27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Memburu Busana Bekas Branded Demi Gengsi dan Eksistensi

Tampil fashionable dan
bergengsi kerapkali biasa diukur melalui barang branded yang dikenakan. Tak
heran jika kini makin menjamur penjual barang 
fashion bekas
alias 
second atau preloved, baik offline maupun online guna
memenuhi gengsi para pencinta mode. Tentunya dengan harga yang lebih ‘miring’.

Misalnya, jika Anda
mengetik hastag #bajupreloved pada media sosial Instagram,
maka bisa ditemui ratusan ribu unggahan yang menjajakan barang fashion bekas.
Baik dari para desainer lokal hingga merek ternama dunia yang harganya masih
jutaan.

Yup, harga busana
bekas yang branded luar negeri tentu berbeda dengan preloved lokal. 
Diakui Founder Irresistible Bazaar Marisa Tumbuan, pasar prelovedbermerek
untuk baju lokal maupun luar negeri memang diminati masyarakat. Di bawah
naungannya pun, ada beberapa penjual yang tak hanya menjual tas dan sepatu
bekas, tetapi juga pakaian.

“Oh pasti masih ada
pasarnya. Kalau seller kami banyak yang jual branded seperti
Chanel, Gucci, Kenzo, Louis Vuitton, macam-macam ya,” kata Marisa kepada JawaPos.com baru-baru
ini.

Menurut Marisa, banyak
baju branded luar negeri seperti jaket atau kaos baru
dibanderol lebih dari Rp 10 juta. Ataua bahkan beberapa jaket atau coat bekas
dan blazer yang bisa dibanderol hingga belasan juta.

Baca Juga :  Hanung Mulai Syuting Gatotkaca di Jogja

“Misalnya coat ya,
banyak yang jual misalnya Gucci bisa Rp 7 juta sampai Rp 10 juta. Atai saya
punya jaket LV saya beli Rp 17 juta, kalau saya jual Rp 10 juta juga pasti
masih laku,” ungkapnya.

Antusia masyarakat
akan baju bekas juga diungkapkan Sienny. Lewat media sosial, akun @PrelovedJateng (Second
Branded Clothing), ia menjual berbagai baju bekas dengan kondisi yang bagus dan
harga terjangkau. Para followers-nya langsung berebut setiap kali
penjual mengeluarkan edisi terbaru. Misalnya beberapa brand ZARA dan Singapura
dibanderol mulai puluhan ribu, ratusan ribu, atau lebih.

“Saya menjual lebih ke
brand Singapura. Harga yang kami tawarkan 1/4 dari harga asli. Tergantung juga
sih, kadang bisa lebih mahal atau lebih murah lagi,” kata pemilik toko Preloved
Jateng, Sienny kepada JawaPos.com.

Dirinya mulai menjual
baju bekas sejak tahun 2015. Menurutnya tren busana bekas bermerek baru
mulai laris sejak tahun 2016-2017 karena netizen mulai sadar dengan
penampilannya lewat Outfit Of the Day (OOTD) di media sosial.
Sehingga kebutuhan selalu mengganti busana agar lebih kece di media sosial
menuntun netizen harus memiliki baju yang beragam dan sering menggantinya.

Baca Juga :  Gading Marten Ulang Tahun, Ini Doa dan Kejutan dari Gisel

“Saya mulai bisnis ini
dari awal tahun 2015. Tapi waktu dulu masih sedikit peminatnya, Mungkin baru
trend skitar tahun 2016/2017. Usia rata-rata 20-35 tahun. Target market
menengah ke atas (diutamakan bagi orang-orang yang suka gonta ganti pakaian,
biar lebih Instagramable kali ya),” jelasnya

Salah satu pembeli
baju bekas bermerek, Sukma Sari. mengaku pernah membeli busana ZARA yang bekas
berupa jaket. Saat itu ada keperluan sebuah acara yang mengharuskannya
menggunakan jaket warna tertentu. Dia tak masalah membeli baju bekas selama
kualitasnya masih bagus.

“Enggak masalah sih bekas
asal teliti ya melihatnya dari luarnya enggak ada cacat, like new.
Nah saat itu harus jaket warna tertentu, daripada harus beli baru kan enggak
tiap hari dipakai,” ungkapnya.(jpg)

Tampil fashionable dan
bergengsi kerapkali biasa diukur melalui barang branded yang dikenakan. Tak
heran jika kini makin menjamur penjual barang 
fashion bekas
alias 
second atau preloved, baik offline maupun online guna
memenuhi gengsi para pencinta mode. Tentunya dengan harga yang lebih ‘miring’.

Misalnya, jika Anda
mengetik hastag #bajupreloved pada media sosial Instagram,
maka bisa ditemui ratusan ribu unggahan yang menjajakan barang fashion bekas.
Baik dari para desainer lokal hingga merek ternama dunia yang harganya masih
jutaan.

Yup, harga busana
bekas yang branded luar negeri tentu berbeda dengan preloved lokal. 
Diakui Founder Irresistible Bazaar Marisa Tumbuan, pasar prelovedbermerek
untuk baju lokal maupun luar negeri memang diminati masyarakat. Di bawah
naungannya pun, ada beberapa penjual yang tak hanya menjual tas dan sepatu
bekas, tetapi juga pakaian.

“Oh pasti masih ada
pasarnya. Kalau seller kami banyak yang jual branded seperti
Chanel, Gucci, Kenzo, Louis Vuitton, macam-macam ya,” kata Marisa kepada JawaPos.com baru-baru
ini.

Menurut Marisa, banyak
baju branded luar negeri seperti jaket atau kaos baru
dibanderol lebih dari Rp 10 juta. Ataua bahkan beberapa jaket atau coat bekas
dan blazer yang bisa dibanderol hingga belasan juta.

Baca Juga :  Hanung Mulai Syuting Gatotkaca di Jogja

“Misalnya coat ya,
banyak yang jual misalnya Gucci bisa Rp 7 juta sampai Rp 10 juta. Atai saya
punya jaket LV saya beli Rp 17 juta, kalau saya jual Rp 10 juta juga pasti
masih laku,” ungkapnya.

Antusia masyarakat
akan baju bekas juga diungkapkan Sienny. Lewat media sosial, akun @PrelovedJateng (Second
Branded Clothing), ia menjual berbagai baju bekas dengan kondisi yang bagus dan
harga terjangkau. Para followers-nya langsung berebut setiap kali
penjual mengeluarkan edisi terbaru. Misalnya beberapa brand ZARA dan Singapura
dibanderol mulai puluhan ribu, ratusan ribu, atau lebih.

“Saya menjual lebih ke
brand Singapura. Harga yang kami tawarkan 1/4 dari harga asli. Tergantung juga
sih, kadang bisa lebih mahal atau lebih murah lagi,” kata pemilik toko Preloved
Jateng, Sienny kepada JawaPos.com.

Dirinya mulai menjual
baju bekas sejak tahun 2015. Menurutnya tren busana bekas bermerek baru
mulai laris sejak tahun 2016-2017 karena netizen mulai sadar dengan
penampilannya lewat Outfit Of the Day (OOTD) di media sosial.
Sehingga kebutuhan selalu mengganti busana agar lebih kece di media sosial
menuntun netizen harus memiliki baju yang beragam dan sering menggantinya.

Baca Juga :  Gading Marten Ulang Tahun, Ini Doa dan Kejutan dari Gisel

“Saya mulai bisnis ini
dari awal tahun 2015. Tapi waktu dulu masih sedikit peminatnya, Mungkin baru
trend skitar tahun 2016/2017. Usia rata-rata 20-35 tahun. Target market
menengah ke atas (diutamakan bagi orang-orang yang suka gonta ganti pakaian,
biar lebih Instagramable kali ya),” jelasnya

Salah satu pembeli
baju bekas bermerek, Sukma Sari. mengaku pernah membeli busana ZARA yang bekas
berupa jaket. Saat itu ada keperluan sebuah acara yang mengharuskannya
menggunakan jaket warna tertentu. Dia tak masalah membeli baju bekas selama
kualitasnya masih bagus.

“Enggak masalah sih bekas
asal teliti ya melihatnya dari luarnya enggak ada cacat, like new.
Nah saat itu harus jaket warna tertentu, daripada harus beli baru kan enggak
tiap hari dipakai,” ungkapnya.(jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru