26.3 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Gonjang Ganjing Kerajaan Penjaga Kota Suci Yerusalem

PROKALTENG.CO – Kerajaan Yordania biasanya jauh dari pemberitaan
terkait perebutan kekuasaan. Apalagi kerajaan itu tak sekaya tetangganya, Arab
Saudi. Namun, akhir pekan lalu, kantor berita Inggris BBC memberitakan gonjang
ganjing di kerajaan yang menjadi penjaga kota suci Yerusalem.

Dilansir RM.id, disebutkan,
mantan Putra Mahkota, Pangeran Hamzah bin Hussein mengatakan, dirinya menjadi
tahanan rumah. Bahkan tidak diizinkan berbicara dengan orang lain. Tapi dia
berhasil mengirimkan video ke kantor berita Inggris, BBC, lewat pengacaranya.

Video itu beredar ketika tersiar
kabar bahwa anggota keluarga kerajaan, Hassan bin Zaid dan mantan kepala
kerajaan Basem Awadalah ditangkap dengan alasan keamanan pada Sabtu (3/4/2021).
Hamzah juga ditahan pada hari yang sama.

Dalam video itu, Hamzah
mengatakan, kepala staf militer sempat mengunjunginya. Selain dirinya, sejumlah
rekannya juga ditangkap. Di saat yang sama, Hamzah membantah menjadi bagian
dari konspirasi terhadap saudara tirinya Raja Abdullah II. Dia menyebut,
dirinya tidak bertanggung jawab atas kegagalan dalam pemerintahan.

Namun Hamzah mengkritik korupsi
di kerajaan dengan populasi 10 juta orang itu. “Sayangnya negara ini telah
terhalang korupsi, nepotisme, dan salah aturan dan akibatnya adalah kehancuran
atau hilangnya harapan,” sesalnya.

Baca Juga :  Arab Saudi dan Kuba Masuk Daftar Hitam AS

Sebelumnya, tentara mengatakan
telah memperingatkan Hamzah agar tidak merusak keamanan negara. Militer juga
membantah bahwa pihaknya melakukan penahanan. Kepala Staf Gabungan Mayjen
Yousef Huneiti menegaskan, apa yang diberitakan tentang penangkapan Pangeran
Hamzah tidak benar.

“Tapi pangeran telah diminta
untuk menghentikan beberapa kegiatan yang dapat digunakan untuk mengguncang
stabilitas dan keamanan Yordania,” lanjutnya.

Menanggapi kehebohan diakibatkan
video tersebut, Wakil PM Ayman Safadi berkomentar. ia menuding Hamzah telah
memutarbalikkan fakta dan berusaha menarik empati. Dilansir kantor berita
negara, Petra, Safadi mengatakan, Hamzah telah berbicara dengan pihak di luar
negeri tentang mengacaukan stabilitas negara dan pemerintah sudah lama
mengawasinya.

“Sang pangeran berusaha
menggerakkan para pemimpin klan untuk melawan pemerintah. Tetapi rencana
tersebut telah dihentikan sejak awal,” kata Safadi seperti dikutip Petra.

Sosok Pangeran Hamzah

Pangeran Hamzah adalah putra
sulung mendiang Raja Hussein bin Talal dan istri kesayangannya, Ratu Noor. Ia
adalah lulusan Sekolah Harrow di Inggris dan Akademi Militer Kerajaan di
Sandhurst. Dia juga kuliah di Universitas Harvard AS dan pernah bertugas di angkatan
bersenjata Yordania.

Baca Juga :  Alex Chow, Korban Tewas Pertama Aksi Massa Hongkong

Ia dinilai sangat mirip dengan
ayahnya, Raja Hussein, dan juga sangat populer di kalangan suku-suku setempat.
Dia dinobatkan sebagai putra mahkota Yordania pada 1999 dan merupakan anak
favorit Raja Hussein.

Akan tetapi dia dianggap masih
terlalu muda dan belum berpengalaman untuk diangkat menjadi penerus pada saat
kematian Raja Hussein. Beberapa tahun wafat, Raja Hussein menyepakati perjanjian
antara Yordania-Israel pada 1994. Dalam butir kesepakatan itu, ditegaskan bahwa
Yordania bertindak sebagai pelindung situs-situs berharga Islam dan Kristen
yang ada di Yerusalem.

Kakak tirinya, Abdullah, naik
tahta dan mencopot gelar putra mahkota dari Hamzah pada 2004, kemudian
memberikannya kepada putranya sendiri. Langkah itu dipandang sebagai pukulan
bagi Ratu Noor, yang berharap putra tertuanya menjadi raja.

Proses penangkapan Hamzah dan
beberapa anggota kerajaan lainnya, Sabtu (3/4) waktu setempat, dilakukan ketika
Yordania bersiap untuk menandai 100 tahun sejak kerajaan baru. Yang saat itu
bernama Transyordania didirikan bersama Palestina di bawah mandat Inggris.
Yordania mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun 1946 meskipun memiliki sedikit
kekayaan minyak, sangat kekurangan air dan berulang kali diguncang perang di
perbatasannya.

PROKALTENG.CO – Kerajaan Yordania biasanya jauh dari pemberitaan
terkait perebutan kekuasaan. Apalagi kerajaan itu tak sekaya tetangganya, Arab
Saudi. Namun, akhir pekan lalu, kantor berita Inggris BBC memberitakan gonjang
ganjing di kerajaan yang menjadi penjaga kota suci Yerusalem.

Dilansir RM.id, disebutkan,
mantan Putra Mahkota, Pangeran Hamzah bin Hussein mengatakan, dirinya menjadi
tahanan rumah. Bahkan tidak diizinkan berbicara dengan orang lain. Tapi dia
berhasil mengirimkan video ke kantor berita Inggris, BBC, lewat pengacaranya.

Video itu beredar ketika tersiar
kabar bahwa anggota keluarga kerajaan, Hassan bin Zaid dan mantan kepala
kerajaan Basem Awadalah ditangkap dengan alasan keamanan pada Sabtu (3/4/2021).
Hamzah juga ditahan pada hari yang sama.

Dalam video itu, Hamzah
mengatakan, kepala staf militer sempat mengunjunginya. Selain dirinya, sejumlah
rekannya juga ditangkap. Di saat yang sama, Hamzah membantah menjadi bagian
dari konspirasi terhadap saudara tirinya Raja Abdullah II. Dia menyebut,
dirinya tidak bertanggung jawab atas kegagalan dalam pemerintahan.

Namun Hamzah mengkritik korupsi
di kerajaan dengan populasi 10 juta orang itu. “Sayangnya negara ini telah
terhalang korupsi, nepotisme, dan salah aturan dan akibatnya adalah kehancuran
atau hilangnya harapan,” sesalnya.

Baca Juga :  Arab Saudi dan Kuba Masuk Daftar Hitam AS

Sebelumnya, tentara mengatakan
telah memperingatkan Hamzah agar tidak merusak keamanan negara. Militer juga
membantah bahwa pihaknya melakukan penahanan. Kepala Staf Gabungan Mayjen
Yousef Huneiti menegaskan, apa yang diberitakan tentang penangkapan Pangeran
Hamzah tidak benar.

“Tapi pangeran telah diminta
untuk menghentikan beberapa kegiatan yang dapat digunakan untuk mengguncang
stabilitas dan keamanan Yordania,” lanjutnya.

Menanggapi kehebohan diakibatkan
video tersebut, Wakil PM Ayman Safadi berkomentar. ia menuding Hamzah telah
memutarbalikkan fakta dan berusaha menarik empati. Dilansir kantor berita
negara, Petra, Safadi mengatakan, Hamzah telah berbicara dengan pihak di luar
negeri tentang mengacaukan stabilitas negara dan pemerintah sudah lama
mengawasinya.

“Sang pangeran berusaha
menggerakkan para pemimpin klan untuk melawan pemerintah. Tetapi rencana
tersebut telah dihentikan sejak awal,” kata Safadi seperti dikutip Petra.

Sosok Pangeran Hamzah

Pangeran Hamzah adalah putra
sulung mendiang Raja Hussein bin Talal dan istri kesayangannya, Ratu Noor. Ia
adalah lulusan Sekolah Harrow di Inggris dan Akademi Militer Kerajaan di
Sandhurst. Dia juga kuliah di Universitas Harvard AS dan pernah bertugas di angkatan
bersenjata Yordania.

Baca Juga :  Alex Chow, Korban Tewas Pertama Aksi Massa Hongkong

Ia dinilai sangat mirip dengan
ayahnya, Raja Hussein, dan juga sangat populer di kalangan suku-suku setempat.
Dia dinobatkan sebagai putra mahkota Yordania pada 1999 dan merupakan anak
favorit Raja Hussein.

Akan tetapi dia dianggap masih
terlalu muda dan belum berpengalaman untuk diangkat menjadi penerus pada saat
kematian Raja Hussein. Beberapa tahun wafat, Raja Hussein menyepakati perjanjian
antara Yordania-Israel pada 1994. Dalam butir kesepakatan itu, ditegaskan bahwa
Yordania bertindak sebagai pelindung situs-situs berharga Islam dan Kristen
yang ada di Yerusalem.

Kakak tirinya, Abdullah, naik
tahta dan mencopot gelar putra mahkota dari Hamzah pada 2004, kemudian
memberikannya kepada putranya sendiri. Langkah itu dipandang sebagai pukulan
bagi Ratu Noor, yang berharap putra tertuanya menjadi raja.

Proses penangkapan Hamzah dan
beberapa anggota kerajaan lainnya, Sabtu (3/4) waktu setempat, dilakukan ketika
Yordania bersiap untuk menandai 100 tahun sejak kerajaan baru. Yang saat itu
bernama Transyordania didirikan bersama Palestina di bawah mandat Inggris.
Yordania mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun 1946 meskipun memiliki sedikit
kekayaan minyak, sangat kekurangan air dan berulang kali diguncang perang di
perbatasannya.

Terpopuler

Artikel Terbaru