33 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Mayoritas Lajang Cari Jodoh Lewat ‘Video Dating’ Selama Pandemi

Pandemi
Covid-19 mengubah gaya dan budaya seseorang dalam berkencan. Aturan protokol
kesehatan termasuk menjaga jarak, membuat para lajang awalnya sempat kesulitan
untuk mencari jodoh. Maka hal yang mereka pikirkan adalah tertarik untuk
menggunakan aplikasi pencari kencan online. Bukan hanya aplikasi sekadar
berkenalan, tetapi penting juga fitur kencan video atau Video Dating.

Survei
yang dilakukan oleh Aplikasi Kencan Online Lunch Actually, sebanyak 65 persen
pria lajang di Indonesia memilih berkencan lewat Video Dating selama pandemi.
Dan 57 persen perempuan juga sudah mencoba Video Dating. Jumlah itu disurvei
dari 850 pencari kencan atau anggota.

Menurut
Co Founder and CEO Lunch Actually Violet Lim, alasan para lajang berbagai
macam. Di antaranya 59 persen perempuan merasa kencan lewat video lebih efisien
dan menghemat waktu. Alasan lainnya, 51 persen perempuan merasa lebih aman
lewat video agar bisa menyaring dengan siapa mereka bertemu nantinya jika
pandemi mereda.

Kemudian
57 persen pria lajang merasa cara ini lebih asyik dan tertantang untuk mengetahui
target yang ditaksirnya lebih jauh lagi. Lalu 51 persen pria lajang juga merasa
cara ini lebih efektif.

Baca Juga :  Tak Sabar Masuk Pondok Pesantren, Dekat dengan Alquran Sejak Dini

“Sehingga
pengaruh Covid-19 terhadap masa depan tren kencan online di masa depan
mendorong fitur Video Dating menjadi hal yang paling menarik bagi para lajang,”
katanya dalam konferensi pers virtual, Selasa (10/11).

Lalu
sebanyak 69 persen pria lajang dan 64 persen perempuan lajang merasa metode
kencan seperti ini menjadi pengalaman baru yang lebih asyik dan efisien. Dan 86
persen pria lajang serta 59 persen perempuan lajang merasa akan tetap
menggunakan metode seperti ini di masa depan.

“Dan
sebanyak 45 persen pria lajang dan 42 persen perempuan lajang merasa Video
Dating menjadi sarana filter teraman sebelum mereka nantinya akan kopi darat.
Memastikan bahwa orang yang mereka temui nanti adalah orang yang sama,”
jelasnya.

Hal
senada diungkapkan Psikolog Klinis Dewasa dari @cintasetara, Rebeka Pinaima.
Saat pandemi, para lajang harus berada di rumah dan karantina mandiri.
Pembatasan sosial secara umum membatasi perjumpaan langsung. Maka menurutnya,
kondisi ini cenderung membuat seseorang menghabiskan waktu dengan dirinya
sendiri semakin kesepian dan semakin sadar dengan kehidupan. Makin mencari
teman bicara.

Baca Juga :  Di Rumah Saja, Trafik Melonjak, YouTube Turunkan Kualitas Video

“Berdasarkan
pengalaman saya praktik menangani beberapa single, ada temuan menarik. Ternyata
tinggi sekali kebutuhan untuk menjalin komunikasi yang berkualitas, deep talk.
Enggak lagi mencari small talk dari teman kencan online. Jadi ketika single
tidak lagi memiliki kemewahan berkencan secara offline, secara tidak langsung
menggeser prioritas,” jelas Rebeka.

Menurutnya,
para pencari jodoh tidak lagi melihat penampilan sebagai faktor terpenting,
bukan lagi prioritas utama. Tapi justru mencari bagaimana bisa terasa nyaman
dan nyambung untuk membicarakan berbagai topik.

“Itu
kemudian kayaknya mendorong mengapa seseorang menggunakan Dating Apps karena
menghabiskan waktu bermain ponsel sepanjang hari, banyak waktu menatap layar.
Akhirnya Dating Apps digunakan. Mungkin awalnya enggak benar-benar untuk
menemukan jodoh tapi jadi ada teman bicara,” tutupnya.

Pandemi
Covid-19 mengubah gaya dan budaya seseorang dalam berkencan. Aturan protokol
kesehatan termasuk menjaga jarak, membuat para lajang awalnya sempat kesulitan
untuk mencari jodoh. Maka hal yang mereka pikirkan adalah tertarik untuk
menggunakan aplikasi pencari kencan online. Bukan hanya aplikasi sekadar
berkenalan, tetapi penting juga fitur kencan video atau Video Dating.

Survei
yang dilakukan oleh Aplikasi Kencan Online Lunch Actually, sebanyak 65 persen
pria lajang di Indonesia memilih berkencan lewat Video Dating selama pandemi.
Dan 57 persen perempuan juga sudah mencoba Video Dating. Jumlah itu disurvei
dari 850 pencari kencan atau anggota.

Menurut
Co Founder and CEO Lunch Actually Violet Lim, alasan para lajang berbagai
macam. Di antaranya 59 persen perempuan merasa kencan lewat video lebih efisien
dan menghemat waktu. Alasan lainnya, 51 persen perempuan merasa lebih aman
lewat video agar bisa menyaring dengan siapa mereka bertemu nantinya jika
pandemi mereda.

Kemudian
57 persen pria lajang merasa cara ini lebih asyik dan tertantang untuk mengetahui
target yang ditaksirnya lebih jauh lagi. Lalu 51 persen pria lajang juga merasa
cara ini lebih efektif.

Baca Juga :  Tak Sabar Masuk Pondok Pesantren, Dekat dengan Alquran Sejak Dini

“Sehingga
pengaruh Covid-19 terhadap masa depan tren kencan online di masa depan
mendorong fitur Video Dating menjadi hal yang paling menarik bagi para lajang,”
katanya dalam konferensi pers virtual, Selasa (10/11).

Lalu
sebanyak 69 persen pria lajang dan 64 persen perempuan lajang merasa metode
kencan seperti ini menjadi pengalaman baru yang lebih asyik dan efisien. Dan 86
persen pria lajang serta 59 persen perempuan lajang merasa akan tetap
menggunakan metode seperti ini di masa depan.

“Dan
sebanyak 45 persen pria lajang dan 42 persen perempuan lajang merasa Video
Dating menjadi sarana filter teraman sebelum mereka nantinya akan kopi darat.
Memastikan bahwa orang yang mereka temui nanti adalah orang yang sama,”
jelasnya.

Hal
senada diungkapkan Psikolog Klinis Dewasa dari @cintasetara, Rebeka Pinaima.
Saat pandemi, para lajang harus berada di rumah dan karantina mandiri.
Pembatasan sosial secara umum membatasi perjumpaan langsung. Maka menurutnya,
kondisi ini cenderung membuat seseorang menghabiskan waktu dengan dirinya
sendiri semakin kesepian dan semakin sadar dengan kehidupan. Makin mencari
teman bicara.

Baca Juga :  Di Rumah Saja, Trafik Melonjak, YouTube Turunkan Kualitas Video

“Berdasarkan
pengalaman saya praktik menangani beberapa single, ada temuan menarik. Ternyata
tinggi sekali kebutuhan untuk menjalin komunikasi yang berkualitas, deep talk.
Enggak lagi mencari small talk dari teman kencan online. Jadi ketika single
tidak lagi memiliki kemewahan berkencan secara offline, secara tidak langsung
menggeser prioritas,” jelas Rebeka.

Menurutnya,
para pencari jodoh tidak lagi melihat penampilan sebagai faktor terpenting,
bukan lagi prioritas utama. Tapi justru mencari bagaimana bisa terasa nyaman
dan nyambung untuk membicarakan berbagai topik.

“Itu
kemudian kayaknya mendorong mengapa seseorang menggunakan Dating Apps karena
menghabiskan waktu bermain ponsel sepanjang hari, banyak waktu menatap layar.
Akhirnya Dating Apps digunakan. Mungkin awalnya enggak benar-benar untuk
menemukan jodoh tapi jadi ada teman bicara,” tutupnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru