30.4 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Pengaruh Literasi Sosial Media Terhadap Perilaku Anak Dalam Keluarga

THE more that you read, the more things you will know. The more
that you learn, the more places you’ll go ( Lebih banyak anda membaca, lebih
banyak hal yang anda ketahui. Lebih banyak hal yang anda pelajari, lebih banyak
tempat yang anda kunjungi)” Dr.
Theodore Seuss Geisel , Penulis Dari Amerika Serikat (1904 – 1991)

Jika buku adalah Jendela dunia
maka update status di media sosial adalah pintu utama eksistensi diri di era
modern. Halaman buku-buku tak lagi terjamah tangan manusia, meskipun demikian
masih ada sebagian orang lebih memilih membaca eksemplar buku cetak ketimbang
literatur digital. Jari-jemari tangan manusia asyik bermain di tombol android,
berkelana di dunia maya, mencari informasi, hiburan, dan kesenangan diri.
Kegiatan berselancar di internet ini juga merasuki otak anak-anak kita. Mereka
telah menggadaikan masa bermain mereka yang biasanya bermain petak umpet dan
cilukba lalu menggantinya dengan sentuhan tangan pada screen handphone yang
menyuguhkan aneka hiburan dan santapan elektronik yang menggiurkan.

Eksistensi Diri Anak Milenial

Eksistensi manusia selalu
dipengaruhi oleh faktor alam dan biologis yang hakiki dimana sejak pertama kali
hadir di bumi ini, manusia telah mewarisi sifat untuk ingin tampil dan
menunjukkan jati dirinya. Perilaku menampilkan diri ini adalah suatu ekspresi alamiah
sebagai suatu rasa percaya diri yang ditimbulkan oleh dorongan sosial,
lingkungan dan rangsangan lain yang yang mengiringinya. Dari waktu kewaktu,
teknologi informasi dan komunikasi terus mengalami perubahan dan perkembangan
yang sangat pesat. Di zaman ini, perkembangan dan penyebaran teknologi internet
sudah hampir merata keseluruh pelosok penjuru dunia.

Anak-anak tumbuh dan berkembang
dalam buaian teknologi informasi yang sangat maju saat ini, ikut serta
menampilkan diri dalam pergaulan sehari-hari di media sosial. Mereka hadir
sebagai cerminan dari betapa telah berubahnya zaman kita dengan zaman sekarang
ini. Ketersediaan media dan kesempatan, memudahkan para generasi milenial kita
bersorak gembira, mengekpresikan diri mereka secara luas dan tanpa batas.

Karakter Positif Anak Dalam Keluarga

Pengaruh penggunaan media sosial
yang berlebihan telah menggerus nilai-nilai, etika dan norma dalam keluarga.
Beberapa orang tua mengatakan bahwa anak zaman sekarang terkesan kurang santun?
Yup, biasanya pernyataan “anak zaman sekarang kurang santun” ini diucapkan oleh
orang yang lebih tua, yaitu generasi baby boomers (yang lahir tahun 1960-an)
dan generasi X (lahir tahun 1970-an), kepada generasi Y atau generasi milenial
(yang lahir akhir tahun 1980-an, 1990 hingga 2000-an) yang lebih muda.

Maklum, generasi milenial
kayaknya sudah mulai melupakan etika sopan santun dari leluhur kita, salah
satunya seperti mlaku bungkuk (berjalan sambil membungkuk). Namun, seiring
perkembangan teknologi dan informasi, kebiasaan baik ini mulai bergeser dengan
cara pandang milenium yang dianggap lebih modern. Teknologi mulai menggerus
banyak nilai budaya di tengah masyarakat kita.

Orang tua harus mendidik
anak-anak dengan cara yang berbeda. Anak-Anak milenial sangat kreatif dan penuh
inovasi. Mereka lahir pada zaman yang sangat modern. Mereka bersahabat dengan
jaringan internet setiap saat, yang memungkinkan mereka terhubung dengan banyak
hal tentang dunia luar. Jika anak diarahkan dengan tepat tentu mereka akan
menjadikan media sosial dan segala literasi yang terkandung didalamnya sebagai
asupan makanan yang menyehatkan otak dan jiwa mereka.

Baca Juga :  Antisipasi Unjuk Rasa, Polda Kalteng Lakukan Hal Ini

Dampak Positif Literasi Sosial Media Terhadap Perilaku Anak Dalam
Keluarga:

Ada banyak sekali jenis media
sosial yang menjamur di internet. Sebut saja seperti facebook, twitter,
instagram, vk, youtube, whatsapp, line, wechat, dan lain sebagainya. Semua
media sosial tersebut, dalam penggunaannya tentu memiliki berbagai manfaat dan
dampak negatif yang ditimbulkan karenanya.

Saya mengamati literasi media
sosial sejauh ini bersifat absurd, tak terukur dan minim referensi. Banyak
literatur online yang adalah karya copy paste dari tangan ke tangan sehingga
para pembaca tidak mendapatkan bacaan yang segar dan baru. Meski demikian tidak
dapat dipungkiri bahwa penggunaan media sosial sejauh ini sangat membantu
aktivitas anak-anak untuk mencari pekerjaan rumah mereka, menyapa teman untuk
janjian kerja kelompok atau chatting dengan orang tua mereka untuk menjemput
ketika bepergian keluar rumah. Berikut beberapa manfaat positif dari media
sosial:

1. Jembatan Komunikasi

Dengan adanya media sosial, hal
ini dapat memudahkan seseorang untuk berkomunikasi dengan saudara, Keluarga,
teman, kenalan, sahabat, dan semua orang yang dikenalinya. Hanya dengan membuka
aplikasi sosial media dari berbagai gadget yang ada. Semua orang dapat langsung
terhubung dan berkomunikasi, asalkan ada jaringan dan koneksi internet. Seluruh
dunia dapat dijangkau, dan komunikasi pun dapat dijalankan dengan lancar dan
mudah.

2. Menemukan Teman baru

Dengan adanya sosial media. Kita
dapat menjalin pertemanan dengan orang-orang dari seluruh penjuru dunia.
Walaupun kita tidak pernah bertatap muka secara langsung. Namun persahabatan
dan percakapan dapat dengan mudah dilakukan di sosial media. Dengan demikian,
kita dapat membuka wawasan dan jendela baru, tentang betapa luasnya bumi kita
tercinta, betapa beragamnya kultur dan budaya manusia di seluruh dunia.

3. Menambah
Pengetahuan

Seperti yang sudah tersebut
diatas. Dengan adanya sosial media, kita dapat membuka jendela informasi baru.
Kita dapat menemukan berbagai informasi dan wawasan terbaru, kita dapat
mengenal ragam kultur dan budaya manusia dari berbagai penjuru dunia. Dengan
demikian, kita dapat mengetahui betapa kecilnya kita, betapa sempitnya ilmu dan
pengetahuan kita. Sehingga kita lebih dapat terbuka dan menjadi menghargai
semua perbedaan yang ada.

Dampak Negatif Literasi Sosial Media Terhadap Perilaku Anak Dalam
Keluarga:

Selain manfaat atau dampak
positif yang dihasilkan dari penggunaan sosial media. Banyak juga dampak
negatif atau efek buruk yang ditimbulkan dari adanya sosial media.

1. Sulit
bersosialisasi di dunia nyata

Karena kecanduan, karena keasikan
dan ketagihan bermain di sosial media. Hal tersebut dapat mengganggu
kelangsungan hidup, atau mengganggu kehidupan normal seorang manusia. Dari yang
biasanya seorang manusia menjadi mahkluk sosial, karena terlalu asyik
nge-sosmed. Akhirnya malah menjadi terpaku dan terfokus pada info dan update
terbaru dari berbagai status sosial media yang ada.

Baca Juga :  Bantu Membuat Perizinan dan Memasarkan Produksi

Seseorang, baik itu anak-anak,
remaja, orang dewasa, pelajar, pekerja, akan teganggu kehidupan sosialnya.
Mereka akan memiliki masalah dalam komunikasi, dan malah menimbulkan berbagai
penyakit mental seperti phobia sosial, stres, depresi dan lain sebagainya.
Sehingga dapat membuat sesuatu yang jauh menjadi dekat (dan yang dekat akan
semakin menjauh.

2. Lambat merespon
sesuatu/malas bergerak

Seseorang yang sudah ketagihan
bermain sosial media pada akhirnya mereka akan malas untuk beraktivitas di
dunia nyata. Mereka menjadi malas bergerak, menjadi terfokus pada apa yang ada
di sosial media. Semenit, sejam, seharian tanpa media sosial, rasanya hidup
akan menjadi hampa, menjadi hambar dan tidak ada artinya. Sehingga membuat
semangat hidup menjadi menurun jika tanpa adanya sosial media.

Bagi pelajar, mereka akan menjadi
malas karena terfokus dan terpaku pada sosmed. Pada akhirnya nilainya akan
anjlok, dan terus menurun.

3. Jembatan menuju
Kejahatan

Kemudahan mengakses informasi di
media sosial dapat memberi celah bagi seseorang orang melakukan kejahatan.
Misalnya penculikan, perampokan, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, bagi
pengguna sosmed, disarankan untuk menyembunyikan berbagai informasi yang penting,
yang tertera di profil anda. Seperti nama lengkap, tanggal lahir, alamat rumah,
hobi, hubungan dengan seseorang, dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan
agar menekan dan meminimalisir tindak kejahatan yang bisa mengancam dan
mengintai dimana saja.

4. Ganguan Kesehatan

Waspadai anak-anak yang
menghabiskan waktu berjam-jam didepan layar gadget karena dapat berakibat
fatal. Banyak contoh kasus anak yang mengalami dampak buruk dari radiasi cahaya
android smartphone pada indera penglihatan bahkan awal September lalu seorang
remaja di Asahan, Sumatera Utara menjadi viral di media sosial karena kecanduan
bermain gadget. Retina matanya menjadi rusak dan ia tidak dapat melihat dengan
jelas.

Orang tua sebagai pintu pertahanan perilaku yang berbudaya dalam keluarga

Keluarga sebagai fondasi akhlak
dan karakter bagi anak-anak diharapkan mampu menjadi pintu gerbang pertahanan
nilai dalam keluarga. Sekolah hanya mampu mengawasi siswa selama mereka berada
di sekolah.

Namun, para orang tua punya
kendali penuh atas pergerakan anak-anak mereka di rumah. Orang tua mengajarkan
nilai-nilai, tata krama, sopan santun, dan kebiasaan-kebiasaan baik. Penjaga
gawang dalam pertandingan sepakbola akan menjaga gawangnya dengan penuh
kewaspadaan agar tidak mudah kebobolan. Demikian pula para orang tua harus
mampu menjaga anaknya dari berbagai pengaruh buruk yang dapat merusak karakter
mereka.

Pada akhirnya, orang tualah yang
akan berdiri didepan pintu, membukakan pintu dan mempersilahkan anak-anak
mereka masuk kembali ke dalam rumah, setelah mengijinkan mereka berkelana di
dunia Maya beberapa saat lamanya. Mereka kembali dalam pelukan hangat dan
belaian kasih sayang keluarga yang mencintai mereka seutuhnya. ***

THE more that you read, the more things you will know. The more
that you learn, the more places you’ll go ( Lebih banyak anda membaca, lebih
banyak hal yang anda ketahui. Lebih banyak hal yang anda pelajari, lebih banyak
tempat yang anda kunjungi)” Dr.
Theodore Seuss Geisel , Penulis Dari Amerika Serikat (1904 – 1991)

Jika buku adalah Jendela dunia
maka update status di media sosial adalah pintu utama eksistensi diri di era
modern. Halaman buku-buku tak lagi terjamah tangan manusia, meskipun demikian
masih ada sebagian orang lebih memilih membaca eksemplar buku cetak ketimbang
literatur digital. Jari-jemari tangan manusia asyik bermain di tombol android,
berkelana di dunia maya, mencari informasi, hiburan, dan kesenangan diri.
Kegiatan berselancar di internet ini juga merasuki otak anak-anak kita. Mereka
telah menggadaikan masa bermain mereka yang biasanya bermain petak umpet dan
cilukba lalu menggantinya dengan sentuhan tangan pada screen handphone yang
menyuguhkan aneka hiburan dan santapan elektronik yang menggiurkan.

Eksistensi Diri Anak Milenial

Eksistensi manusia selalu
dipengaruhi oleh faktor alam dan biologis yang hakiki dimana sejak pertama kali
hadir di bumi ini, manusia telah mewarisi sifat untuk ingin tampil dan
menunjukkan jati dirinya. Perilaku menampilkan diri ini adalah suatu ekspresi alamiah
sebagai suatu rasa percaya diri yang ditimbulkan oleh dorongan sosial,
lingkungan dan rangsangan lain yang yang mengiringinya. Dari waktu kewaktu,
teknologi informasi dan komunikasi terus mengalami perubahan dan perkembangan
yang sangat pesat. Di zaman ini, perkembangan dan penyebaran teknologi internet
sudah hampir merata keseluruh pelosok penjuru dunia.

Anak-anak tumbuh dan berkembang
dalam buaian teknologi informasi yang sangat maju saat ini, ikut serta
menampilkan diri dalam pergaulan sehari-hari di media sosial. Mereka hadir
sebagai cerminan dari betapa telah berubahnya zaman kita dengan zaman sekarang
ini. Ketersediaan media dan kesempatan, memudahkan para generasi milenial kita
bersorak gembira, mengekpresikan diri mereka secara luas dan tanpa batas.

Karakter Positif Anak Dalam Keluarga

Pengaruh penggunaan media sosial
yang berlebihan telah menggerus nilai-nilai, etika dan norma dalam keluarga.
Beberapa orang tua mengatakan bahwa anak zaman sekarang terkesan kurang santun?
Yup, biasanya pernyataan “anak zaman sekarang kurang santun” ini diucapkan oleh
orang yang lebih tua, yaitu generasi baby boomers (yang lahir tahun 1960-an)
dan generasi X (lahir tahun 1970-an), kepada generasi Y atau generasi milenial
(yang lahir akhir tahun 1980-an, 1990 hingga 2000-an) yang lebih muda.

Maklum, generasi milenial
kayaknya sudah mulai melupakan etika sopan santun dari leluhur kita, salah
satunya seperti mlaku bungkuk (berjalan sambil membungkuk). Namun, seiring
perkembangan teknologi dan informasi, kebiasaan baik ini mulai bergeser dengan
cara pandang milenium yang dianggap lebih modern. Teknologi mulai menggerus
banyak nilai budaya di tengah masyarakat kita.

Orang tua harus mendidik
anak-anak dengan cara yang berbeda. Anak-Anak milenial sangat kreatif dan penuh
inovasi. Mereka lahir pada zaman yang sangat modern. Mereka bersahabat dengan
jaringan internet setiap saat, yang memungkinkan mereka terhubung dengan banyak
hal tentang dunia luar. Jika anak diarahkan dengan tepat tentu mereka akan
menjadikan media sosial dan segala literasi yang terkandung didalamnya sebagai
asupan makanan yang menyehatkan otak dan jiwa mereka.

Baca Juga :  Antisipasi Unjuk Rasa, Polda Kalteng Lakukan Hal Ini

Dampak Positif Literasi Sosial Media Terhadap Perilaku Anak Dalam
Keluarga:

Ada banyak sekali jenis media
sosial yang menjamur di internet. Sebut saja seperti facebook, twitter,
instagram, vk, youtube, whatsapp, line, wechat, dan lain sebagainya. Semua
media sosial tersebut, dalam penggunaannya tentu memiliki berbagai manfaat dan
dampak negatif yang ditimbulkan karenanya.

Saya mengamati literasi media
sosial sejauh ini bersifat absurd, tak terukur dan minim referensi. Banyak
literatur online yang adalah karya copy paste dari tangan ke tangan sehingga
para pembaca tidak mendapatkan bacaan yang segar dan baru. Meski demikian tidak
dapat dipungkiri bahwa penggunaan media sosial sejauh ini sangat membantu
aktivitas anak-anak untuk mencari pekerjaan rumah mereka, menyapa teman untuk
janjian kerja kelompok atau chatting dengan orang tua mereka untuk menjemput
ketika bepergian keluar rumah. Berikut beberapa manfaat positif dari media
sosial:

1. Jembatan Komunikasi

Dengan adanya media sosial, hal
ini dapat memudahkan seseorang untuk berkomunikasi dengan saudara, Keluarga,
teman, kenalan, sahabat, dan semua orang yang dikenalinya. Hanya dengan membuka
aplikasi sosial media dari berbagai gadget yang ada. Semua orang dapat langsung
terhubung dan berkomunikasi, asalkan ada jaringan dan koneksi internet. Seluruh
dunia dapat dijangkau, dan komunikasi pun dapat dijalankan dengan lancar dan
mudah.

2. Menemukan Teman baru

Dengan adanya sosial media. Kita
dapat menjalin pertemanan dengan orang-orang dari seluruh penjuru dunia.
Walaupun kita tidak pernah bertatap muka secara langsung. Namun persahabatan
dan percakapan dapat dengan mudah dilakukan di sosial media. Dengan demikian,
kita dapat membuka wawasan dan jendela baru, tentang betapa luasnya bumi kita
tercinta, betapa beragamnya kultur dan budaya manusia di seluruh dunia.

3. Menambah
Pengetahuan

Seperti yang sudah tersebut
diatas. Dengan adanya sosial media, kita dapat membuka jendela informasi baru.
Kita dapat menemukan berbagai informasi dan wawasan terbaru, kita dapat
mengenal ragam kultur dan budaya manusia dari berbagai penjuru dunia. Dengan
demikian, kita dapat mengetahui betapa kecilnya kita, betapa sempitnya ilmu dan
pengetahuan kita. Sehingga kita lebih dapat terbuka dan menjadi menghargai
semua perbedaan yang ada.

Dampak Negatif Literasi Sosial Media Terhadap Perilaku Anak Dalam
Keluarga:

Selain manfaat atau dampak
positif yang dihasilkan dari penggunaan sosial media. Banyak juga dampak
negatif atau efek buruk yang ditimbulkan dari adanya sosial media.

1. Sulit
bersosialisasi di dunia nyata

Karena kecanduan, karena keasikan
dan ketagihan bermain di sosial media. Hal tersebut dapat mengganggu
kelangsungan hidup, atau mengganggu kehidupan normal seorang manusia. Dari yang
biasanya seorang manusia menjadi mahkluk sosial, karena terlalu asyik
nge-sosmed. Akhirnya malah menjadi terpaku dan terfokus pada info dan update
terbaru dari berbagai status sosial media yang ada.

Baca Juga :  Bantu Membuat Perizinan dan Memasarkan Produksi

Seseorang, baik itu anak-anak,
remaja, orang dewasa, pelajar, pekerja, akan teganggu kehidupan sosialnya.
Mereka akan memiliki masalah dalam komunikasi, dan malah menimbulkan berbagai
penyakit mental seperti phobia sosial, stres, depresi dan lain sebagainya.
Sehingga dapat membuat sesuatu yang jauh menjadi dekat (dan yang dekat akan
semakin menjauh.

2. Lambat merespon
sesuatu/malas bergerak

Seseorang yang sudah ketagihan
bermain sosial media pada akhirnya mereka akan malas untuk beraktivitas di
dunia nyata. Mereka menjadi malas bergerak, menjadi terfokus pada apa yang ada
di sosial media. Semenit, sejam, seharian tanpa media sosial, rasanya hidup
akan menjadi hampa, menjadi hambar dan tidak ada artinya. Sehingga membuat
semangat hidup menjadi menurun jika tanpa adanya sosial media.

Bagi pelajar, mereka akan menjadi
malas karena terfokus dan terpaku pada sosmed. Pada akhirnya nilainya akan
anjlok, dan terus menurun.

3. Jembatan menuju
Kejahatan

Kemudahan mengakses informasi di
media sosial dapat memberi celah bagi seseorang orang melakukan kejahatan.
Misalnya penculikan, perampokan, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, bagi
pengguna sosmed, disarankan untuk menyembunyikan berbagai informasi yang penting,
yang tertera di profil anda. Seperti nama lengkap, tanggal lahir, alamat rumah,
hobi, hubungan dengan seseorang, dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan
agar menekan dan meminimalisir tindak kejahatan yang bisa mengancam dan
mengintai dimana saja.

4. Ganguan Kesehatan

Waspadai anak-anak yang
menghabiskan waktu berjam-jam didepan layar gadget karena dapat berakibat
fatal. Banyak contoh kasus anak yang mengalami dampak buruk dari radiasi cahaya
android smartphone pada indera penglihatan bahkan awal September lalu seorang
remaja di Asahan, Sumatera Utara menjadi viral di media sosial karena kecanduan
bermain gadget. Retina matanya menjadi rusak dan ia tidak dapat melihat dengan
jelas.

Orang tua sebagai pintu pertahanan perilaku yang berbudaya dalam keluarga

Keluarga sebagai fondasi akhlak
dan karakter bagi anak-anak diharapkan mampu menjadi pintu gerbang pertahanan
nilai dalam keluarga. Sekolah hanya mampu mengawasi siswa selama mereka berada
di sekolah.

Namun, para orang tua punya
kendali penuh atas pergerakan anak-anak mereka di rumah. Orang tua mengajarkan
nilai-nilai, tata krama, sopan santun, dan kebiasaan-kebiasaan baik. Penjaga
gawang dalam pertandingan sepakbola akan menjaga gawangnya dengan penuh
kewaspadaan agar tidak mudah kebobolan. Demikian pula para orang tua harus
mampu menjaga anaknya dari berbagai pengaruh buruk yang dapat merusak karakter
mereka.

Pada akhirnya, orang tualah yang
akan berdiri didepan pintu, membukakan pintu dan mempersilahkan anak-anak
mereka masuk kembali ke dalam rumah, setelah mengijinkan mereka berkelana di
dunia Maya beberapa saat lamanya. Mereka kembali dalam pelukan hangat dan
belaian kasih sayang keluarga yang mencintai mereka seutuhnya. ***

Terpopuler

Artikel Terbaru