25.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Air Terjun Rayap di Jember, Keindahan di Balik Lereng Argopuro

Bermula dari penjelajahan seorang warga setempat empat tahun lalu, air terjun yang ada di kawasan perkebunan itu ditemukan. Kini, destinasi tersebut jadi objek yang menawarkan sajian wisata alam nan menenangkan.

ADA cukup banyak wisata alam air terjun di Kabupaten Jember yang sanggup memanjakan mata setiap pelancong. Salah satunya di daerah Kebun Renteng, Afdeling Rayap, milik PTPN XI (Persero) di Dusun Rayap, Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa.

Letaknya tak jauh dari Wisata Rembangan yang terkenal dengan pemandangan indah dari puncak perbukitan. Air terjun setinggi kurang lebih 10 meter itu diberi nama Air Terjun Anugerah atau Air Terjun Rayap.

Mengapa ada dua nama? Air Terjun Anugerah adalah nama yang disematkan oleh Tosin, salah seorang warga setempat yang kini menjadi pengelola kawasan tersebut. Sekitar empat tahun lalu, pria yang tahun ini berusia 62 tahun itu menjelajahi daerah aliran sungai (DAS) sampai ke hulu.

Saat itulah, Tosin menemukan sebuah air terjun yang sangat indah. Seketika itu pula, Tosin memberi nama Anugerah. ”Nama itu sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Maha Pencipta atas anugerah kekayaan alam yang ada di bumi ini,” katanya.

Baca Juga :  Maratua Dilirik 14 Investor

Sedangkan nama Air Terjun Rayap, kata dia, muncul dari penyebutan sebuah komunitas pencinta alam (PA) yang memasang banner di Perkebunan Rayap. ’’Nah, dari situ dinamakan Air Terjun Rayap,” ungkap Tosin kepada Jawa Pos Radar Jember yang berkunjung ke sana.

Nuansa alami benar-benar terasa di sana. Lokasinya berada di antara bukit-bukit. Untuk mencapainya, para pengunjung butuh tenaga ekstra. Jawa Pos Radar Jember mencoba melewati jalur di pintu masuk PTPN XI. Jalannya didominasi bebatuan. Karena itu, disarankan mengendarai sepeda motor untuk mencapai Air Terjun Rayap. Apalagi, tak ada akses roda empat. Harus mahir melewati alur yang cukup ekstrem.

Setelah memarkir motor di tempat yang disediakan, mereka masih harus menyusuri jalan setapak yang lumayan menanjak sejauh 500 meter, sambil menikmati hijaunya pepohonan yang berjajar.

Baca Juga :  Pesona Pulau Kaja

Namun, begitu tiba, suguhan pemandangan alam, udara segar, serta keindahan air terjun bakal membuat rasa lelah para pengunjung terbayar. Mandi adalah pilihan para pengunjung. Sebab, kesegaran airnya mampu menghilangkan rasa lelah para pengunjung. Selain itu, para pengunjung yang datang selalu menyempatkan diri untuk berswafoto. Mengingat begitu indah dan alaminya kawasan air terjun tersebut.

Dengan ketinggian kurang lebih 10 meter dan lebar 2 meter, pemandangan air terjun tersebut memang mengesankan. Aliran airnya pun jernih dan segar. Sangat cocok bagi pelancong yang ingin merasakan suasana alam nan tenang.

Meski memiliki keindahan alami yang sangat potensial, Air Terjun Rayap belum sepenuhnya dikelola secara profesional. Sejauh ini, Tosin-lah yang menjadi pengelolanya secara swadaya.

Bersama perangkat serta masyarakat desa dan kecamatan, secara perlahan mereka menata kawasan tersebut. Dirinya hanya menarik biaya parkir sepeda motor. Jam kunjungan bagi para wisatawan pun dibatasi hingga pukul 16.00. ’’Sebab, kalau terlalu malam tentu bahaya,” pungkasnya.

Bermula dari penjelajahan seorang warga setempat empat tahun lalu, air terjun yang ada di kawasan perkebunan itu ditemukan. Kini, destinasi tersebut jadi objek yang menawarkan sajian wisata alam nan menenangkan.

ADA cukup banyak wisata alam air terjun di Kabupaten Jember yang sanggup memanjakan mata setiap pelancong. Salah satunya di daerah Kebun Renteng, Afdeling Rayap, milik PTPN XI (Persero) di Dusun Rayap, Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa.

Letaknya tak jauh dari Wisata Rembangan yang terkenal dengan pemandangan indah dari puncak perbukitan. Air terjun setinggi kurang lebih 10 meter itu diberi nama Air Terjun Anugerah atau Air Terjun Rayap.

Mengapa ada dua nama? Air Terjun Anugerah adalah nama yang disematkan oleh Tosin, salah seorang warga setempat yang kini menjadi pengelola kawasan tersebut. Sekitar empat tahun lalu, pria yang tahun ini berusia 62 tahun itu menjelajahi daerah aliran sungai (DAS) sampai ke hulu.

Saat itulah, Tosin menemukan sebuah air terjun yang sangat indah. Seketika itu pula, Tosin memberi nama Anugerah. ”Nama itu sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Maha Pencipta atas anugerah kekayaan alam yang ada di bumi ini,” katanya.

Baca Juga :  Maratua Dilirik 14 Investor

Sedangkan nama Air Terjun Rayap, kata dia, muncul dari penyebutan sebuah komunitas pencinta alam (PA) yang memasang banner di Perkebunan Rayap. ’’Nah, dari situ dinamakan Air Terjun Rayap,” ungkap Tosin kepada Jawa Pos Radar Jember yang berkunjung ke sana.

Nuansa alami benar-benar terasa di sana. Lokasinya berada di antara bukit-bukit. Untuk mencapainya, para pengunjung butuh tenaga ekstra. Jawa Pos Radar Jember mencoba melewati jalur di pintu masuk PTPN XI. Jalannya didominasi bebatuan. Karena itu, disarankan mengendarai sepeda motor untuk mencapai Air Terjun Rayap. Apalagi, tak ada akses roda empat. Harus mahir melewati alur yang cukup ekstrem.

Setelah memarkir motor di tempat yang disediakan, mereka masih harus menyusuri jalan setapak yang lumayan menanjak sejauh 500 meter, sambil menikmati hijaunya pepohonan yang berjajar.

Baca Juga :  Pesona Pulau Kaja

Namun, begitu tiba, suguhan pemandangan alam, udara segar, serta keindahan air terjun bakal membuat rasa lelah para pengunjung terbayar. Mandi adalah pilihan para pengunjung. Sebab, kesegaran airnya mampu menghilangkan rasa lelah para pengunjung. Selain itu, para pengunjung yang datang selalu menyempatkan diri untuk berswafoto. Mengingat begitu indah dan alaminya kawasan air terjun tersebut.

Dengan ketinggian kurang lebih 10 meter dan lebar 2 meter, pemandangan air terjun tersebut memang mengesankan. Aliran airnya pun jernih dan segar. Sangat cocok bagi pelancong yang ingin merasakan suasana alam nan tenang.

Meski memiliki keindahan alami yang sangat potensial, Air Terjun Rayap belum sepenuhnya dikelola secara profesional. Sejauh ini, Tosin-lah yang menjadi pengelolanya secara swadaya.

Bersama perangkat serta masyarakat desa dan kecamatan, secara perlahan mereka menata kawasan tersebut. Dirinya hanya menarik biaya parkir sepeda motor. Jam kunjungan bagi para wisatawan pun dibatasi hingga pukul 16.00. ’’Sebab, kalau terlalu malam tentu bahaya,” pungkasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru