28.4 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Diisolasi Saudi, 472 WNI Terjebak di Kota Qatif

Angka
positif Covid-19 kemarin memang bertambah menjadi 34 kasus. Meski demikian,
harapan baru mulai muncul. Sebab, dua pasien yang terinfeksi virus korona
dinyatakan sembuh.

Kepastian
sembuhnya dua pasien itu disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan
Covid-19 Achmad Yuriawan di kantor presiden kemarin (11/3). Pasien yang sembuh
itu disebut dengan kasus 06 dan kasus 14.

Kasus 06
adalah kru kapal pesiar Diamond Princess yang tertular saat masih bekerja di
kapal itu. Sedangkan kasus 14 adalah WNI yang baru pulang dari luar negeri.

”Pasien
06 dan 14 ini sudah dua kali diperiksa (virusnya) negatif,” terang Yuri. Dua
kali pemeriksaan virus itu adalah standar yang berlaku di semua negara sebelum
menyatakan pasien Covid-19 sembuh. Selama dirawat, keduanya semakin minim
keluhan. Hasil tesnya akhirnya negatif.

Perawatan
terhadap pasien positif Covid-19 bukan perawatan medis gawat sebagaimana
dibayangkan beberapa pihak. Para pasien itu sebetulnya hanya menjalani terapi
untuk memperkuat imunitas. Termasuk dengan mengonsumsi vitamin. Dengan cara
itu, virus akan mati dengan sendirinya karena imun pasien sudah kuat. Mayoritas
pasien juga tidak menggunakan infus maupun oksigen.

Meski
hanya diterapi, mereka tetap diisolasi. Tujuannya, mencegah interaksi dengan
siapa pun yang berpotensi membuat virus-nya pindah. Pengecualian dilakukan
terhadap pasien dengan penyakit bawaan. Mereka harus mendapat perawatan ekstra
karena penyakit bawaan itu membuat kondisinya menjadi berat.

Kedua
pasien tersebut boleh pulang kemarin. Sebelumnya, mereka dibrifing oleh tim
dari Kemenkes dan RSPI. Keduanya diminta melaksanakan isolasi diri selama dua
pekan ke depan. Baik dari keluarga maupun lingkungan sosialnya. ”Meskipun sudah
negatif, masih kita harapkan mereka berhati-hati,” lanjutnya.

Selama
masa isolasi diri, mereka diminta tetap mengenakan masker saat beraktivitas.
Kemudian, sebisanya menghindari kontak dekat dengan keluarga. Mereka juga
diminta tidak menggunakan alat makan dan minum bersama. Ditambah, mengurangi
aktivitas di luar rumah ataupun bertemu dengan orang lain. Mereka juga masih
dipantau dinas kesehatan.

Di saat
hampir bersamaan, kemarin dini hari, sekitar pukul 02.00, satu pasien meninggal
dunia. Dia adalah kasus 25, WNA perempuan berusia 53 tahun. Sebelum meninggal,
dia dirawat di RS Sanglah, Denpasar, Bali. ”Pasien ini masuk rumah sakit sudah
dalam keadaan sakit berat,” tutur Yuri. Sebab, sebelum terpapar Covid-19, dia
mengidap sejumlah penyakit berat.

Mulai
diabetes, hipertensi, hipertiroid, hingga penyakit paru obstruksi menahun yang
cukup lama diderita. Penyakit-penyakit itu membuat daya tahan tubuh
penderitanya melemah. Makin berisiko tatkala dia tertular Covid-19. Sebab,
Covid-19 akan memperburuk kondisi penyakit-penyakit tersebut.

Baca Juga :  23 Hari Tahun 2021, Sudah 197 Bencana Terjadi di Indonesia

Hingga
saat ini, contact tracing terhadap kontak-kontak dekat para pasien masih
dilakukan. Namun, kendala utamanya adalah kemampuan pasien untuk mengingat.
Selama 14 hari terakhir dengan siapa saja dia berinteraksi jarak dekat.
Penelusuran sangat bergantung pada keterangan pasien.

Mengenai
kasus positif Covid-19 yang bertambah tujuh orang lagi, menurut Yuri,
semuanya imported case (tidak tertular di dalam negeri alias
tertular dari WNA). Tujuh orang itu WNI. Dengan demikian, saat ini pasien
Covid-19 yang masih dirawat berjumlah 31 orang.

Tujuh
kasus baru itu didapat dari penelusuran dengan menggunakan kartu kewaspadaan
kesehatan (health alert card). Mereka sudah mengisinya saat tiba di bandara.
Lalu, saat timbul gejala flu, mereka memeriksakan diri dengan menunjukkan kartu
tersebut. Dari situlah Kemenkes mengambil tindakan sehingga akhirnya mereka
dinyatakan positif Covid-19. Rata-rata gejala yang tampak saat dinyatakan
positif adalah sakit ringan menjurus sedang. Mereka saat ini sudah diisolasi di
sejumlah RS di beberapa kabupaten/kota untuk mencegah penularan.

Yuri
menjelaskan, Covid-19 di Indonesia diterjemahkan sebagai bencana nonalam.
Karena itu, pemerintah juga melakukan aksi tanggap darurat. Beberapa bentuknya
adalah mengisolasi pasien dan mencari kontak-kontak dekat pasien untuk
diperiksa. Gejala awal klinisnya adalah flu.

”Delapan
puluh persen panas. Kemudian, sekitar 60 persen adalah munculnya batuk dan
sekitar 50 persen pilek,” urainya. Munculnya selalu dari tiga gejala itu. Ada
yang mengalami salah satunya, ada pula yang mengalami ketiganya. Bila kondisi
tersebut dibiarkan menjadi berat, yang terjadi berikutnya adalah kesulitan
bernapas. Itu ditandai dengan adanya pneumonia. Selanjutnya, yang terjadi
adalah kekurangan oksigen. Bila sudah demikian, akibatnya kompleks pada tubuh.
Dimulai dengan gagal ginjal, lalu gagal jantung dan liver, sehingga jatuh pada
kondisi multiorgan failure. ”Ini yang menyebabkan kematian,” jelasnya.
Pneumonia juga mengakibatkan sepsis karena daya tahan tubuh menjadi lemah.
Bakteri dalam tubuh yang jumlahnya selama ini terkontrol akan berkembang
menjadi tidak terkendali. Timbullah sepsis bakteri.

Disinggung
mengenai kasus 27 yang disebut sebagai kasus lokal, Yuri menyatakan, pihaknya
masih terus menelusuri sumbernya. Sebab, kasus 27 sama sekali tidak terkait dan
tidak pernah berinteraksi dengan seluruh kasus lainnya. Pihaknya juga
menelusuri kontak dekat kasus 27 untuk mengetahui apakah dia sudah menularkan
virusnya.

Pemprov
Bali Isolasi Suami Pasien Meninggal

Menurut
Sekdaprov Bali yang juga Ketua Satgas Penanggulangan Covid-19 Bali Dewa Made
Indra, Pemprov Bali malah baru mengetahui pasien WNA itu positif korona setelah
meninggal pada pukul 02.45 kemarin.

Baca Juga :  PKN 2023, Wadah Kolektif Wujud Kolaborasi dari Kebudayaan untuk Bumi Lestari

Dia
menjelaskan, WNA tersebut adalah imported case. Dia datang ke Bali
bersama suaminya pada 29 Februari. Kemudian, jatuh sakit dengan gejala demam
hingga dibawa ke rumah sakit swasta pada 3 Maret. Karena tidak kunjung sembuh,
dia dirujuk ke RS Sanglah pada 9 Maret. Dia menjelaskan, jenazah pasien tidak
dibawa balik ke negaranya, tetapi langsung dikremasi di pemakaman Taman Mumbul,
Badung, pukul 12.30 kemarin (11/3).

Kenapa
pasien tersebut bisa lolos di pemeriksaan bandara? Dewa Indra menjelaskan, kala
itu suhu tubuh WNA tersebut normal, di bawah 38 derajat Celsius. Karena itu,
tidak ada pemeriksaan medis lainnya. ”Artinya, pada saat itu belum masa
inkubasi,” terangnya kepada Jawa Pos Radar Bali.

Pemprov
Bali sudah melacak orang-orang yang pernah berinteraksi dengan WNA itu.
Hasilnya, ditemukan 21 orang. Mereka sudah diisolasi di rumah masing-masing.
Semua sudah menjalani pemeriksaan kesehatan dengan swab untuk diuji di
Litbangkes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan). Suami pasien juga
diisolasi di RS Sanglah pada 9 Maret. ”Suami korban dalam keadaan sehat,” tambahnya.

KBRI
Riyadh Pantau Mukimin Saudi

Pemerintah
Arab Saudi masih memberlakukan isolasi untuk Kota Qatif. Kota di sisi timur
Arab Saudi itu diisolasi karena menjadi pusat persebaran virus korona. Kota
tersebut juga menjadi salah satu kantong WNI alias mukimin.

Pelaksana
Fungsi Penerangan, Sosial, dan Budaya (Pensosbud) KBRI Riyadh Djoko Sulastomo
mengatakan, WNI yang ada di Kota Qatif sebanyak 472 orang. ”Alhamdulillah, WNI
di sana (Kota Qatif, Red) baik-baik saja. Untuk saat ini belum ada WNI di
seluruh Arab Saudi yang terkena korona,” katanya kemarin (11/3).

Menurut
Joko, pekerjaan WNI yang berada di Kota Qatif beragam. Ada yang bekerja di
salon, restoran cepat saji, dan pembantu rumah tangga (PRT). Namun, mayoritas
bekerja di restoran. Dia juga mengatakan, sampai saat ini kondisi Kota Qatif
masih diisolasi. Akses keluar masuk kota tersebut dibatasi.

Data dari
pemerintah Arab Saudi, jumlah pasien virus korona di sana 20 kasus. Jumlah itu
bertahan sejak beberapa hari lalu. Pusat persebarannya ada di Kota Qatif. Di
kota basis Syiah tersebut, ditemukan 14 kasus positif korona. Kasus korona lain
berada di Riyadh dan kota lain.(jpc)

 

Angka
positif Covid-19 kemarin memang bertambah menjadi 34 kasus. Meski demikian,
harapan baru mulai muncul. Sebab, dua pasien yang terinfeksi virus korona
dinyatakan sembuh.

Kepastian
sembuhnya dua pasien itu disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan
Covid-19 Achmad Yuriawan di kantor presiden kemarin (11/3). Pasien yang sembuh
itu disebut dengan kasus 06 dan kasus 14.

Kasus 06
adalah kru kapal pesiar Diamond Princess yang tertular saat masih bekerja di
kapal itu. Sedangkan kasus 14 adalah WNI yang baru pulang dari luar negeri.

”Pasien
06 dan 14 ini sudah dua kali diperiksa (virusnya) negatif,” terang Yuri. Dua
kali pemeriksaan virus itu adalah standar yang berlaku di semua negara sebelum
menyatakan pasien Covid-19 sembuh. Selama dirawat, keduanya semakin minim
keluhan. Hasil tesnya akhirnya negatif.

Perawatan
terhadap pasien positif Covid-19 bukan perawatan medis gawat sebagaimana
dibayangkan beberapa pihak. Para pasien itu sebetulnya hanya menjalani terapi
untuk memperkuat imunitas. Termasuk dengan mengonsumsi vitamin. Dengan cara
itu, virus akan mati dengan sendirinya karena imun pasien sudah kuat. Mayoritas
pasien juga tidak menggunakan infus maupun oksigen.

Meski
hanya diterapi, mereka tetap diisolasi. Tujuannya, mencegah interaksi dengan
siapa pun yang berpotensi membuat virus-nya pindah. Pengecualian dilakukan
terhadap pasien dengan penyakit bawaan. Mereka harus mendapat perawatan ekstra
karena penyakit bawaan itu membuat kondisinya menjadi berat.

Kedua
pasien tersebut boleh pulang kemarin. Sebelumnya, mereka dibrifing oleh tim
dari Kemenkes dan RSPI. Keduanya diminta melaksanakan isolasi diri selama dua
pekan ke depan. Baik dari keluarga maupun lingkungan sosialnya. ”Meskipun sudah
negatif, masih kita harapkan mereka berhati-hati,” lanjutnya.

Selama
masa isolasi diri, mereka diminta tetap mengenakan masker saat beraktivitas.
Kemudian, sebisanya menghindari kontak dekat dengan keluarga. Mereka juga
diminta tidak menggunakan alat makan dan minum bersama. Ditambah, mengurangi
aktivitas di luar rumah ataupun bertemu dengan orang lain. Mereka juga masih
dipantau dinas kesehatan.

Di saat
hampir bersamaan, kemarin dini hari, sekitar pukul 02.00, satu pasien meninggal
dunia. Dia adalah kasus 25, WNA perempuan berusia 53 tahun. Sebelum meninggal,
dia dirawat di RS Sanglah, Denpasar, Bali. ”Pasien ini masuk rumah sakit sudah
dalam keadaan sakit berat,” tutur Yuri. Sebab, sebelum terpapar Covid-19, dia
mengidap sejumlah penyakit berat.

Mulai
diabetes, hipertensi, hipertiroid, hingga penyakit paru obstruksi menahun yang
cukup lama diderita. Penyakit-penyakit itu membuat daya tahan tubuh
penderitanya melemah. Makin berisiko tatkala dia tertular Covid-19. Sebab,
Covid-19 akan memperburuk kondisi penyakit-penyakit tersebut.

Baca Juga :  23 Hari Tahun 2021, Sudah 197 Bencana Terjadi di Indonesia

Hingga
saat ini, contact tracing terhadap kontak-kontak dekat para pasien masih
dilakukan. Namun, kendala utamanya adalah kemampuan pasien untuk mengingat.
Selama 14 hari terakhir dengan siapa saja dia berinteraksi jarak dekat.
Penelusuran sangat bergantung pada keterangan pasien.

Mengenai
kasus positif Covid-19 yang bertambah tujuh orang lagi, menurut Yuri,
semuanya imported case (tidak tertular di dalam negeri alias
tertular dari WNA). Tujuh orang itu WNI. Dengan demikian, saat ini pasien
Covid-19 yang masih dirawat berjumlah 31 orang.

Tujuh
kasus baru itu didapat dari penelusuran dengan menggunakan kartu kewaspadaan
kesehatan (health alert card). Mereka sudah mengisinya saat tiba di bandara.
Lalu, saat timbul gejala flu, mereka memeriksakan diri dengan menunjukkan kartu
tersebut. Dari situlah Kemenkes mengambil tindakan sehingga akhirnya mereka
dinyatakan positif Covid-19. Rata-rata gejala yang tampak saat dinyatakan
positif adalah sakit ringan menjurus sedang. Mereka saat ini sudah diisolasi di
sejumlah RS di beberapa kabupaten/kota untuk mencegah penularan.

Yuri
menjelaskan, Covid-19 di Indonesia diterjemahkan sebagai bencana nonalam.
Karena itu, pemerintah juga melakukan aksi tanggap darurat. Beberapa bentuknya
adalah mengisolasi pasien dan mencari kontak-kontak dekat pasien untuk
diperiksa. Gejala awal klinisnya adalah flu.

”Delapan
puluh persen panas. Kemudian, sekitar 60 persen adalah munculnya batuk dan
sekitar 50 persen pilek,” urainya. Munculnya selalu dari tiga gejala itu. Ada
yang mengalami salah satunya, ada pula yang mengalami ketiganya. Bila kondisi
tersebut dibiarkan menjadi berat, yang terjadi berikutnya adalah kesulitan
bernapas. Itu ditandai dengan adanya pneumonia. Selanjutnya, yang terjadi
adalah kekurangan oksigen. Bila sudah demikian, akibatnya kompleks pada tubuh.
Dimulai dengan gagal ginjal, lalu gagal jantung dan liver, sehingga jatuh pada
kondisi multiorgan failure. ”Ini yang menyebabkan kematian,” jelasnya.
Pneumonia juga mengakibatkan sepsis karena daya tahan tubuh menjadi lemah.
Bakteri dalam tubuh yang jumlahnya selama ini terkontrol akan berkembang
menjadi tidak terkendali. Timbullah sepsis bakteri.

Disinggung
mengenai kasus 27 yang disebut sebagai kasus lokal, Yuri menyatakan, pihaknya
masih terus menelusuri sumbernya. Sebab, kasus 27 sama sekali tidak terkait dan
tidak pernah berinteraksi dengan seluruh kasus lainnya. Pihaknya juga
menelusuri kontak dekat kasus 27 untuk mengetahui apakah dia sudah menularkan
virusnya.

Pemprov
Bali Isolasi Suami Pasien Meninggal

Menurut
Sekdaprov Bali yang juga Ketua Satgas Penanggulangan Covid-19 Bali Dewa Made
Indra, Pemprov Bali malah baru mengetahui pasien WNA itu positif korona setelah
meninggal pada pukul 02.45 kemarin.

Baca Juga :  PKN 2023, Wadah Kolektif Wujud Kolaborasi dari Kebudayaan untuk Bumi Lestari

Dia
menjelaskan, WNA tersebut adalah imported case. Dia datang ke Bali
bersama suaminya pada 29 Februari. Kemudian, jatuh sakit dengan gejala demam
hingga dibawa ke rumah sakit swasta pada 3 Maret. Karena tidak kunjung sembuh,
dia dirujuk ke RS Sanglah pada 9 Maret. Dia menjelaskan, jenazah pasien tidak
dibawa balik ke negaranya, tetapi langsung dikremasi di pemakaman Taman Mumbul,
Badung, pukul 12.30 kemarin (11/3).

Kenapa
pasien tersebut bisa lolos di pemeriksaan bandara? Dewa Indra menjelaskan, kala
itu suhu tubuh WNA tersebut normal, di bawah 38 derajat Celsius. Karena itu,
tidak ada pemeriksaan medis lainnya. ”Artinya, pada saat itu belum masa
inkubasi,” terangnya kepada Jawa Pos Radar Bali.

Pemprov
Bali sudah melacak orang-orang yang pernah berinteraksi dengan WNA itu.
Hasilnya, ditemukan 21 orang. Mereka sudah diisolasi di rumah masing-masing.
Semua sudah menjalani pemeriksaan kesehatan dengan swab untuk diuji di
Litbangkes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan). Suami pasien juga
diisolasi di RS Sanglah pada 9 Maret. ”Suami korban dalam keadaan sehat,” tambahnya.

KBRI
Riyadh Pantau Mukimin Saudi

Pemerintah
Arab Saudi masih memberlakukan isolasi untuk Kota Qatif. Kota di sisi timur
Arab Saudi itu diisolasi karena menjadi pusat persebaran virus korona. Kota
tersebut juga menjadi salah satu kantong WNI alias mukimin.

Pelaksana
Fungsi Penerangan, Sosial, dan Budaya (Pensosbud) KBRI Riyadh Djoko Sulastomo
mengatakan, WNI yang ada di Kota Qatif sebanyak 472 orang. ”Alhamdulillah, WNI
di sana (Kota Qatif, Red) baik-baik saja. Untuk saat ini belum ada WNI di
seluruh Arab Saudi yang terkena korona,” katanya kemarin (11/3).

Menurut
Joko, pekerjaan WNI yang berada di Kota Qatif beragam. Ada yang bekerja di
salon, restoran cepat saji, dan pembantu rumah tangga (PRT). Namun, mayoritas
bekerja di restoran. Dia juga mengatakan, sampai saat ini kondisi Kota Qatif
masih diisolasi. Akses keluar masuk kota tersebut dibatasi.

Data dari
pemerintah Arab Saudi, jumlah pasien virus korona di sana 20 kasus. Jumlah itu
bertahan sejak beberapa hari lalu. Pusat persebarannya ada di Kota Qatif. Di
kota basis Syiah tersebut, ditemukan 14 kasus positif korona. Kasus korona lain
berada di Riyadh dan kota lain.(jpc)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru