27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Bikin Kain Bekas Jadi Barang Bernilai Jual di Tengah Pandemi

Kain
sisa tak selamanya harus dibuang begitu saja. Dengan sedikit kreativitas, kain
bekas bisa dijadikan barang yang memiliki nilai jual. Bahkan dapat membantu
meningkatkan penghasilan masyarakat.

Hal
ini pula yang selama ini dijalani pengusaha muda asal Bandung, Nicky Sonjaya.
Sejak 2014, dirinya berusaha membangun ekosistem pengrajin di sektor usaha
mikro kecil menengah (UMKM) di Majalaya Kabupaten Bandung. Yakni dengan
memanfaatkan kain sisa produksi pabrik.

Dari
sisa kain tersebut disulap menjadi keset anyam, lap pel, dan cempal yang
dikerjakan secara home made oleh para pengrajin. “Bahan baku biasanya kami
dapat dari pabrik-pabrik textile yang memproduksi kain kaos katun dan spandek,
Dan yang kita ambil itu sisa potongan kain. Biasanya disebut kain finishing
yaitu ukuran lebar 5 cm hingga 10 cm,” ujar Nicky pada wartawan.

Baca Juga :  Pilih Hitam-Putih agar Lebih Dramatis

Hingga
saat ini, setidaknya beberapa masyarakat atau pengrajin dari 40 desa di Jawa
Barat yang telah digerakkan Nicky. Termasuk tetap berjalan di tengah pandemi
Covid-19.

Sebab
harus diakui, pandemi memang membawa dampak tersendiri bagi perekonomian
masyarakat. Untuk itu diperlukan dorongan kreativitas dan terus bergerak agar
tetap bisa bertahan.

Lantas,
apa eduaksi yang diberikan pada masyarakat?

Diakui
Nicky, sebelum masyarakat ikut terlibat dan menjual hasil produksinya, ia
memberikan edukasi. Agar masyarakat tak hanya sekadar menerima pesanan. Tapi
juga paham seluk beluk usaha dari barang bekas tersebut.

Biasanya,
edukasi dilakukan dengan membuat ketua kelompok dari 10-20 orang pengrajin.
Lantas, mereka akan diajarkan bagaimana memilih warna, ukuran, dan motif yang
menarik. Sehingga produk yang dihasilkan berbeda dari lainnya dan menarik.

Baca Juga :  Mencicip Lezatnya Kambing Panggang Madu-Wijen Khas Uighur

“Setelah
berhasil barulah kita jadikan standar untuk produk tersebut. Pokoknya
model/motif dan bentuk dibedakan dari kompetitor yang sudah ada di pasaran,”
papar pemilik usaha casiber houseware.

Bagi
Nicky, edukasi tersebut sangat penting. Sebab selama ini kendala para pengrajin
adalah mereka membuat suatu produk yang asal jadi. Sehingga susah untuk
menjualnya.

Kain
sisa tak selamanya harus dibuang begitu saja. Dengan sedikit kreativitas, kain
bekas bisa dijadikan barang yang memiliki nilai jual. Bahkan dapat membantu
meningkatkan penghasilan masyarakat.

Hal
ini pula yang selama ini dijalani pengusaha muda asal Bandung, Nicky Sonjaya.
Sejak 2014, dirinya berusaha membangun ekosistem pengrajin di sektor usaha
mikro kecil menengah (UMKM) di Majalaya Kabupaten Bandung. Yakni dengan
memanfaatkan kain sisa produksi pabrik.

Dari
sisa kain tersebut disulap menjadi keset anyam, lap pel, dan cempal yang
dikerjakan secara home made oleh para pengrajin. “Bahan baku biasanya kami
dapat dari pabrik-pabrik textile yang memproduksi kain kaos katun dan spandek,
Dan yang kita ambil itu sisa potongan kain. Biasanya disebut kain finishing
yaitu ukuran lebar 5 cm hingga 10 cm,” ujar Nicky pada wartawan.

Baca Juga :  Pilih Hitam-Putih agar Lebih Dramatis

Hingga
saat ini, setidaknya beberapa masyarakat atau pengrajin dari 40 desa di Jawa
Barat yang telah digerakkan Nicky. Termasuk tetap berjalan di tengah pandemi
Covid-19.

Sebab
harus diakui, pandemi memang membawa dampak tersendiri bagi perekonomian
masyarakat. Untuk itu diperlukan dorongan kreativitas dan terus bergerak agar
tetap bisa bertahan.

Lantas,
apa eduaksi yang diberikan pada masyarakat?

Diakui
Nicky, sebelum masyarakat ikut terlibat dan menjual hasil produksinya, ia
memberikan edukasi. Agar masyarakat tak hanya sekadar menerima pesanan. Tapi
juga paham seluk beluk usaha dari barang bekas tersebut.

Biasanya,
edukasi dilakukan dengan membuat ketua kelompok dari 10-20 orang pengrajin.
Lantas, mereka akan diajarkan bagaimana memilih warna, ukuran, dan motif yang
menarik. Sehingga produk yang dihasilkan berbeda dari lainnya dan menarik.

Baca Juga :  Mencicip Lezatnya Kambing Panggang Madu-Wijen Khas Uighur

“Setelah
berhasil barulah kita jadikan standar untuk produk tersebut. Pokoknya
model/motif dan bentuk dibedakan dari kompetitor yang sudah ada di pasaran,”
papar pemilik usaha casiber houseware.

Bagi
Nicky, edukasi tersebut sangat penting. Sebab selama ini kendala para pengrajin
adalah mereka membuat suatu produk yang asal jadi. Sehingga susah untuk
menjualnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru