28.3 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Jurnalis Reuters yang Akhirnya Bebas dari Penjara

Kemarin (7/5) Presiden
Myanmar Win Myint membagi-bagikan amnesti. Di antara 6.520 tahanan yang
dibebaskan, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo termasuk di dalamnya. Mereka adalah
jurnalis Reuters yang ditahan gara-gara menginvestigasi pembantaian warga
Rohingya.

MOE Thin Wai Zan
tertawa ceria ketika melihat sang ayah, Kyaw Soe Oo. Bocah 3 tahun itu langsung
minta digendong. Dia tak ingin lepas dari ayahnya. Kebahagiaan serupa dirasakan
istri Kyaw Soe O, Chit Su Win. Setelah mendekam selama 511 hari di balik jeruji
besi, suaminya kini sudah menjadi orang bebas.

“Tak ada kata-kata
yang bisa mewakili kebahagiaan yang saya rasakan,” ujar Chit Su Win sebagaimana
dikutip The New York Times. Dia berterima kasih kepada pemerintah Myanmar dan
para kolega suaminya yang telah membantu pembebasan.

Perempuan itu tak mau
menaruh dendam kepada siapa pun meski tahu suaminya tak bersalah. Rekan Kyaw
Soe Oo, Wa Lone, juga ikut dibebaskan.

Penahanan Wa Lone dan
Kyaw Soe Oo memang kontroversial. Mereka ditangkap pada 12 Desember 2017 dengan
dakwaan melanggar undang-undang rahasia negara. Hukuman yang dijatuhkan lumayan
lama, yakni 7 tahun penjara. Hanya dalam hitungan hari setelah dipenjara, Wa
Lone mendapat kabar bahwa istrinya, Pan Ei Mon, tengah hamil. Wa Lone tak bisa
menemani istrinya melahirkan.

Baca Juga :  3 WNI Disandera di Filipina, Pemerintah Siapkan Skenario Rahasia

Dilansir BBC, ketika
itu Wa Lone dan Kyaw Soe Oo melaporkan pembantaian 10 warga muslim Rohingya di
Rakhine yang terjadi pada September 2017. Mereka juga menyelidiki kuburan masal
di Desa Inn Din dan lebih dari 740 ribu penduduk Rohingya melarikan diri ke
Bangladesh.

Wawancara dengan
penduduk Buddha setempat dan petugas keamanan, serta foto-foto bukti
pembantaian dikumpulkan dan diungkap melalui Reuters. Laporan yang membuka aib
Myanmar terpampang nyata secara global itu membuat militer berang dan menjebak
mereka.

Malam saat mereka
ditangkap, seorang polisi meminta bertemu dengan Wa Lone. Kepala biro Reuters
di tempatnya bekerja meminta dia membawa jurnalis lain. Kyaw Soe Oo diajak. Dua
polisi mengajak mereka makan dan minum-minum. Saat akan pulang, seorang pria
memberikan koran kepada Wa Lone. Di dalamnya ada dokumen. Saat itulah mereka
tiba-tiba ditangkap karena membawa dokumen rahasia negara.

Berbagai usaha
dilakukan Reuters, lembaga HAM, dan para aktivis untuk membebaskan
mereka. Sayangnya, semua usaha sia-sia. Selama berada di penjara, Wa Lone dan
Kyaw Soe Oo mendapat setidaknya 10 penghargaan. Salah satunya adalah Pulitzer
Prize. Nama Wa Lone dan Kyaw Soe Oo juga masuk dalam daftar Person of the Year
versi majalah Time bersama dengan beberapa jurnalis lain.

Baca Juga :  Malaysia Perpanjang Lockdown Hingga Batas Waktu Tak Ditentukan

Karena itulah,
pembebasan Wa Lone dan Kyaw Soe Oo langsung disambut baik oleh banyak pihak.
Banyak yang tak menyangka bahwa nama mereka masuk dalam daftar penerima amnesti
presiden.

Zaw Htay, juru bicara
pemerintah Myanmar, mengungkapkan bahwa keluarga dua jurnalis itu menulis surat
kepada Suu Kyi dan Presiden Win Myint. Karena itulah, dengan berbagai
pertimbangan, mereka akhirnya dibebaskan.

”Kami sangat senang
Myanmar telah membebaskan jurnalis-jurnalis kami yang pemberani,” tutur
Pemimpin Redaksi Reuters Stephen Adler.

Meski berada di balik
jeruji besi selama ratusan hari, terbukti dua jurnalis itu tak lantas jera
untuk menulis berita dan mengungkap kebenaran. ”Saya tak sabar pergi ke ruang
redaksi. Saya seorang jurnalis dan akan tetap menjalani (profesi, Red) itu,”
kata Wa Lone.(jpc)

 

 

 

Kemarin (7/5) Presiden
Myanmar Win Myint membagi-bagikan amnesti. Di antara 6.520 tahanan yang
dibebaskan, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo termasuk di dalamnya. Mereka adalah
jurnalis Reuters yang ditahan gara-gara menginvestigasi pembantaian warga
Rohingya.

MOE Thin Wai Zan
tertawa ceria ketika melihat sang ayah, Kyaw Soe Oo. Bocah 3 tahun itu langsung
minta digendong. Dia tak ingin lepas dari ayahnya. Kebahagiaan serupa dirasakan
istri Kyaw Soe O, Chit Su Win. Setelah mendekam selama 511 hari di balik jeruji
besi, suaminya kini sudah menjadi orang bebas.

“Tak ada kata-kata
yang bisa mewakili kebahagiaan yang saya rasakan,” ujar Chit Su Win sebagaimana
dikutip The New York Times. Dia berterima kasih kepada pemerintah Myanmar dan
para kolega suaminya yang telah membantu pembebasan.

Perempuan itu tak mau
menaruh dendam kepada siapa pun meski tahu suaminya tak bersalah. Rekan Kyaw
Soe Oo, Wa Lone, juga ikut dibebaskan.

Penahanan Wa Lone dan
Kyaw Soe Oo memang kontroversial. Mereka ditangkap pada 12 Desember 2017 dengan
dakwaan melanggar undang-undang rahasia negara. Hukuman yang dijatuhkan lumayan
lama, yakni 7 tahun penjara. Hanya dalam hitungan hari setelah dipenjara, Wa
Lone mendapat kabar bahwa istrinya, Pan Ei Mon, tengah hamil. Wa Lone tak bisa
menemani istrinya melahirkan.

Baca Juga :  3 WNI Disandera di Filipina, Pemerintah Siapkan Skenario Rahasia

Dilansir BBC, ketika
itu Wa Lone dan Kyaw Soe Oo melaporkan pembantaian 10 warga muslim Rohingya di
Rakhine yang terjadi pada September 2017. Mereka juga menyelidiki kuburan masal
di Desa Inn Din dan lebih dari 740 ribu penduduk Rohingya melarikan diri ke
Bangladesh.

Wawancara dengan
penduduk Buddha setempat dan petugas keamanan, serta foto-foto bukti
pembantaian dikumpulkan dan diungkap melalui Reuters. Laporan yang membuka aib
Myanmar terpampang nyata secara global itu membuat militer berang dan menjebak
mereka.

Malam saat mereka
ditangkap, seorang polisi meminta bertemu dengan Wa Lone. Kepala biro Reuters
di tempatnya bekerja meminta dia membawa jurnalis lain. Kyaw Soe Oo diajak. Dua
polisi mengajak mereka makan dan minum-minum. Saat akan pulang, seorang pria
memberikan koran kepada Wa Lone. Di dalamnya ada dokumen. Saat itulah mereka
tiba-tiba ditangkap karena membawa dokumen rahasia negara.

Berbagai usaha
dilakukan Reuters, lembaga HAM, dan para aktivis untuk membebaskan
mereka. Sayangnya, semua usaha sia-sia. Selama berada di penjara, Wa Lone dan
Kyaw Soe Oo mendapat setidaknya 10 penghargaan. Salah satunya adalah Pulitzer
Prize. Nama Wa Lone dan Kyaw Soe Oo juga masuk dalam daftar Person of the Year
versi majalah Time bersama dengan beberapa jurnalis lain.

Baca Juga :  Malaysia Perpanjang Lockdown Hingga Batas Waktu Tak Ditentukan

Karena itulah,
pembebasan Wa Lone dan Kyaw Soe Oo langsung disambut baik oleh banyak pihak.
Banyak yang tak menyangka bahwa nama mereka masuk dalam daftar penerima amnesti
presiden.

Zaw Htay, juru bicara
pemerintah Myanmar, mengungkapkan bahwa keluarga dua jurnalis itu menulis surat
kepada Suu Kyi dan Presiden Win Myint. Karena itulah, dengan berbagai
pertimbangan, mereka akhirnya dibebaskan.

”Kami sangat senang
Myanmar telah membebaskan jurnalis-jurnalis kami yang pemberani,” tutur
Pemimpin Redaksi Reuters Stephen Adler.

Meski berada di balik
jeruji besi selama ratusan hari, terbukti dua jurnalis itu tak lantas jera
untuk menulis berita dan mengungkap kebenaran. ”Saya tak sabar pergi ke ruang
redaksi. Saya seorang jurnalis dan akan tetap menjalani (profesi, Red) itu,”
kata Wa Lone.(jpc)

 

 

 

Terpopuler

Artikel Terbaru