyebutkan nama perusahaan atau tempat mereka beroperasi.

Baca Juga :  Belanda Kembali Diteror Bom Surat

Tapi beberapa orang yang
mengetahui tentang operasi perentasan China mengatakan, Beijing meningkatkan
serangan ke perusahaan-perusahaan telekomunikasi di Eropa Barat.

Negara-negara Barat sudah
bergerak memprotes Beijing atas aksi mereka di dunia siber. Mereka
memperingatkan, perentas China telah membahayakan perusahaan dan badan
pemerintah di seluruh dunia, dengan mencuri rahasia dagang dan data pribadi
untuk tujuan spionase.

“Dalam serangan yang tim temukan
selama sembilan bulan terakhir telah membahayakan jaringan Teknologi Informasi
(IT) beberapa sasarannya. Para peretas mengubah infrastruktur dan mencuri data
dalam jumlah besar,” ujar Div, yang juga seorang mantan komandan intelijen
militer Israel.

Di beberapa kasus para perentas
membahayakan seluruh direktori aktif, membuat mereka mengakses nama dan
password organisasi yang mereka serang. Cybereason mengatakan para peretas juga
menyimpan data pribadi termasuk informasi tagihan dan rekaman percakapan.

“Mereka membangun lingkungan
spionase yang sempurna, mereka mengambil informasi dari sasaran yang menarik
mereka sesukanya,” katanya.

Baca Juga :  9 Negara Ini Lepas Wajib Masker di Tengah Lonjakan Covid-19

Pihak Cybereason mengatakan, para
perentas menggunakan alat yang sebelumnya digunakan kelompok perentas Cina yang
dikenal dengan nama APT10. AS sudah mendakwa dua anggota APT10 pada bulan
Desember lalu.

Negeri Paman Sam bergabung dengan
negara-negara Barat lainnya, yang mengecam serangan yang dilancarkan kelompok
tersebut ke penyedia layanan teknologi. APT10 dianggap mencuri kekayaan
intelektual perusahaan-perusahaan teknologi tersebut.

Dalam kesempatan sebelumnya,
Cybereason mengatakan sudah mengidentifikasi serangan itu diduga datang dari
China atau Iran. Tapi mereka tidak pernah cukup yakin untuk menyebutkan nama
negara-negara itu.

“Pada kali ini dengan
membandingkan serangan di masa lalu kami yakin serangan datang dari Cina, kami
berhasil untuk menemukan tidak hanya satu perangkat lunak, kami berhasil
menemukan lebih dari lima yang digunakan kelompok spesifik ini,” kata Div. (der/rts/fin/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru