33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Setahun Covid-19 Landa Dunia, Asal Usul Virus Korona Masih Misteri

PROKALTENG.CO-Pandemi Covid-19 sudah setahun melanda
dunia. Namun, hingga kini asal usul virus Korona jenis baru yang menjadi penyebab
penyakit Covid-19 masih misteri. Spekulasi awal mula munculnya virus Korona
memang masih simpang siur.

Secara resmi memang virus Korona ditemukan di Wuhan,
Tiongkok, pada Desember 2019. Namun sebagian penelitian mengungkapkan virus ini
muncul dari kelelawar atau bahkan adanya spekulasi soal kebocoran laboratorium
di Wuhan juga sempat beredar.

Terkait masih menjadi misteri, Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), bisa dibilang mengiyakan. Pada pertengahan Desember 2020, tim
peneliti WHO mengatakan bakal bertandang ke Wuhan, Tiongkok, pada Januari 2021.
Mereka dikatakan bakal meneliti sampel medis dan binatang. Tidak hanya untuk
mengetahui dari binatang apa virus tersebut berasal, tetapi juga bagaimana bisa
menular ke manusia dan bermutasi.

Tim peneliti WHO juga akan mencari tahu apakah benar
bahwa Wuhan adalah tempat virus SARS-CoV-2 kali pertama muncul. Kasus Covid-19
kali pertama terjadi di kota tersebut dan para peneliti meyakini bahwa
penyebabnya berasal dari kelelawar.

Total ada 10 anggota tim peneliti WHO yang bakal
terbang ke Wuhan. Salah satunya adalah ahli biologi di Robert Koch Institute,
Jerman, Fabian Leendertz. Rencananya, mereka akan bekerja sama dengan ilmuwan
Tiongkok selama 4–5 pekan. “Tujuan utamanya adalah mencari tahu apa yang
terjadi,” ujar Leendertz seperti dilansir The Guardian.

Para ilmuwan memang harus mendapatkan jawaban
secepatnya dan mencari solusi terkait pandemi Covid-19. Sebab, hingga saat ini
penularan Covid-19 masih masif. WHO bahkan menyatakan bahwa vaksin bukan kunci
segalanya dalam mengakhiri pandemi.

Pasar Basah Wuhan

Sejak pertama kali ditemukan menyebar, virus Korona
jenis baru itu diduga berasal dari kelelawar dan menular ke manusia. Dan
sumbernya berasal dari pasar basah atau pasar hewan ekstrem di Wuhan. Pasar
tersebut menjual hewan-hewan ekstrem yang dikonsumsi manusia. Pemerintah
Tiongkok juga mengatakan wabah itu dimulai dari dalam pasar basah di Wuhan.

Seiring berjalannya waktu, penelitian mengungkapkan
fakta baru. Para peneliti menduga Covid-19 sebetulnya sudah ditemukan sejak
lama. Bukan dari pasar basah di Wuhan, Tiongkok, tapi dari sebuah aktivitas
pertambangan dan sudah ditemukan sejak tahun 2012.

Penambang dari tambang di provinsi Yunnan, di barat
daya Tiongkok tertular penyakit pernapasan setelah terpapar kelelawar. Penemuan
ini dilakukan oleh ahli virologi Jonathan Latham dan ahli biologi molekuler
Allison Wilson, keduanya dari Proyek Sumber Daya Biosains di Ithaca, New York.

Baca Juga :  Algoritma Medsos Tanpa Etika Suburkan Ekstremis Online

Latham dan Wilson menerjemahkan tesis master setebal
66 halaman yang dibuat pada 2013. Penulis tesis ini adalah dokter medis
Tiongkok yang merawat penambang yang terinfeksi dan mengirim jaringan mereka
yang terinfeksi ke Institut Virologi Wuhan untuk diuji.

“Bukti ini telah membuat kami mempertimbangkan
kembali semua tentang asal-usul pandemi Covid-19,” kata peneliti kepada
Independent Science News.

Penemuan tersebut juga mendorong kasus penyakit yang
tersembunyi pada tahun 2012 dapat menyebabkan pandemi global. Dalam laporan
tersebut, tercatat bahwa pada April 2012, enam penambang dari tambang Mojiang
di Yunnan terkena penyakit tersebut setelah 14 hari membersihkan kotoran
kelelawar dari tambang. Tiga dari penambang tersebut meninggal dunia.

Dokter yang merawat para penambang, Li Xu
menggambarkan gejala pasien mengalani demam tinggi, batuk kering, sakit nyeri
badan, dan dalam beberapa kasus sakit kepala. “Ini semua adalah gejala yang
sekarang terkait dengan Covid-19,” kata sang dokter.

Bahkan proses pengobatannya mirip seperti pengobatan
penyakit Covid-19. Yaitu penambang dirawat dengan ventilator dan campuran
obat-obatan termasuk steroid, pengencer darah, dan antibiotik.

Laboratorium di Wuhan

Teori-teori lain terkait virus Korona bermunculan.
Para ilmuwan dari Universitas Teknologi Tiongkok Selatan di Guangzhou
mengatakan kemungkinan asal virus itu berasal dari Pusat Pengendalian Penyakit
Wuhan (WCDC).

Cendekiawan Botao Xiao dan Lei Xiao menerbitkan
jurnal penelitian berjudul “Kemungkinan asal mula coronavirus 2019-nCoV” di
Research Gate. Mereka mengklaim WCDC menjadi rumah hewan di laboratorium untuk
tujuan penelitian, termasuk 605 kelelawar yang ditangkap di provinsi Hubei dan
Zhejiang.

Laporan tersebut menyebutkan seorang peneliti, yang
dikenal sebagai JH Tian, ​​pernah diserang oleh kelelawar dan ada darah
kelelawar di kulitnya. Tian mengkarantina dirinya selama 28 hari setelah
kelelawar kencing di tubuhnya.

Laboratorium tersebut terletak 280 meter dari pasar
basah yang terkenal di Wuhan. Lokasinya berdekatan dengan rumah sakit Union
tempat kelompok dokter pertama terinfeksi. “Masuk akal bahwa virus bocor di
sekitar itu. Beberapa hari kemudian sejumlah orang terkontaminasi sebagai
pasien awal dalam epidemi ini, meskipun bukti kuat diperlukan dalam penelitian
di masa depan,” jelas JH Tian.

Baca Juga :  Ilmuwan Temukan Mutasi Virus Corona Kebal Vaksin

Laboratorium kedua terletak sekitar 12 km dari pasar
basah. Laboratorium ini melaporkan bahwa kelelawar tapal kuda Tiongkok adalah
reservoir alami untuk Coronavirus sindrom pernapasan akut (SARS-CoV) yang
menyebabkan Wabah SARS pada tahun 2003. Laboratorium tersebut milik Institut
Virologi Wuhan dan diklasifikasikan sebagai P4, yakni memiliki tingkat keamanan
terbaik di laboratorium biosafety.

Diduga Dibuat Manuasia

Pada akhir November 2020, sebuah penelitian
mengungkapkan hal baru. Sejumlah ilmuwan sebelumnya menduga asal usul virus
Korona berasal dari laboratorium, bukan dari alam. Penelitian terbaru menemukan
adanya dugaan manipulasi genetik pada genom virus Korona.

Dilansir dari Science Times, Jumat (27/11/2020),
penelitian terbaru yang diterbitkan di Wiley Online Library mengklaim struktur
chimeric dan situs pembelahan furin SARS-CoV-2 mungkin merupakan hasil dari
manipulasi genetik. Dengan kata lain, tak menutup kemungkinan bahwa virus itu
buatan manusia atau buatan laboratorium. Asal virus dari laboratorium bukanlah
teori konspirasi tanpa dasar.

Menurut para peneliti, asal laboratorium SARS-CoV-2
bukanlah teori konspirasi tak berdasar. Mereka menambahkan bahwa peneliti
memiliki tanggung jawab untuk mempertimbangkan setiap kemungkinan asal mula
SARS-CoV-2.

Analisis struktur genom virus menunjukkan bahwa
virus tersebut kemungkinan besar bersifat chimeric. Dengan kata lain, itu
adalah kombinasi dari virus Korona kelelawar RaTG13 yang menyusun urutannya.
Sedangkan domain pengikat reseptornya (RBD) hampir mirip dengan virus corona
yang ditemukan pada trenggiling.

Artikel terbaru yang dimuat di Nature juga
menyebutkan bahwa asal virus Korona dari laboratorium tidak boleh
dikesampingkan. Ada kemungkinan bahwa para ilmuwan yang melakukan percobaan
bisa saja terinfeksi secara tidak sengaja, yang kemudian mulai menyebar ke
manusia. Mereka mencatat bahwa manipulasi genetik virus SARS-CoV-2 dapat
dilakukan di laboratorium mana pun di dunia yang memiliki akses dan peralatan
yang diperlukan untuk tidak meninggalkan jejak percobaan.

Sebelumnya, ilmuwan Australia Profesor Nikolai
Petrovsky mengatakan bahwa penelitiannya menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat
beradaptasi dengan sempurna pada sel manusia daripada pada hewan lain. Klaim
ini mendorong banyak ahli untuk mempertanyakan asal mula virus apakah itu
buatan manusia, atau dari alam.

Meski begitu, klaim ini berkali-kali dibantah,
terutama oleh para ilmuwan di Tiongkok tempat kasus pertama dilaporkan. Para
peneliti mengatakan bahwa untuk memecahkan misteri asal-usul Covid-19,
penyelidikan menyeluruh masih sangat dibutuhkan.

PROKALTENG.CO-Pandemi Covid-19 sudah setahun melanda
dunia. Namun, hingga kini asal usul virus Korona jenis baru yang menjadi penyebab
penyakit Covid-19 masih misteri. Spekulasi awal mula munculnya virus Korona
memang masih simpang siur.

Secara resmi memang virus Korona ditemukan di Wuhan,
Tiongkok, pada Desember 2019. Namun sebagian penelitian mengungkapkan virus ini
muncul dari kelelawar atau bahkan adanya spekulasi soal kebocoran laboratorium
di Wuhan juga sempat beredar.

Terkait masih menjadi misteri, Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), bisa dibilang mengiyakan. Pada pertengahan Desember 2020, tim
peneliti WHO mengatakan bakal bertandang ke Wuhan, Tiongkok, pada Januari 2021.
Mereka dikatakan bakal meneliti sampel medis dan binatang. Tidak hanya untuk
mengetahui dari binatang apa virus tersebut berasal, tetapi juga bagaimana bisa
menular ke manusia dan bermutasi.

Tim peneliti WHO juga akan mencari tahu apakah benar
bahwa Wuhan adalah tempat virus SARS-CoV-2 kali pertama muncul. Kasus Covid-19
kali pertama terjadi di kota tersebut dan para peneliti meyakini bahwa
penyebabnya berasal dari kelelawar.

Total ada 10 anggota tim peneliti WHO yang bakal
terbang ke Wuhan. Salah satunya adalah ahli biologi di Robert Koch Institute,
Jerman, Fabian Leendertz. Rencananya, mereka akan bekerja sama dengan ilmuwan
Tiongkok selama 4–5 pekan. “Tujuan utamanya adalah mencari tahu apa yang
terjadi,” ujar Leendertz seperti dilansir The Guardian.

Para ilmuwan memang harus mendapatkan jawaban
secepatnya dan mencari solusi terkait pandemi Covid-19. Sebab, hingga saat ini
penularan Covid-19 masih masif. WHO bahkan menyatakan bahwa vaksin bukan kunci
segalanya dalam mengakhiri pandemi.

Pasar Basah Wuhan

Sejak pertama kali ditemukan menyebar, virus Korona
jenis baru itu diduga berasal dari kelelawar dan menular ke manusia. Dan
sumbernya berasal dari pasar basah atau pasar hewan ekstrem di Wuhan. Pasar
tersebut menjual hewan-hewan ekstrem yang dikonsumsi manusia. Pemerintah
Tiongkok juga mengatakan wabah itu dimulai dari dalam pasar basah di Wuhan.

Seiring berjalannya waktu, penelitian mengungkapkan
fakta baru. Para peneliti menduga Covid-19 sebetulnya sudah ditemukan sejak
lama. Bukan dari pasar basah di Wuhan, Tiongkok, tapi dari sebuah aktivitas
pertambangan dan sudah ditemukan sejak tahun 2012.

Penambang dari tambang di provinsi Yunnan, di barat
daya Tiongkok tertular penyakit pernapasan setelah terpapar kelelawar. Penemuan
ini dilakukan oleh ahli virologi Jonathan Latham dan ahli biologi molekuler
Allison Wilson, keduanya dari Proyek Sumber Daya Biosains di Ithaca, New York.

Baca Juga :  Algoritma Medsos Tanpa Etika Suburkan Ekstremis Online

Latham dan Wilson menerjemahkan tesis master setebal
66 halaman yang dibuat pada 2013. Penulis tesis ini adalah dokter medis
Tiongkok yang merawat penambang yang terinfeksi dan mengirim jaringan mereka
yang terinfeksi ke Institut Virologi Wuhan untuk diuji.

“Bukti ini telah membuat kami mempertimbangkan
kembali semua tentang asal-usul pandemi Covid-19,” kata peneliti kepada
Independent Science News.

Penemuan tersebut juga mendorong kasus penyakit yang
tersembunyi pada tahun 2012 dapat menyebabkan pandemi global. Dalam laporan
tersebut, tercatat bahwa pada April 2012, enam penambang dari tambang Mojiang
di Yunnan terkena penyakit tersebut setelah 14 hari membersihkan kotoran
kelelawar dari tambang. Tiga dari penambang tersebut meninggal dunia.

Dokter yang merawat para penambang, Li Xu
menggambarkan gejala pasien mengalani demam tinggi, batuk kering, sakit nyeri
badan, dan dalam beberapa kasus sakit kepala. “Ini semua adalah gejala yang
sekarang terkait dengan Covid-19,” kata sang dokter.

Bahkan proses pengobatannya mirip seperti pengobatan
penyakit Covid-19. Yaitu penambang dirawat dengan ventilator dan campuran
obat-obatan termasuk steroid, pengencer darah, dan antibiotik.

Laboratorium di Wuhan

Teori-teori lain terkait virus Korona bermunculan.
Para ilmuwan dari Universitas Teknologi Tiongkok Selatan di Guangzhou
mengatakan kemungkinan asal virus itu berasal dari Pusat Pengendalian Penyakit
Wuhan (WCDC).

Cendekiawan Botao Xiao dan Lei Xiao menerbitkan
jurnal penelitian berjudul “Kemungkinan asal mula coronavirus 2019-nCoV” di
Research Gate. Mereka mengklaim WCDC menjadi rumah hewan di laboratorium untuk
tujuan penelitian, termasuk 605 kelelawar yang ditangkap di provinsi Hubei dan
Zhejiang.

Laporan tersebut menyebutkan seorang peneliti, yang
dikenal sebagai JH Tian, ​​pernah diserang oleh kelelawar dan ada darah
kelelawar di kulitnya. Tian mengkarantina dirinya selama 28 hari setelah
kelelawar kencing di tubuhnya.

Laboratorium tersebut terletak 280 meter dari pasar
basah yang terkenal di Wuhan. Lokasinya berdekatan dengan rumah sakit Union
tempat kelompok dokter pertama terinfeksi. “Masuk akal bahwa virus bocor di
sekitar itu. Beberapa hari kemudian sejumlah orang terkontaminasi sebagai
pasien awal dalam epidemi ini, meskipun bukti kuat diperlukan dalam penelitian
di masa depan,” jelas JH Tian.

Baca Juga :  Ilmuwan Temukan Mutasi Virus Corona Kebal Vaksin

Laboratorium kedua terletak sekitar 12 km dari pasar
basah. Laboratorium ini melaporkan bahwa kelelawar tapal kuda Tiongkok adalah
reservoir alami untuk Coronavirus sindrom pernapasan akut (SARS-CoV) yang
menyebabkan Wabah SARS pada tahun 2003. Laboratorium tersebut milik Institut
Virologi Wuhan dan diklasifikasikan sebagai P4, yakni memiliki tingkat keamanan
terbaik di laboratorium biosafety.

Diduga Dibuat Manuasia

Pada akhir November 2020, sebuah penelitian
mengungkapkan hal baru. Sejumlah ilmuwan sebelumnya menduga asal usul virus
Korona berasal dari laboratorium, bukan dari alam. Penelitian terbaru menemukan
adanya dugaan manipulasi genetik pada genom virus Korona.

Dilansir dari Science Times, Jumat (27/11/2020),
penelitian terbaru yang diterbitkan di Wiley Online Library mengklaim struktur
chimeric dan situs pembelahan furin SARS-CoV-2 mungkin merupakan hasil dari
manipulasi genetik. Dengan kata lain, tak menutup kemungkinan bahwa virus itu
buatan manusia atau buatan laboratorium. Asal virus dari laboratorium bukanlah
teori konspirasi tanpa dasar.

Menurut para peneliti, asal laboratorium SARS-CoV-2
bukanlah teori konspirasi tak berdasar. Mereka menambahkan bahwa peneliti
memiliki tanggung jawab untuk mempertimbangkan setiap kemungkinan asal mula
SARS-CoV-2.

Analisis struktur genom virus menunjukkan bahwa
virus tersebut kemungkinan besar bersifat chimeric. Dengan kata lain, itu
adalah kombinasi dari virus Korona kelelawar RaTG13 yang menyusun urutannya.
Sedangkan domain pengikat reseptornya (RBD) hampir mirip dengan virus corona
yang ditemukan pada trenggiling.

Artikel terbaru yang dimuat di Nature juga
menyebutkan bahwa asal virus Korona dari laboratorium tidak boleh
dikesampingkan. Ada kemungkinan bahwa para ilmuwan yang melakukan percobaan
bisa saja terinfeksi secara tidak sengaja, yang kemudian mulai menyebar ke
manusia. Mereka mencatat bahwa manipulasi genetik virus SARS-CoV-2 dapat
dilakukan di laboratorium mana pun di dunia yang memiliki akses dan peralatan
yang diperlukan untuk tidak meninggalkan jejak percobaan.

Sebelumnya, ilmuwan Australia Profesor Nikolai
Petrovsky mengatakan bahwa penelitiannya menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat
beradaptasi dengan sempurna pada sel manusia daripada pada hewan lain. Klaim
ini mendorong banyak ahli untuk mempertanyakan asal mula virus apakah itu
buatan manusia, atau dari alam.

Meski begitu, klaim ini berkali-kali dibantah,
terutama oleh para ilmuwan di Tiongkok tempat kasus pertama dilaporkan. Para
peneliti mengatakan bahwa untuk memecahkan misteri asal-usul Covid-19,
penyelidikan menyeluruh masih sangat dibutuhkan.

Terpopuler

Artikel Terbaru