30.8 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Datangkan Mesin Anyar, Eijkman Sanggup Lakukan Seribu Tes PCR per Hari

Lembaga
Eijkman baru saja mengupgrade kemampuan uji PCR-nya. Lembaga di bawa
Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) ini berhasil mendatangkan mesin
deteksi Covid-19 COBAS 6800. Mesin senilai Rp 10 Milyar tersebut diperoleh dari
dana sumbangan PT Tempo Scan Pacific.

Kepala
Lembaga Eijkman Amin Soebandrio menuturkan, pihaknya membutuhkan waktu sekitar
tiga bulan untuk mendapatkan mesin tersebut. Indonesia harus bersaing dengan
300 lembaga lainnya di dunia guna mendapatkan mesin deteksi ini.

Menurutnya,
mesin ini memiliki banyak kelebihan. Mesin ini menggunakan sistem otomatis  yang khusus didesain untuk pengerjaan
aplikasi yang highthrouput, seperti perhitungan viral load, skrining darah, dan
uji mikrobiologi lainnya. Sistem tersebut mampu meminimalisir kesalahan
pre-analitik selama proses pemeriksaan Covid-19. Selain itu, dapat mengurangi
jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan jika dibandingkan dengan proses
pemeriksaan PCR COVID-19 secara manual.

“Kualitas
lebih terjamin. Kerja lebih cepat. Itu kenapa dapat melakukan 1000 tes per
hari,” tuturnya dalam temu media secara daring, Kamis (16/7).

Pengujian
SARS-CoV-2 menggunakan COBAS 6800 Systems ini pun telah disetujui untuk EUA
(Emergency Use Authorization). Sehingga sensitivitasnya sama seperti PCR pada
umumnya.

Dengan
adanya penambahan kemampuan tes PCR ini, dia meyakini bahwa nantinya hasil uji
swab tak akan lama lagi. Cukup dua hari sejak spesimen diterima. “Sample
diterima hari ini, besokannya masuk mesin. Keeseokan harinya bisa kita berikan
hasilnya. Tentu dengan sedikit proses administrasi,” paparnya.

Baca Juga :  Anak Nonton Pertunjukan Seni, Ternyata Banyak Manfaatnya

Setiap
harinya, Eijkman setidaknya menerima 700-800 spesimen dari seluruh Indonesia.
Pihaknya sudah berjejaring dengan 274 fasilitas kesehatan. Saking banyaknya
sampel yang masuk, freezer Eijkman bahkan disebut tak sanggup lagi menampung.

Dia
menambahkan, untuk pengoperasian mesin ini, pihaknya mendapat bantuan reagen
dari pemerintah Selandia Baru sebanyak 15 ribu spesimen senilai Ro 4,5 Milyar.
Artinya, reagen hanya dapat digunakan sangat singkat. Terlebih, mesin sudah
mulai running sejak 16 Juni 2020 lalu. 
Karenanya, dia berharap ada perhatian khusus dari gugus tugas terkait
reagen ini.

Dalam
kesempatan yang sama, Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro memaparkan,
bahwa Lembaga Eijkman telah memiliki peran besar dalam mengatasi pandemi ini.
Sejak Maret, Eijkman jadi salah satu lembaga yang langsung terlibat dalam
pengujian sample Covid-19. Belum lagi dalam waktu yang sama, Eijkman harus
melakukan penelitian terkait vaksin Covid-19.

Karenanya,
dia berharap, dengan adanya terobosan mesin baru ini maka manajemen SDM lebih
mudah diatur lagi. Mana yang fokus penelitian vaksin, deteksi PCR, hingga genom
sequencing.

Selain
itu, kemampuan uji PCR sebanyaj 1000 per hari ini juga bakal membantu
pencapaian target Preside. joko Widodo. Di mana, tes PCR ditargetkan bisa
mencapai 30 ribu per hari. Naik 10 ribu dibanding sebelunnya.

“RT
PCR biasa kan kapasitasnya sekitar 400 oer hari. Dengan alat ini berarti ada
peningkatan 2,5 kali lipat,” tutur Bambang.

Diakuinya,
bahwa selama ini Indonesia sering disorot karena tes PCR kurang masif. Sehingga
data sembuh dan meninggal sering dianggap tidak representative.

Baca Juga :  Waspadai, Pasien Gagal Ginjal Bisa Alami Gangguan Tidur Hingga Depresi

Jika
merujuk data gugus tugas percepatan penanganan Covid-19, memang sudah lebih
dari 1 juta spesimen yang diperiksa. Namun, menurut dia, hal ini tetap harys
jadi perhatian. Sebab, angka tersebut merujuk pada spesimen bukan orang.

“Bisa
jadi satu orang dua spesimen. Yang kita target bukan jumlah spesimen. Tapi
sasaran kita kan orangnya,” tegasnya.

Mengenai
reagen, Mantan Menteri Keuangan itu mengamini bahwa ini hal krusial.
Menurutnya, secanggih apapun mesin jika tanpa reagen maka sama saja bohong. Dia
mengibaratkannya seperti mobil. “secanggih apapun mobil kalau tidak ada
bensinnya gak jalan,” ungkapnya.

Selain
meminta gugus tugas memberi perhatian khusus soal reagen ini, Bambang
mengatakan, bahwa BPPT saat ini sedang berusaha mengembangkannya juga.
Bekerjasama dengan industri alat kesehatan dalam negeri, penelitian sudah
terlihat formatnya. “Tentu butuh waktu. Tapi kami optimis,” katanya.

Hal
senada diungak Sekretaris Utama Badan Intelejen Negara (BIN) Komjen Pol Bambang
Sunarwibowo. Menurutnya, target capaian spesimen harus bisa dikejar. Mengingat
saat ini Indonesia baru bisa memenuhi 0,4 persen per satu juta populasi.
“Padahal ketentuan WHO itu 1 persen per satu juta populasi,” tuturnya.

Dia
berharap, kehadiran alat ini dapat membantu mempercepat prosss uji PCR.
Sehingga semakin cepat proses pemutusab mata rantai penularan. Terutama di zona
merah. (*)

Lembaga
Eijkman baru saja mengupgrade kemampuan uji PCR-nya. Lembaga di bawa
Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) ini berhasil mendatangkan mesin
deteksi Covid-19 COBAS 6800. Mesin senilai Rp 10 Milyar tersebut diperoleh dari
dana sumbangan PT Tempo Scan Pacific.

Kepala
Lembaga Eijkman Amin Soebandrio menuturkan, pihaknya membutuhkan waktu sekitar
tiga bulan untuk mendapatkan mesin tersebut. Indonesia harus bersaing dengan
300 lembaga lainnya di dunia guna mendapatkan mesin deteksi ini.

Menurutnya,
mesin ini memiliki banyak kelebihan. Mesin ini menggunakan sistem otomatis  yang khusus didesain untuk pengerjaan
aplikasi yang highthrouput, seperti perhitungan viral load, skrining darah, dan
uji mikrobiologi lainnya. Sistem tersebut mampu meminimalisir kesalahan
pre-analitik selama proses pemeriksaan Covid-19. Selain itu, dapat mengurangi
jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan jika dibandingkan dengan proses
pemeriksaan PCR COVID-19 secara manual.

“Kualitas
lebih terjamin. Kerja lebih cepat. Itu kenapa dapat melakukan 1000 tes per
hari,” tuturnya dalam temu media secara daring, Kamis (16/7).

Pengujian
SARS-CoV-2 menggunakan COBAS 6800 Systems ini pun telah disetujui untuk EUA
(Emergency Use Authorization). Sehingga sensitivitasnya sama seperti PCR pada
umumnya.

Dengan
adanya penambahan kemampuan tes PCR ini, dia meyakini bahwa nantinya hasil uji
swab tak akan lama lagi. Cukup dua hari sejak spesimen diterima. “Sample
diterima hari ini, besokannya masuk mesin. Keeseokan harinya bisa kita berikan
hasilnya. Tentu dengan sedikit proses administrasi,” paparnya.

Baca Juga :  Anak Nonton Pertunjukan Seni, Ternyata Banyak Manfaatnya

Setiap
harinya, Eijkman setidaknya menerima 700-800 spesimen dari seluruh Indonesia.
Pihaknya sudah berjejaring dengan 274 fasilitas kesehatan. Saking banyaknya
sampel yang masuk, freezer Eijkman bahkan disebut tak sanggup lagi menampung.

Dia
menambahkan, untuk pengoperasian mesin ini, pihaknya mendapat bantuan reagen
dari pemerintah Selandia Baru sebanyak 15 ribu spesimen senilai Ro 4,5 Milyar.
Artinya, reagen hanya dapat digunakan sangat singkat. Terlebih, mesin sudah
mulai running sejak 16 Juni 2020 lalu. 
Karenanya, dia berharap ada perhatian khusus dari gugus tugas terkait
reagen ini.

Dalam
kesempatan yang sama, Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro memaparkan,
bahwa Lembaga Eijkman telah memiliki peran besar dalam mengatasi pandemi ini.
Sejak Maret, Eijkman jadi salah satu lembaga yang langsung terlibat dalam
pengujian sample Covid-19. Belum lagi dalam waktu yang sama, Eijkman harus
melakukan penelitian terkait vaksin Covid-19.

Karenanya,
dia berharap, dengan adanya terobosan mesin baru ini maka manajemen SDM lebih
mudah diatur lagi. Mana yang fokus penelitian vaksin, deteksi PCR, hingga genom
sequencing.

Selain
itu, kemampuan uji PCR sebanyaj 1000 per hari ini juga bakal membantu
pencapaian target Preside. joko Widodo. Di mana, tes PCR ditargetkan bisa
mencapai 30 ribu per hari. Naik 10 ribu dibanding sebelunnya.

“RT
PCR biasa kan kapasitasnya sekitar 400 oer hari. Dengan alat ini berarti ada
peningkatan 2,5 kali lipat,” tutur Bambang.

Diakuinya,
bahwa selama ini Indonesia sering disorot karena tes PCR kurang masif. Sehingga
data sembuh dan meninggal sering dianggap tidak representative.

Baca Juga :  Waspadai, Pasien Gagal Ginjal Bisa Alami Gangguan Tidur Hingga Depresi

Jika
merujuk data gugus tugas percepatan penanganan Covid-19, memang sudah lebih
dari 1 juta spesimen yang diperiksa. Namun, menurut dia, hal ini tetap harys
jadi perhatian. Sebab, angka tersebut merujuk pada spesimen bukan orang.

“Bisa
jadi satu orang dua spesimen. Yang kita target bukan jumlah spesimen. Tapi
sasaran kita kan orangnya,” tegasnya.

Mengenai
reagen, Mantan Menteri Keuangan itu mengamini bahwa ini hal krusial.
Menurutnya, secanggih apapun mesin jika tanpa reagen maka sama saja bohong. Dia
mengibaratkannya seperti mobil. “secanggih apapun mobil kalau tidak ada
bensinnya gak jalan,” ungkapnya.

Selain
meminta gugus tugas memberi perhatian khusus soal reagen ini, Bambang
mengatakan, bahwa BPPT saat ini sedang berusaha mengembangkannya juga.
Bekerjasama dengan industri alat kesehatan dalam negeri, penelitian sudah
terlihat formatnya. “Tentu butuh waktu. Tapi kami optimis,” katanya.

Hal
senada diungak Sekretaris Utama Badan Intelejen Negara (BIN) Komjen Pol Bambang
Sunarwibowo. Menurutnya, target capaian spesimen harus bisa dikejar. Mengingat
saat ini Indonesia baru bisa memenuhi 0,4 persen per satu juta populasi.
“Padahal ketentuan WHO itu 1 persen per satu juta populasi,” tuturnya.

Dia
berharap, kehadiran alat ini dapat membantu mempercepat prosss uji PCR.
Sehingga semakin cepat proses pemutusab mata rantai penularan. Terutama di zona
merah. (*)

Terpopuler

Artikel Terbaru