27.3 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Ingin Jadikan Wisata Jamur Tiram

Bagi
pengguna jalan yang melintas di Desa Tanjung Sangalang, tentunya banyak
menjumpai penjual ikan di dekat Danau Lais. Ternyata bukan hanya ikan asin. Warga
desa setempat juga mengembangkan budi daya jamur tiram.

 

 

AGUS
PRAMONO
,
Pulang Pisau

 

RIBUAN baglog
(media jamur tiram) bertumpuk dan berjejer memanjang di samping rumah. Tak
banyak jamur tiram yang tumbuh. Hari itu terlalu siang untuk berkunjung.
Biasanya pemilik budi daya jamur memanen di kala pagi. Ketika jamur sedang
mekar-mekarnya.

Desa Tanjung Sangalang,
Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang Pisau merupakan pusat budi daya
jamur tiram. Bahkan Bupati Pulang Pisau Edy Pratowo menyebut jamur tiram
sebagai ikon kecamatan yang berjarak sekitar 15 kilometer dari Palangka Raya
itu.

Penulis pun bertemu
dengan penggagas budi daya jamur tiram sekaligus yang memimpin Kelompok Sangalang
Hapakat, Atie. Orangnya pekerja keras. Tidak mudah menyerah. Kesuksesan budi
daya jamur tiram tak terlepas dari semangat dari ibu lulusan SMA ini.

Baca Juga :  Kue Kering Laris Manis, Pernak Pernik Natal Diburu Pembeli

Pernah mengalami kegagalan
dalam budi daya ayam ras. Begitu pun dengan usaha bercocok sayuran dan budi
daya ikan. Namun, kegagalan demi kegagalan tak menyurutkan semangatnya. Sampai
akhirnya ia menemukan jamur tiram sebagai objek untuk usaha budi daya. Semuanya
dilakukan demi bisa menyambung hidup.

“Budi daya jamur tiram
ditekuni sejak tahun 2010,” katanya.

Sebagian warga belum
bisa membuat baglog. Mereka membeli dari pembudi daya jamur tiram yang ada di
Palangka Raya. Tak ingin terus-menerus membeli, Atie memutuskan untuk membuat baglog
sendiri. Dengan difasilitasi Balai Perkebunan Kalteng, sejumlah warga dilatih
dalam membudidayakan jamur tiram. Mulai dari pembibitan hingga proses memanen.

“Ada empat orang yang
bisa membuat bibit. Termasuk suami saya, Supian,” ucap Atie.

Budi daya jamur tiram
sangat membantu perekonomian masyarakat. Rata-rata per hari bisa memanen 5
kilogram per 1.000 baglog. Usai dipanen, jamur tiram langsung dijual dengan
harga Rp20-25 ribu per kilogram.

Baca Juga :  Penyesalan Sang Ayah yang Tak Percaya Corona

“Sudah ada yang
mengambil langsung untuk dijual ke Palangka Raya,” tuturnya.

Tak hanya jamur tiram,
Atie juga menjual baglog dan bibit jamur tiram kepada pelanggannya.
Pelanggannya datang dari beberapa kabupaten. Terjauh berasal dari Lamandau.
Harga satu buah baglog dihargai Rp5.000.

“Satu baglog bisa
bertahan sampai enam bulan,” terangnya.

Baglog memang menjadi
alternatif pemasukan. Sebab, tidak semua orang bisa membuat baglog. Ada
sembilan proses harus dijaga. Ancaman yang mendasar adalah adanya ulat. “Jika
sudah ada ulat, tidak akan bisa tumbuh,”

Kini, Atie dan pembudi
daya jamur tiram di Tanjung Sangalang menatap masa depan. Mengembangkan jamur
tiram sebagai makanan. Salah satunya, keripik jamur tiram. Bentuk kemasan sudah
siap. Namun, masih ada hal yang mesti disempurnakan.

Keinginan lainnya
adalah ingin menjadikan Desa Tanjung Sangalang sebagai pusat jamur tiram di
Kalteng. 

“Ingin sekali (Desa Tanjung Sangalang) menjadi objek
wisata jamur tiram. Jadi, orang-orang yang datang langsung petik sendiri,” ungkapnya.
(*/ce)

Bagi
pengguna jalan yang melintas di Desa Tanjung Sangalang, tentunya banyak
menjumpai penjual ikan di dekat Danau Lais. Ternyata bukan hanya ikan asin. Warga
desa setempat juga mengembangkan budi daya jamur tiram.

 

 

AGUS
PRAMONO
,
Pulang Pisau

 

RIBUAN baglog
(media jamur tiram) bertumpuk dan berjejer memanjang di samping rumah. Tak
banyak jamur tiram yang tumbuh. Hari itu terlalu siang untuk berkunjung.
Biasanya pemilik budi daya jamur memanen di kala pagi. Ketika jamur sedang
mekar-mekarnya.

Desa Tanjung Sangalang,
Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang Pisau merupakan pusat budi daya
jamur tiram. Bahkan Bupati Pulang Pisau Edy Pratowo menyebut jamur tiram
sebagai ikon kecamatan yang berjarak sekitar 15 kilometer dari Palangka Raya
itu.

Penulis pun bertemu
dengan penggagas budi daya jamur tiram sekaligus yang memimpin Kelompok Sangalang
Hapakat, Atie. Orangnya pekerja keras. Tidak mudah menyerah. Kesuksesan budi
daya jamur tiram tak terlepas dari semangat dari ibu lulusan SMA ini.

Baca Juga :  Kue Kering Laris Manis, Pernak Pernik Natal Diburu Pembeli

Pernah mengalami kegagalan
dalam budi daya ayam ras. Begitu pun dengan usaha bercocok sayuran dan budi
daya ikan. Namun, kegagalan demi kegagalan tak menyurutkan semangatnya. Sampai
akhirnya ia menemukan jamur tiram sebagai objek untuk usaha budi daya. Semuanya
dilakukan demi bisa menyambung hidup.

“Budi daya jamur tiram
ditekuni sejak tahun 2010,” katanya.

Sebagian warga belum
bisa membuat baglog. Mereka membeli dari pembudi daya jamur tiram yang ada di
Palangka Raya. Tak ingin terus-menerus membeli, Atie memutuskan untuk membuat baglog
sendiri. Dengan difasilitasi Balai Perkebunan Kalteng, sejumlah warga dilatih
dalam membudidayakan jamur tiram. Mulai dari pembibitan hingga proses memanen.

“Ada empat orang yang
bisa membuat bibit. Termasuk suami saya, Supian,” ucap Atie.

Budi daya jamur tiram
sangat membantu perekonomian masyarakat. Rata-rata per hari bisa memanen 5
kilogram per 1.000 baglog. Usai dipanen, jamur tiram langsung dijual dengan
harga Rp20-25 ribu per kilogram.

Baca Juga :  Penyesalan Sang Ayah yang Tak Percaya Corona

“Sudah ada yang
mengambil langsung untuk dijual ke Palangka Raya,” tuturnya.

Tak hanya jamur tiram,
Atie juga menjual baglog dan bibit jamur tiram kepada pelanggannya.
Pelanggannya datang dari beberapa kabupaten. Terjauh berasal dari Lamandau.
Harga satu buah baglog dihargai Rp5.000.

“Satu baglog bisa
bertahan sampai enam bulan,” terangnya.

Baglog memang menjadi
alternatif pemasukan. Sebab, tidak semua orang bisa membuat baglog. Ada
sembilan proses harus dijaga. Ancaman yang mendasar adalah adanya ulat. “Jika
sudah ada ulat, tidak akan bisa tumbuh,”

Kini, Atie dan pembudi
daya jamur tiram di Tanjung Sangalang menatap masa depan. Mengembangkan jamur
tiram sebagai makanan. Salah satunya, keripik jamur tiram. Bentuk kemasan sudah
siap. Namun, masih ada hal yang mesti disempurnakan.

Keinginan lainnya
adalah ingin menjadikan Desa Tanjung Sangalang sebagai pusat jamur tiram di
Kalteng. 

“Ingin sekali (Desa Tanjung Sangalang) menjadi objek
wisata jamur tiram. Jadi, orang-orang yang datang langsung petik sendiri,” ungkapnya.
(*/ce)

Terpopuler

Artikel Terbaru