26.9 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

14 Seniman dalam Use Your Illusion

Pameran karya 14 orang
seniman dalam Use Your Illusion berlangsung di Edwins Gallery, Kemang
hingga akhir pekan ini. Ada lukisan, karya tiga dimensi, seni instalasi,
multimedia, dan karya interaktif. Pameran ini dikuratori Zarani Risjad.

Para seniman yang terlibat
dalam pameran ini antara lain Ajeng Martia Saputri, Eldwin Pradipta, Hendra
Blankon Priyadhani, juga Rukmunal Hakim dan Jonathan Aditya. Eksplorasi para
seniman dalam pameran ini bertolak dari ihwal di sekitar batas antara ilusi dan
realita dan bagaimana hal itu dapat menawarkan cara pandang yang relevan
terhadap kenyataan. Use Your Illusion menyajikan karya-karya yang
menarik.

Hendra Blankon Priyadhani
misalnya. Dia menyajikan karya berjudul Come Out And Play berbahan
media campur. Karya ini lahir dari respons dia terhadap batas  antara
idealisme seniman penuh imajinasi dengan fakta berupa tanggungjawab sehari-hari
yang kerap praktis dan jauh dari ideal. Antara dunia ide serupa ilusi, yang
belum nyata dan bisa sangat subjektif, dengan kenyataan hidup yang
objektif. Come Out And Play menjadi semacam arena untuk menyampaikan
situasi bagaimana ilusi dan kenyataan berkelindan di sela-sela pilihannya
menjadi seniman sekaligus seorang ayah.

Baca Juga :  Survei: Laki-laki Dua Kali Lebih Sering Selingkuh daripada Perempuan

Batas antara ilusi dan
kenyataan dalam respons Ajeng Martia Saputri tidak terlepas dari diri. Karyanya
berjudul Endapan Memori berangkat dari kenyataan bahwa diri tak
pernah bisa lepas dari kenangan dan ingatan. Tanpanya, diri tak pernah utuh. Di
saat sama, diri selalu berada dalam tegangan antara lampau dan nanti pada kini
yang tak lepas dari ilusi-ilusi ciptaan sendiri. Karya ini menggunakan media
resin, akrilik, dan pena di atas kanvas.

Pada karya interaktif, Eldwin
Pradipta menghadirkan Life Chain Reaction. Karya ini menempatkan
apresiator sebagai bagian penting. Melalui kamera yang merekam langsung dengan
detektor gerak, karya ini menampilkan citraan figur apresiator seturut gaya masing-masing.
Citraan hitam putih itu lantas diproyeksikan pada dinding ruang pamer yang
seolah layar. Tiap gerakan tubuh apresiator karya akan menghasilkan citraan
berbeda di layar proyeksi.

Baca Juga :  Bersahabat dengan Matematika, Butuh Peraga Konkret agar Mudah Paham

Karya ini menunjukkan
bagaimana kuasa seorang seniman terhadap karyanya melesap oleh sebab kekuatan
lain dalam ekosistem yang terwakili apresiator. Kekuatan tersebut dapat
memanipulasi kehadiran dan keberhasilan sebuah karya beserta senimannya.
Situasi ini sekaligus meruntuhkan ilusi seorang seniman selalu punya kuasa pada
ciptaannya.

Use Your Illusion juga
menyajikan karya yang menggunakan teknologi realitas tertambah
atau augmented reality. Karya bersama Rukmunal Hakim dan Jonathan Aditya
itu terdiri dari dua lembar karya akrilik di atas kanvas yang sengaja
menyisakan bidang polos. Keduanya berjudul Ke Bawah Terlalu
Dalam dan Ke Atas Mungkin Mencekam. Melalui tablet pintar berkamera
yang disediakan, para apresiator dapat menyorot ruang polos pada kanvas dan
mendapati realitas tertambah berupa ruang studio Rukmunal Hakim juga rak penuh
buku.

Pameran ini juga menampilkan
karya Daniel Satya, Enggar Rhomadioni, Gabriel Aries, Hendra Hehe Harsono,
Melianta Muliawan, Muklay, Octo Cornelius, Ruth Marbun, Tempa, dan Wulang
Sunu. (tir/jpc)

 

Pameran karya 14 orang
seniman dalam Use Your Illusion berlangsung di Edwins Gallery, Kemang
hingga akhir pekan ini. Ada lukisan, karya tiga dimensi, seni instalasi,
multimedia, dan karya interaktif. Pameran ini dikuratori Zarani Risjad.

Para seniman yang terlibat
dalam pameran ini antara lain Ajeng Martia Saputri, Eldwin Pradipta, Hendra
Blankon Priyadhani, juga Rukmunal Hakim dan Jonathan Aditya. Eksplorasi para
seniman dalam pameran ini bertolak dari ihwal di sekitar batas antara ilusi dan
realita dan bagaimana hal itu dapat menawarkan cara pandang yang relevan
terhadap kenyataan. Use Your Illusion menyajikan karya-karya yang
menarik.

Hendra Blankon Priyadhani
misalnya. Dia menyajikan karya berjudul Come Out And Play berbahan
media campur. Karya ini lahir dari respons dia terhadap batas  antara
idealisme seniman penuh imajinasi dengan fakta berupa tanggungjawab sehari-hari
yang kerap praktis dan jauh dari ideal. Antara dunia ide serupa ilusi, yang
belum nyata dan bisa sangat subjektif, dengan kenyataan hidup yang
objektif. Come Out And Play menjadi semacam arena untuk menyampaikan
situasi bagaimana ilusi dan kenyataan berkelindan di sela-sela pilihannya
menjadi seniman sekaligus seorang ayah.

Baca Juga :  Survei: Laki-laki Dua Kali Lebih Sering Selingkuh daripada Perempuan

Batas antara ilusi dan
kenyataan dalam respons Ajeng Martia Saputri tidak terlepas dari diri. Karyanya
berjudul Endapan Memori berangkat dari kenyataan bahwa diri tak
pernah bisa lepas dari kenangan dan ingatan. Tanpanya, diri tak pernah utuh. Di
saat sama, diri selalu berada dalam tegangan antara lampau dan nanti pada kini
yang tak lepas dari ilusi-ilusi ciptaan sendiri. Karya ini menggunakan media
resin, akrilik, dan pena di atas kanvas.

Pada karya interaktif, Eldwin
Pradipta menghadirkan Life Chain Reaction. Karya ini menempatkan
apresiator sebagai bagian penting. Melalui kamera yang merekam langsung dengan
detektor gerak, karya ini menampilkan citraan figur apresiator seturut gaya masing-masing.
Citraan hitam putih itu lantas diproyeksikan pada dinding ruang pamer yang
seolah layar. Tiap gerakan tubuh apresiator karya akan menghasilkan citraan
berbeda di layar proyeksi.

Baca Juga :  Bersahabat dengan Matematika, Butuh Peraga Konkret agar Mudah Paham

Karya ini menunjukkan
bagaimana kuasa seorang seniman terhadap karyanya melesap oleh sebab kekuatan
lain dalam ekosistem yang terwakili apresiator. Kekuatan tersebut dapat
memanipulasi kehadiran dan keberhasilan sebuah karya beserta senimannya.
Situasi ini sekaligus meruntuhkan ilusi seorang seniman selalu punya kuasa pada
ciptaannya.

Use Your Illusion juga
menyajikan karya yang menggunakan teknologi realitas tertambah
atau augmented reality. Karya bersama Rukmunal Hakim dan Jonathan Aditya
itu terdiri dari dua lembar karya akrilik di atas kanvas yang sengaja
menyisakan bidang polos. Keduanya berjudul Ke Bawah Terlalu
Dalam dan Ke Atas Mungkin Mencekam. Melalui tablet pintar berkamera
yang disediakan, para apresiator dapat menyorot ruang polos pada kanvas dan
mendapati realitas tertambah berupa ruang studio Rukmunal Hakim juga rak penuh
buku.

Pameran ini juga menampilkan
karya Daniel Satya, Enggar Rhomadioni, Gabriel Aries, Hendra Hehe Harsono,
Melianta Muliawan, Muklay, Octo Cornelius, Ruth Marbun, Tempa, dan Wulang
Sunu. (tir/jpc)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru